Aku menunggu Cassie untuk datang ke ruangan klub sepak bola yang sekarang tidak dipakai untuk kegiatan apapun. Aku mendengar apa yang ia lakukan pada El dari Jo, dua hari yang lalu aku juga melihat perlakuannya pada Jo, dan aku tidak bisa membiarkannya lebih jauh lagi. Aku tidak tahu apa yang ia katakan pada Jo, tapi apapun yang Cassie katakan jelas sesuatu yang buruk sampai Jo marah.
Omong-omong soal dua hari yang lalu. Rasanya sudah lama sejak kami dekat seperti itu. Akhir-akhir ini aku terlalu sibuk menjauhi penggemarku sampai tidak sempat makan bersama dengan mereka berdua lagi. Bahkan aku tidak menyadari memar di wajah Jo dan wajah pucat El. Sahabat macam apa aku ini? kurasa ide Jo untuk sleepover benar-benar membuatku merasa seperti Niall yang dulu.
Kemarin, aku bangun dengan Jo dan El di sisiku. Aku tidak sadar kalau semalaman aku terus memeluk El, aku memastikan agar tidak menimpa kaki kanan El yang sedang sakit. Tanganku juga menggenggam tangan Jo agar ia tidak menghancurkan benteng selimut yang ia buat. Aku merasa seperti anak kecil lagi saat bangun kemarin. Dulu, kami sering tidur bersama di kasur yang sama, itu adalah ide mamaku yang menginginkan foto kecil yang imut.
Ah... Jo juga berkata akan mengikut sertakan aku untuk menjadi salah satu yang mengisi acara pada saat kelulusan kelas tiga nanti. Ia mengusulkan agar aku berduet dengan El, aku hanya menyetujuinya saja, karena menurutku itu ide yang bagus. El sendiri tidak keberatan, karena kami juga sering bernyanyi bersama.
"Niall?" ah, yang kutunggu akhirnya muncul juga. Cassie menghampiriku dengan anggun yang dibuat-buat. Percayalah, aku tahu mana sesuatu yang dilakukan dengan natural dan mana yang dibuat-buat.
"Ada yang ingin kubicarakan padamu," kataku.
"Bicara tentang apa?"
"Jo dan El," aku menatap Cassie tajam. "Apa yang kau katakan pada Jo waktu itu? Apa yang membuatmu berpikir menyakiti El akan menarik simpatiku? Dan apa yang membuatmu yakin bertengkar dengan mereka berdua bisa membuatku melirikmu?"
Cassie tertawa pelan. "Aku tidak memikirkan apapun, Niall. Untuk yang lainnya, kau tanyakan saja pada Jo, aku malas mengulangnya sampai dua kali."
Aku sudah berkali-kali meminta pada Jo untuk mengatakan apa yang membuatnya marah pada Cassie, tapi hasilnya nihil. Aku tidak bisa membujuk Jo untuk membuka mulutnya. El yang sama penasarannya denganku juga tidak bisa membujuk Jo.
Aku mendengus kasar. "Jangan ganggu mereka lagi, jangan bertengkar dengan mereka lagi, jangan menyebarkan hal yang buruk tentang mereka lagi, mengerti?"
Cassie mengangkat sebelah alisnya. "Sebenarnya siapa mereka? kenapa kau begitu melindungi mereka?"
Aku bungkam. Malas menanggapi pertanyaan bodoh seperti itu.
"Apa karena Jo? Apa kau menyukai Jo?" desak Cassie. Aku mendengus, mana mungkin aku bisa menyukai Jo yang seperti itu?
"Hentikan dugaan tanpa buktimu itu. Aku tidak mungkin menyukai Jo."
Cassie bersedekap. "Kalau begitu El? Jangan-jangan kau menyukai El?"
Aku tidak bisa membalas. Lebih tepatnya bingung ingin membalas apa, aku tidak memiliki alasan untuk membantah, tapi juga tidak punya bukti untuk menyetujui ucapan Cassie. Mata Cassie melebar, seakan baru melihat hal yang membuatnya kaget, lalu ia tersenyum sinis.
"Jadi seperti itu perasaanmu? Kau menyukai El, tapi sama sekali tidak menyadarinya?" sindir Cassie. Ia menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku tidak akan menganggu, mencari masalah, atau menyebarkan sesuatu yang buruk tentang mereka. Dengan syarat, kau juga harus mengikuti permintaanku ini, bagaimana?"
