DUA

17 13 12
                                    

14.6.2018

Suasana malam lebaran lebih terasa dengan cuaca mendung di sertai angin dingin yang menusuk ke tubuh membuat orang yang keluar berinisiatif memakai baju hangat mereka, sedangkan empat orang ini bertamu ke rumah saudara menjalin silahturahmi karna sudah lama juga tidak berkunjung ke rumah itu.

"assalamualaikum permisi ada orang?" suara zeva memenuhi ruang tamu tersebut dan membuat sang empunya rumah keluar dan melihat siapa yang datang

"waalaikumssalam eh kalian,bu liat siapa yang datang" panggil Suharto-paman dari marwa kepada Ratih-istrinya

sebelumnya paman dan bibi marwa sudah mengetahui berita tentang ia dan suaminya bercerai 3 tahun yang lalu

"eh marwa sama buk halimah loh ada zeva dan naufan juga ternyata ayo ayo silahkan masuk" Ratih mempersilahkan mereka masuk dan menjamu makanan yang tersedia

"wah sekarang zeva sudah besar ya ga kerasa padahal kayak baru kemarin nenek gendong, naufan juga ahaha" semuanya tertawa mendengar kalimat yang di ucapkan ratih

mendengar namanya di sebut zeva menoleh dan menjawab sambil mengunyah

"iy-aa dwong masa zev-va kecil teruss ga lucuu kali nek" mulut yang penuh dengan kue dan belepotan itu mengoceh karna tidak terima dirinya di bandingkan dulu dan sekarang. 𝘑𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘦𝘥𝘢 𝘭𝘢

"ahaha iya deh zeva skrng udah besar cantik naufan juga makin tambah ganteng,gemes deh nenek liatnya" Ratih geram dan raflek mencubit pipi Naufan yang lumayan tembam

"oh iya sekarang gimana kabar kamu dan suami kamu marwa?" tanya Suharto mengenai rumah tangga nya yang hancur beberapa tahun silam

"ya begitulah paman, sekarang yang menafkahi zeva dan naufan itu marwa semenjak udah pisah sama mas hendri" curhat marwa yang membuat hati nya nyesek mengingat kejadian dulu

mendengar itu Suharto merasa iba dan kebetulan ia agen kerja luar negeri menawarkan pekerjaan kepada orang di luar sana yang senasib dengan marwa

"Paman ada saran bagaimana kamu kerja sebagai IRT di negeri tetangga aja lumayan gajinya, temen paman ada yang nyari anggota itu kalau kamu mau mar" saran Suharto membuat marwa tertarik akan hal itu

Halimah yang mendengar itu pun langsung bergabung dan antusias memberikan saran, sedangkan zeva dan naufan mereka asik bermain dengan ratih yang menjaga agar tidak terjadi apa-apa.

"tapi zeva dan naufan tidak ada yang menjaga mereka" marwa sedih kalau iya meninggalkan kedua pahlawan kecil nya itu dan mama nya

"tidak papa mar kalau tentang mereka mama bisa jagain sebisa mama,lagian kamu pengen wujud in kemauan mereka kan? nah mungkin Allah baik sama kamu di kasih jalan ini untuk bisa meraih itu,ayo nak mama dukung kamu jangan takut, mama percaya sama kamu tunjukkin kalau kamu itu ibu yang hebat jadikan contoh untuk ke dua anak mu seperti mama dulu" Halimah mendukung dan memberi semangat

Dengan wajah yang menunduk dan tangan yang meremas baju sampai lecek akhirnya mengangkat wajahnya memberanikan untuk memilih jalan itu dan mengiyakan perkataan paman nya

"iya mah marwa mau,marwa mau bahagian mama dan mereka" pandangan marwa tertuju ke dua anaknya

zeva dan naufan melihat itu langsung berlari ke pelukan marwa,terheran melihat mata mamanya yang merah seperti menahan tangis

