Pertanda

63 51 3
                                    

Malam itu di rumah Lamira, kami menonton film bersama sembari memakan camilan yang dibeli Reza dan Ray. Sementara Glen dan Alice membawa minuman kaleng.

Sebagai tuan rumah, Lamira menyiapkan film yang akan kami tonton bersama. Hanya aku yang tidak memiliki peran khusus, dan aku juga tidak membawa apa pun untuk orang lain.

"Kau tidak perlu khawatir, Luna. Kau sudah menjadi bagian dari kami. Anggap saja ini juga rumahmu," ujar Lamira sambil tersenyum.

Aku hanya membalasnya dengan anggukan dan bergabung menonton bersama yang lain.

Ini pertama kalinya aku menonton film horor yang mengisahkan tentang sekelompok manusia yang berjuang untuk bertahan hidup di tengah wabah virus mematikan yang mengubah manusia menjadi kanibal.

Mereka yang terinfeksi virus zombie akan menyerang satu sama lain, bahkan memakan mereka yang belum terinfeksi.

Aku hanya tahu istilah kanibalisme, yaitu fenomena di mana satu makhluk hidup memakan makhluk sejenisnya. Misalnya, anjing yang memakan anjing atau manusia yang memakan manusia. Terkadang fenomena ini disebut anthropophagus.

Kulihat yang lain menonton film dengan antusiasme, sementara aku mencoba menghubungkannya dengan logika dan mencari informasi tambahan dengan bantuan KAI Eye Lens.

"Apa kau tidak suka dengan filmnya Luna?" tanya Glen.

"Tidak juga, aku sedang mencari informasi mengenai virus zombie."

Glen menatapku yang sedang sibuk dengan gadget serta informasi tentang zombie.

"Ayolah Luna, ini hanya cerita fiksi jangan kau anggap serius. Tidak ada zombie di dunia nyata," ungkap Glen.

"Kau benar Glen, tapi apa salahnya..."

"Yah," keluh Alice ketika televisi dan lampu mendadak mati.

Tiba-tiba saja listrik padam, menyisakan kegelapan di sekeliling kami.

"Pukul berapa sekarang Ray?" tanya Reza.

"Jangan tanya aku, ponselku saja tidak ada di saku celanaku saat ini."

"Ponselmu ada di meja Ray," ucapku.

"Terima kasih," Ray menyalakan lampu flash. "Ah, bagini lebih baik. Sekarang baru pukul delapan."

"Sebaiknya kita tidur lebih awal, terlebih listrik padam dan lagi tidak ada jaringan," usul Alice.

"Ya, Alice benar. Kalian bertiga tidur dikamar kakakku," ucap Lamira pada Ray, Glen, dan Reza. "Sementara Luna dan Alice tidur di kamarku."

"Tidak ada jaringan, padahal kami berencana main game setelah menonton film." keluh Reza.

"Sebaiknya kita tidur, besok kita berangkat lebih awal dengan mobil kakakku," ucap Lamira.

"Baiklah Bunda Lamira... " balas Reza.

"Kalian duluan, aku akan melihat apa di tempat lain juga seperti ini, sekaligus mengecek pintu-pintu sudah dikunci semua atau belum."

Aku pun berlalu meninggalkan mereka berjalan ke lantai atas, karena letak kamar Lamira dan kamar Kakaknya ada di lantai dua.

Setelah mengecek kondisi listrik dan memastikan pintu-pintu terkunci dengan baik. Aku segera menuju kamar Lamira.

Di sana Glen sudah menyambutku di depan pintu.

"Ada apa?" tanyaku to the poin.

"Aku ingin berbicara denganmu sebentar."

Kami memutuskan berbicara di tempat kami menonton sebelumnya.

"Baiklah, katakan sekarang apa yang ingin kau katakan."

ARTIFICIAL HUMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang