7- Joanna Milligan

31 2 0
                                    

"Jadi? Apa pembelaanmu terdakwa?" aku melipat tanganku di depan dada. Harry berdiri di depanku dengan ekspresi gelisah.

"Aku hanya melakukan apa yang ibuku lakukan kalau aku menangis. El melihat Niall dengan orang yang kau bicarakan sebelumnya. Mereka berdua datang bersama dan gadis itu menggandeng tangan Niall dengan senyum bahagia. Sekilas, aku melihat gadis itu mencium pipi Niall," jelas Harry.

"Benarkah itu, Hazz?" tanyaku lagi.

"Tentu saja. Jangan karena kau berpikir mantanku banyak, lalu aku akan memeluk seorang gadis yang baru mengenalku satu hari tanpa alasan," balas Harry tidak mau kalah. Ia terlihat kesal saat aku mencurigainya.

Karena aku melihat El menangis, aku memutuskan agar kami pulang lebih dulu. Sekarang, aku sedang menginterogasi Harry di rumahku setelah mengantar El pulang. Aku berjanji padanya agar malam ini aku akan menginap dirumahnya, setelah aku selesai menginterogasi Harry, tentunya.

"Baiklah, aku mempercayaimu. Lalu, apalagi yang kau lihat?"

"Tidak ada. Karena tidak lama setelah itu, mereka berdua pergi, tapi aku bisa melihat Niall terdiam sebentar, sebelum berjalan bersama gadis itu lagi," jawab Harry.

Apa mungkin Niall melihat El dan Harry berpelukan? Jangankan Niall, aku saja terkejut saat melihat El dan Harry berpelukan. Aku juga tidak pernah mengenalkan Harry pada Niall, toh mereka juga tidak pernah bertemu. Aku dan Harry bertemu saat aku tinggal di Holmeschapel selama satu tahun, kami berteman dekat. Sesekali Harry datang untuk menjengukku, dan kunjungannya ini adalah yang pertama di enam tahun terakhir.

"Oke. Kau sendiri kapan akan pulang?"

Harry tersenyum miring. "Kau berniat untuk mengusirku?"

"Bukan itu maksudku, keriting. Kalau kau pulang sebelum malam, aku akan mengantarmu. Aku sama sekali tidak mengusirmu, aku malah senang kalau kau datang ke sini," jelasku.

Harry menganggukkan kepalanya. "Aku akan pulang sekarang, aku tidak bisa terlalu lama berada disini, aku kan masih harus bekerja besok."

"Hati-hati ya, keriting."

Harry memelukku erat. Aku akan selalu merindukan pelukannya, mungkin saja aku yang akan mengunjunginya lain kali. Aku memandangi punggung Harry yang semakin lama semakin menjauh. Nah, sekarang waktunya aku pergi kerumah El untuk menenangkannya.

***

Tidak ada yang bisa kulakukan selain memeluk sisi El yang sejak tadi menangis. Ia berbicara sambil terisak, membuatku harus membuatnya berhenti berbicara karena aku sama sekali tidak mengerti apa yang ia katakan. Aku bisa membayangkan apa yang ia rasakan tadi sore, ia baru saja melihat orang yang ia sukai jalan bersama dengan orang yang ia tidak suka. Aku bisa membayangkan rasa sedihnya, rasa kesalnya.

Sebenarnya, ini juga salahku. Aku hanya melihat Niall berjalan kearah kami, niatku agar Niall melihat El dan Harry jalan berdua dan aku ingin melihat reaksinya. Tapi diluar dugaan, Cassie ternyata datang bersamanya. Kalau bertemu dengannya lagi, akan ku lepas kuku palsunya itu.

"Aku tahu aku hanya sahabatnya, tapi apa ia tidak pernah memikirkan perasaanku untuknya?"

"Sudahlah, El. Kau ingat kalau semua ini hanyalah permainan Cassie? Ia sengaja ingin membuatmu menderita, El. Aku yakin Niall menyayangimu," balasku. Aku semakin merasa bersalah ketika isakan El semakin keras.

Kalau saja aku tidak merencanakan semua ini, kalau saja aku tidak mengajaknya ke taman bermain, kalau saja aku tidak meninggalkan El sendirian, mungkin aku bisa mencegah semua ini. Tapi, penyesalan selalu datang belakangan, hal yang bisa kulakukan saat ini adalah menghibur El.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang