♡゙ : 2

2.8K 247 12
                                    

Fokus Jennie teralihkan saat Jihan datang bersama dua gadis lainnya yang tentu saja tidak ia kenali.

Jennie segera memeluk Jihan, sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Bahkan ketika Jennie menikah, Jihan tidak bisa hadir karena pekerjaannya.

"Selamat datang, maaf aku mengajak kalian bertemu disini. silahkan duduk."

Jennie mempersilahkan ketiganya duduk, Callista menatap mata Jennie yang terlihat sembab serta hidungnya yang memerah.

Pasti sangat sulit berada di posisi Jennie, pikir Callista.

"Jadi.. kau yang bersedia dengan tawaranku?"

Joy menggelengkan kepalanya cepat. "Astaga bukan aku, tapi dia."

"Kau? Jihan apa kau serius, sepertinya ia masih remaja." Jennie menatap Jihan tak percaya.

"Aku berusia dua puluh tiga saat ini eonni." Ujar Callista mengkonfirmasi dirinya.

"Ya Tuhan maafkan aku, tapi wajahmu seperti anak sekolahan masih sangat muda."

"Sepertinya kalian perlu ruang untuk berbicara, kalau begitu aku dan Joy akan berjalan-jalan sebentar." Jihan berpamitan pada Jennie yang segera dibalas anggukan oleh gadis bermata kucing itu.

Jennie tersenyum manis melihat Callista yang terus saja menundukkan kepalanya.

"Sepertinya kita belum saling mengenal. Aku Jennie Christina, dan kau..?"

"Callista Askara, kau bisa memanggilku Lisa." Callista menjabat tangan Jennie dan mengulas senyum kecilnya

"Nama yang bagus. Jadi, mengapa kau menerima penawaran ku, dan sepertinya kau bukan asli dari negara ini."

"Ya, aku merantau untuk mencari pekerjaan. ayahku mengalami gagal jantung kongestif sehingga diharuskan untuk melakukan transplantasi jantung."

"Sorry to hear that. Jadi lebih cepat lebih baik bukan? Aku ingin kau malam ini ikut denganku untuk menemui suamiku."

Jantung Callista berdetak kencang. Sungguh secepat itu?

❤️‍🩹ㅤ𖥔ㅤ

Rutinitas malam hari di kediaman keluarga Jeon adalah berkumpul di ruang makan untuk makan malam bersama.

Halmeoni mencari sosok wanita yang biasanya selalu ada disamping cucu nya.

"Dimana istrimu?" Tanya halmeoni.

"Sedang bertemu dengan temannya." jawab Jungkook sekenanya.

"Sungguh ia memang tak pantas menjadi istrimu, haruskah hingga malam seperti ini bertemu dengan temannya?" Tanya halmeoni, sedang Jungkook hanya diam tak menanggapi.

"Sebaiknya kau segera menjemput istrimu, tak baik sudah malam namun belum pulang." ucap Eomma Jungkook seraya mengelus lembut lengan kanan sang putra yang penuh dengan tato.


Halmeoni melirik menantunya. "Biarkan saja. Seharusnya ia mengerti bagaimana menjadi istri yang baik."

"Kau sangat cantik Lice, aku tak sabar untuk memperlihatkanmu pada keluarga Jeon." Ujar Jennie semangat membuat Callista gugup setengah mati.

Sayup-sayup terdengar suara Jennie membuat halmeoni mengernyitkan dahinya, ia rasa Jennie sudah gila karena berbicara sendiri.

"Eon mengapa kau terus saja seperti itu, maksudku apakah kau tidak cemburu?" Jennie mengabaikan pertanyaan Callista.

"Selamat malam Halmeoni, Eomma, Appa, Chagi. Aku membawa temanku, ia yang akan memberikan keluarga kalian keturunan."

Callisa membelalakkan matanya, mengapa Jennie memberitahu seperti itu. Astaga, cabut saja nyawa Callista sekarang juga.

"Benarkah? Kau cantik sekali, siapa namamu?" Tanya halmeoni lembut.

"Callista Askara. Ah tidak aku hanya--"

Halmeoni menepuk kursi sebelahnya yang kosong. "Duduklah disini."

Callista berdiam diri cukup lama, memerhatikan sekeliling yang menatap dirinya sambil tersenyum lembut kecuali pria yang masih sibuk dengan makan malamnya.

Tatapan Jungkook dan Callista tak sengaja bertemu, namun Jungkook memutuskan tatapan itu terlebih dulu membuat Callista menatapnya tak enak hati.

Callista dengan cepat duduk di kursi kosong yang berada di sebelah kursi Halmeoni.

"Kau terlihat sangat muda. Berapa usiamu?" tanya Eomma Jeon pada akhirnya setelah sedari tadi hanya memperhatikan gerak-gerik sang gadis.

"Dua puluh tiga tahun, nyonya." jawab Callista kikuk.

Halmeoni tersenyum miring. "Astaga Jennie darimana kau membawa gadis kecil ini, tidak mungkin kan kau berteman dengan gadis ini, apalagi usia kalian terpaut sepuluh tahun."

"Aku sengaja membawanya untuk Jungkook Oppa. ia bisa memberikan keluarga ini keturunan, ia masih muda dan juga sehat."

"Tidak sepertiku yang penyakitan." Lanjut Jennie membuat Callista menatapnya tak enak hati.

"Baguslah jika kau menyadari itu. Aku akan mengurus surat perceraian kalian. Segera."

Jennie menatap Halmeoni sambil tersenyum. "Aku siap menandatangani surat itu kapanpun."

Jungkook terkejut mendengarnya. "Apa aku tidak salah dengar?"

Jennie menggeleng. "Oppa harus belajar melupakanku dan menerima Callista, ia baik dan sehat bukan. aku selama ini hanya menyusahkan dirimu saja."

Rambut panjang gadis itu terurai menutupi wajah cantiknya yang terisak kecil. Jungkook menyelipkan rambut gadis itu pada belakang telinganya.

Jennie menatap wajah suaminya sebelum ia beranjak meninggalkan ruang makan menuju kamar.

Jungkook yang baru saja hendak mengejarnya berhenti karena mendengar suara Halmeoni.

"Jungkook biarkanlah dia. Dia sudah lelah dengan semua drama yang ia buat."

"Apa maksud Halmeoni?" Jungkook mengernyitkan keningnya heran, Nyonya dan Tuan juga melakukan hal yang sama menunggu Halmeoni membuka suaranya

· ˚ 𖥔  to be continued  ⊹

· ˚ 𖥔  to be continued  ⊹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 Jeon Jungkook

Kurz | Liskook ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang