Setelah menjalani serangkaian tes yang panjang, Luna hanya tinggal menghadapi satu tes terakhir agar dapat kembali ke negara asal ibunya: tes sosialisasi. Rencanaku adalah mendaftarkan Luna di Sekolah Menengah Atas. Meskipun kecerdasannya sudah luar biasa, Luna harus melewati tes ini untuk bisa hidup dan bersosialisasi seperti manusia biasa.
Tes ini bertujuan untuk memastikan bahwa Artificial Human yang diciptakan olehku dan kolegaku dapat beradaptasi dengan kehidupan nyata serta berkontribusi dalam memajukan masyarakat dari segi pola pikir dan kesehatan. Meskipun Luna telah diajak berinteraksi dengan semua kolegaku yang membantunya menjadi manusia yang sempurna.
"Dapatkah aku melewati tes ini, Tiffany?" tanya Luna dengan ragu.
"Tentu saja, mengapa tidak?" jawabku penuh keyakinan. "Kamu hanya perlu menjalani tes ini beberapa bulan, tidak jauh berbeda dengan latihan yang telah kamu lakukan selama ini."
"Aku merasa berbeda di sini, dengan kemampuan dan tujuanku. Aku tidak yakin apakah tes ini akan berhasil," ujar Luna ragu.
"Percayalah padaku, Luna. Aku dan Lewis akan selalu membimbing dan mengawasimu. Kami juga akan selalu membantumu, meskipun tidak selalu dengan cara langsung," ucapku sambil mencoba meyakinkannya. Tiba-tiba, perasaanku membuatku memeluk Luna seolah tidak ingin melepaskannya.
Aku merasa bingung dengan apa yang tengah terjadi, seakan akan terjadi sesuatu yang membuatku tak bisa bertemu dengan Luna lagi.
Meskipun awalnya aku merasa ragu, aku telah berhasil meyakinkan Luna bahwa ia bisa mengatasi tes tersebut. Dia memiliki ketangguhan dan didukung oleh Keep Artificial Intelligence (KAI), seperangkat alat dengan kecerdasan buatan yang diciptakan oleh Profesor Lewis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTIFICIAL HUMAN
Science FictionSedari awal aku memang tidak mengenal siapa diriku yang sebenarnya. Rentetan peristiwa sejak awal mula aku hidup bak robot manusia yang harus memenuhi keinginan mereka. Dan percobaan demi percobaan menciptakan monster yang menghabisi jutaan manusia...