Demi kebaikan El dan Jo, aku mengiyakan. "Baiklah, tapi ingat janjimu."
***
Jo dan El menghampiriku saat istirahat makan siang, tapi aku harus mengacuhkan mereka dan keluar dari kantin. Aku bisa merasakan tatapan mereka dipunggungku. Berkali-kali aku minta maaf dalam hati, aku melakukan ini untuk mereka, agar Cassie tidak menganggu mereka lagi, agar Cassie tidak menyakiti mereka lagi.
Aku tahu tindakanku ini bodoh dan tidak bisa diterima sama sekali, tapi saat membayangkan El terluka saja sudah membuatku merinding, membayangkan Jo yang kemarin membuatku menyalahkan diriku sendiri, karena secara tidak langsung semua ini adalah salahku. Kalau saja aku tidak terkenal, mungkin kami masih tetap seperti dulu, mungkin aku masih bisa makan bersama mereka dan bolos bersama, mungkin masih ada sleepover selanjutnya, mungkin. Tapi, semuanya sudah terlambat, tidak ada yang bisa kulakukan lagi kecuali menjauh untuk sementara waktu, seperti syarat yang diajukan oleh Cassie.
Aku juga memilih untuk tidak duduk sebangku lagi dengan El dan pindah ke kursi yang paling jauh darinya. Aku sadar, semakin aku menjauh semakin hilang cahaya mata El, mata cokelatnya semakin redup. Berbeda dengan El, semakin lama Jo ikut mengacuhkanku, ia menatapku dengan tatapan marah dan tidak mengucapkan satu kata pun padaku.
Sudah satu minggu setelah aku mengiyakan syarat dari Cassie, satu minggu juga aku tidak berbicara dengan mereka berdua, satu minggu juga aku selalu merasa sendirian. Dalam satu minggu ini, El atau Jo sering mampir ke rumah untuk sekedar bertanya, tapi aku tidak pernah menemui mereka. Mama sempat bertanya, apa aku sedang bertengkar dengan mereka, tapi hanya kujawab dengan bahu terangkat. Sejak saat itu mama juga tidak menanyaiku.
Saking sibuknya menghindar, aku sampai lupa kalau aku masih punya sesuatu untuk dikerjakan. Aku masih harus latihan untuk mengisi acara pada saat kelulusan nanti, mau tidak mau aku harus berhadapan dengan El dan Jo. Mrs. Bradley membuat pengumuman agar para pengisi acara dan penanggung jawab acara berkumpul di ruang musik. Seingatku, Jo adalah penanggung jawab acara, perwakilan dari klubnya, karena itu ia bisa menawariku untuk bernyanyi di kelulusan nanti.
"Nialler!!" aku mempercepat langkahku saat suara yang kukenal memanggilku.
"Oi, pirang, tunggu sebentar."
Tiba-tiba Cassie muncul dan langsung menarik tanganku. Jo dan El sudah tidak mengikutiku lagi karena adanya Cassie. Aku yakin Jo yang memaksa El untuk berhenti, karena melihat sejarah mereka berdua dengan Cassie, pasti mereka tidak ingin cari masalah.
"Kau melakukan hal yang baik satu minggu ini, Ni," ujar Cassie.
"Hanya mereka berdua yang bisa memanggilku begitu," balasku sinis. "Apa maumu?"
Cassie tertawa sinis, tapi mengabaikan balasan sinisku. "Ada taman bermain yang baru dibuka belum lama ini. Kau harus menemaniku kesana, ya? Aku janji kau tidak akan sempat memikirkan gadis-gadis itu, oke?"
"Untuk apa aku menemanimu? Lagipula aku sibuk."
"Jadi kau menolak untuk ikut, Ni? Baiklah, kemarin aku sudah melukai kaki kanannya, mungkin aku bisa mengincar kaki kirinya?" Cassie menampakkan raut wajah yang tidak ingin kulihat. Raut wajah manis yang dibuat-buat membuatku muak.
"Baiklah.. aku akan ikut denganmu, puas?"
"Terima kasih, Ni~"
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
FanfictionBanyak kata ingin disampaikan, tapi tidak bisa terungkapkan. Banyak hal yang ingin dilakukan, tapi tidak bisa terwujudkan. Hanya dengan bersamanya, aku tidak perlu mengungkapkan. Hanya dengan melihatnya, mimpiku sudah terwujudkan. Bagaimana bisa han...