"loh mama kenapa, mama nangis? nek,kek mama kenapa kok mata mama merah gitu" zeva khawatir melihat mamanya dengan kondisi muka yang menurut nya menyeramkan

"sayang anak anak mama yang baik, pinter mama ga kenapa kenapa kok tadi mata mama cuma kelilipan aja, oh iya sayang mama mau bilang kalau mama mau kerja jauh nyari uang buat kalian,jadi untuk beberapa tahun kalian tinggal sama nenek Halimah dulu ya" tangis marwa pecah kala ia melihat wajah kedua anaknya itu

"mamah mau kemana, mama kelja jauh ya sampai halus tinggalin kami? kenapa halus jauh mah emang yang deket ga ada?" mata naufan seketika berkaca kaca

"heh cup cup sayang mama ga ada niatan untuk tinggalin kalian mama cuma mau nyari uang buat keperluan kalian ingat kalian mau beli apa?" senyum marwa di sertai air mata yang mengalir

Dengan air mata yang membasahi pipi zeva dan naufan menjawab bersamaan

"mau sepedaaaa!"

"nah itu tau ahaha udah ya jangan nangis lagi mama ga lama kok nanti kalau udah ada uang nya mama pulang" marwa meyakinkan mereka agar tidak menangis lagi dan yah mereka langsung berhenti berubah menjadi senyum

"benelan mah,mamah ga lama lama kan awas aja kalau mama bohong kita ga kawan hu" cemberut naufan, memang naufan dekat sekali dengan mamanya sampai tidak boleh ada yang jauh di antara mereka

"iya sayang" marwa merubah raut wajah agar mereka yakin dan bener saja mereka tertawa kembali

"ahahaha sayang mama" zeva dan naufan memeluk marwa secara bersamaan, Suharto Ratih dan Halimah melihat itu merasa terharu

akhirnya zeva dan naufan mengizinkan marwa untuk merantau di negeri tetangga, marwa melakukan itu semata mata hanya karna anak nya kalau tidak ia enggan harus rela meninggalkan mereka.
•••

sebulan telah berlalu kini marwa beserta kedua anaknya dan halimah pergi ke rumah teman pamannya untuk berangkat ke bandara bersama calon yang bekerja seperti marwa.

marwa keluar dari dalam rumah sambil mendorong koper berisikan baju dan keperluan lainnya itu mendekati zeva dan naufan.

"naufan udah ya nangisnya masa anak laki laki mama nangis, cengeng ih liat tu kak zeva ga nangis" marwa berusaha mendiamkan naufan yang sejak tadi nangis terisak sambil memakan permen nya

"zeva sini kak" panggil marwa kepada zeva agar mendekat untuk pamitan

"zeva dengerin mama ya nak jangan nakal denger apa yang di bilang nenek jagain naufan juga,kalau naufan masih ngompol aduin aja ke mama oke, oh iya satu lagi jangan nangis ya kalau mama ga ada di samping kalian,setiap hari mama bakal kasih kabar sama kalian" pesan marwa kepada zeva ,dan zeva menjawab itu dengan anggukan

"marwa pamit ya ma tolong jagain zeva sama naufan,maaf kalau marwa ngerepotin mama marwa janji pulang nanti bisa bahagiain mama" pamit marwa dengan air mata yang menggenang di pelupuk mata nya

"iya nak hati hati di jalan ya,mama doain kamu dari sini"

di rasa sudah berpamitan marwa menarik koper dan berjalan ke arah mobil berwarna merah yang sudah terparkir di depan gang, sebagai tanda terakhir marwa melambaikan tangan dari kaca mobil

tidak hanya keluarga marwa tetapi keluarga yang anaknya merantau juga merasa sedih lalu mereka pergi, zeva menatap kepergian mobil itu hingga lenyat dari pandangan nya.

"𝐦𝐚𝐡 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐡𝐚𝐭𝐢" batin zeva

ZEVA!'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang