08 - Stop acting like a human!

49 3 0
                                    

"Jadi? Keterangan apa yang kalian butuhkan dariku?" tanya Alaric seraya melirik arlojinya, mulai menghitung mundur dari waktu yang telah ia berikan.

"Yeah, begini ...." Callista berdeham, melirik Samantha seraya meletakkan bingkisan yang berisi darah babi tadi ke pinggir sofa-tempat mereka duduk-dengan sangat hati-hati.

Alaric ikut memperhatikan setiap gerak-gerik Callista. Mata birunya mengamati bingkisan paper bag berwarna hitam yang dibawa oleh gadis itu secara lekat-lekat.

Ia lalu mendengkus. "Ah, kau masih tidak menyerah juga rupanya."

"Menyerah bagaimana? Aku tidak mengerti maksudmu," balas Callista berpura-pura bingung.

"Benarkah? Kau tidak mengerti apa yang kumaksud?"

Samantha menatap mereka berdua sembari menggigit bagian dalam bibirnya dengan mimik tegang. "Ehm ... Tuan Theodore, aku minta maaf sebelumnya, kau tadi hanya memberikan waktu 15 menit pada kami. Jadi, bisakah kita sekarang langsung mulai ke intinya saja?" ujarnya, berinisiatif untuk mengalihkan perhatian Alaric.

"Well, aku sudah langsung ke intinya, Miss-"

"Samantha. Namaku Samantha Moore."

"Oke, Miss. Moore." Alaric mencondongkan badannya ke depan. "Aku percaya kalau kau itu adalah seorang detektif yang taat pada aturan. Tapi, apakah kau tahu kalau temanmu yang satu ini adalah seorang detektif yang hobi melanggar aturan?"

"Umm, soal itu aku ...."

"Permisi, Tuan Theodore, kau membicarakan hal yang tidak penting untuk sengaja membuang-buang waktu kami, 'kan?" sela Callista memintas pembicaraan. "Urusan tentang aku melanggar aturan atau tidak itu adalah urusanku dengan atasanku. Kau tidak berhak ikut campur."

"Ya. Itu memang urusanmu, tapi akan menjadi urusanku juga kalau kau sudah ikut merugikanku."

"Salah kau sendiri. Kenapa dari awal kau tidak mau mengaku?"

Alaric menyentuh keningnya. "Oh, God! Harus berapa kali kubilang padamu? Aku tidak membunuh siapa pun!"

"Lalu kalau kau tidak membunuh siapa pun kenapa waktu itu kau malah kabur dariku?" sanggahnya. "Hari Jumat, tanggal 30 September, pukul 21.09 jasad ke-13 ditemukan di pinggir hutan bagian utara. Waktu itu kau ada di lokasi tempat kejadian. Kemudian 2 minggu setelah itu, Hari Sabtu, 15 Oktober, pukul 03.16 jasad ke-14 ditemukan di tepi sungai dan kau lagi-lagi ada di sana! Aku melihatmu dua kali dan dua kali itu juga kau terus berusaha kabur saat berpapasan denganku!"

Samantha membulatkan mata tak percaya. Bagaimana Callista bisa mengingat semua itu dengan sangat detail? Selama ini yang ia tahu sahabatnya ini adalah gadis yang impulsif, ceroboh, dan pelupa.

"Cale, kau-"

Callista langsung mengangkat tangan, meminta Samantha untuk tidak berbicara terlebih dahulu. Ia tak mengalihkan tatapannya dari Alaric sementara pria itu hanya terdiam dengan ekspresi kaku. Wajahnya yang sedikit pucat terlihat dingin.

"Apa sekarang kau bisa menjelaskan padaku mengapa saat itu kau bisa ada di sana, Tuan Theodore?" cecar Callista seraya menaikkan satu alisnya, menuntut jawaban.

Alaric menarik sudut bibirnya ke atas kemudian berkata, "Aku hanya kebetulan lewat."

"Cih! Alasan yang klise. Kalau begitu, jelaskan juga alibimu untuk meyakinkanku kalau kau memang benar-benar tidak ada di TKP saat kejadian itu berlangsung."

"Baiklah. Aku akan menjelaskannya padamu. Tapi, apakah rekanmu tidak keberatan jika menunggu di luar sebentar?"

"Ya, tidak apa-apa. Tidak perlu merasa sungkan, Tuan Theodore. Aku akan menunggu di luar." Samantha yang mengerti maksudnya pun mengangguk. Ia segera bangkit berdiri untuk ke luar. Namun, Callista malah menahannya.

Dr. Vampire: Who's The Predator?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang