Cerita ini murni dari pikiran author sendiri. Mohon jangan di sangkut pautkan sama cerita orang lain. Tolong hargai penulis. Btw, panggil lili aja biar enak aja gitu. :)
Jangan lupa vote dan comennya😃
***
"Balqis" panggil lelaki bertubuh tinggi di kenal nama lelaki itu adalah Muhammad jaiz Al-zain biasa di panggil gus jaiz.
Balqis menoleh ke asal suara. Terlihat jelas jaiz berlari tergesa-gesa menuju ke arah perempuan bergamis hitam yang sedang asik duduk di bangku taman pondok pesantren.
Perempuan itu mengkerut kan dahinya ketika melihat jaiz bercucuran keringat. Kini jaiz tepat berdiri di hadapan nya, lelaki itu mengatur napasnya karna letih. Jujur, dia berlari dari ndalem pergi ke bangku taman. Sedangkan jarak nya lumayan jauh.
"Assalamu'alaikum aqis" ucap jaiz yang kini berasal di hadapan balqis.
"Wa'alaikumussalam salam gus" balqis berdiri dari duduknya.
"Apa kamu bisa ikut dengan ku sebentar?" tanya jaiz, berharap balqis mau ikut dengannya.
Balqis bingung ingin menjawab apa, memangnya sepenting itu sampai harus ikut dengan gus jaiz? Lalu balqis bertanya. "Kalau boleh tau, ada apa yah gus?"
jaiz tersenyum tipis, ia menundukkan pandangannya, menetralkan detak jantung yang kini berdebar tak karuan.jaiz memainkan jari² nya.
"Aku ingin bicara empat mata dengan mu aqis" ujar jaiz sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal."Maaf gus, tapi aqis nggak mau kalau bicara hanya berdua. Takut nanti timbul fitnah" aqis menolak permintaan jaiz secara halus.
Seketika saja raut wajah kecewa nampak jelas pada jaiz. Hal itu membuat balqis merasa tidak enak karna menolak permintaan lelaki yang ada di hadapannya sekarang. Namun, rasa trauma pada diri balqis masih terus saja membekas. Sampai² rasa trauma yang ia rasakan membuat balqis berfikir tidak akan pernah menikah.
"Kalau penting banget, gus bisa ngomong disini saja. Lagian di sekitar sini orang lumayan kurang" yah, di sekitar mereka memang lumayan kurang orang. Tapi, interaksi mereka berdua masih terlihat jelas oleh santri² yang ada di sana.
Jaiz menghembus kan nafas kasar, ia menutup kedua matanya. Tangan kanan ia letakan pada dada yang sedari tadi berdegup kencang. "Sebenarnya, aku mau bilang, kalau aku suk---"
"ASSALAMU'ALAIKUM" suara menggelegar terdengar jelas di pendengaran balqis dan jaiz, sontak mereka berdua menoleh ke asal suara tersebut.
Faiz memutar bola mata malas ketika tahu siapa pemilik suara tersebut. Kenapa harus sekarang? Kenapa detik² saat ingin memberitahu sesuatu yang penting orang ini harus muncul?. Sungguh, kedatangan nya sangat mengganggu seorang jaiz.
"Kalau ada orang ngucap salam tuh di jawab, bukan cuman bengong doang" ucap lelaki tersebut.
"Wa'alaikumussalam"jawab jaiz dan balqis secara bersamaan.
"Hayoo... Kalian berdua ngapain disini? " ucap lelaki tersebut, sambil memberi tatapan seolah olah sedang mengintrogasi keduanya.
Balqis dan jaiz langsung membulatkan bola matanya lebar. Takut nanti malah mikir yang aneh², sontak jaiz memukul lengan lelaki yang kini berdiri tepat di samping nya.
"Awh, hobi banget sih mukul adek sendiri" ringis nya sambil memegang bahu kanan yang kena pukul oleh jaiz. Jaiz memilih diam agar masalah tidak bertambah besar.
"Gus husein ada pe-perlu apa?" tanya balqis gugup.
Pandangan lelaki bernama lengkap Muhammad husein al-zain adik dari seorang gus jaiz, kini mengarah pada balqis. Wajah cengesan ia nampakan pada perempuan yang ada di depan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH BALQIS [Slow Update]
Romance⚠️SEBELUM BACA WAJIB FOLLOW ⚠️ {Hargai penulis, ini semua jernih dari pikiran saya sendiri. jadi mohon jangan sama² kan dengan cerita² yang lain yah:) } niat menuntut ilmu di pondok pesantren, malah di buat bimbang oleh tiga gus yang mencintai balqi...