Maaf ya teman-teman kalo ceritanya banyak kekurangan karena aku baru belajar menulis, tapi ini real karangan ku sendiri.
Kisah ini menceritakan tentang seorang gadis cantik yang bernama Zoya Amirin gadis yang baru berusia 15 tahun , Zoya baru duduk di bangku sekolah menengah atas atau SMA kelas X tahun selama lima bulan.
gadis yang periang dan ceria dihadapan semua orang berubah menjadi gadis pendiam dan tidak banyak bicara. Semenjak sering mendapat bullying dari teman sekolahnya yang membuat gadis itu mengalami trauma.
Ketika bundanya yang mengetahui akan bullying yang anaknya dapat ia memutuskan untuk membawa anaknya pindah. Bukan hanya pindah sekolah tapi pindah kota juga karena tidak ingin anak semata wayangnya mengalami trauma yang lebih dalam atas kejadian itu.
Dan juga bundanya tidak dapat melakukan banyak hal karena anak anak yang merundungnya adalah anak orang kaya dan berpengaruh di kota yang iya tinggali.
Sedang ia hanya gadis sederhana yang selama ini hanya tinggal berdua dengan bundanya di rumah minimalis. karena ia tidak pernah tau keberadaan ayahnya.
Bunda Vanya Ananda adalah ibu Zoya, Vanya sendiri baru berusia 31 tahun.
Sangat muda bukan?. Karena ketika memiliki anak Vanya saat itu baru berusia 16 tahun. Itu semua terjadi karena kebodohannya ketika remaja yang termakan rayuan laki laki itu, saat itu ia berfikir lelaki itu mencintainya dengan tulus dan ternyata iya hanya dijadikan sebuah taruhan oleh lelaki itu dan para teman temannya. Sakit sekali setelah mengetahui fakta bahwa orang yang sangat dicintainya bahkan ia rela menyerahkan segalanya.
Tetapi ia tidak pernah menyesal akan semua yang pernah ia jalani dengan lelaki itu karena berkat lelaki itu ia bisa memiliki seorang putri yang cantik, ia sangat menyayangi anaknya tidak pernah terbersit sedikit pun untuk menggugurkan kandungannya saat ia mengetahui dirinya hamil, ia memutuskan untuk pergi dari ibukota Jakarta dan pindah ke solo.
Namun saat ini ia memutuskan kembali ke kota kelahirannya dan segala kenangan kelamnya demi Putri semata wayangnya. Ia tidak ingin putrinya terus terpuruk jika tetap tinggal disini.
Ia merasa sakit setelah tahu jika putrinya mengalami perundungan selama ini, ia merasa menjadi orang tua yang gagal.
Saat ini Zoya dan bundanya sudah sampai di ibukota Jakarta, bundanya memutuskan untuk pindah ketempat kelahirannya.
Zoya turun dari taxi yang di tumpangi nya setelah turun ia menatap rumah barunya yang akan ia tempati bersama ibunya. Rumah lantai satu yang sederhana dan terkesan nyaman.
"Ayo sayang kita masuk." Ajak bundanya. Dan hanya dibalas anggukan dan senyum tipis.
Vanya cukup senang melihat anaknya sudah mau meresponsnya, walau ia masih sedih anaknya yang periang berubah menjadi pendiam.
Mereka pun memutuskan masuk kerumah tersebut.
Vanya membuka pintu rumah yang akan mereka tempati.
"Ayo bunda antar kamu ke kamar mu sayang." Ucap Vanya sambil menggenggam tangan putrinya dan membimbing putrinya untuk kekamar yang akan ditempati oleh putrinya.
Rumah yang Vanya dan Zoya tempati ini rumah sederhana dengan hanya dua kamar, satu kamar mandi, ada ruang tamu minimalis juga ada dapur dan ruang makan mini yang cukup hanya untuk mereka berdua.
Setelah mengantar anaknya kekamar Vanya lantas membereskan barang barang yang ia bawa dari rumah lamanya setelah selesai membereskan barang barang nya, iya memutuskan pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan.
Sebelum memutuskan untuk pergi ia menyempatkan diri kekamar putrinya untuk memberitahu kan putrinya karena takut putrinya mencarinya jika ia tidak memberikannya.
Ia masuk kedalam kamar anaknya dan melihat anaknya sedang merebahkan diri ditempat tidurnya, bunda akan pergi ke supermarket Yaya gak apa-apa kan jika bunda tinggal sebentar."ujar Vanya.
"Iya." Jawab Zoya lirih.
"Yaya ada ingin sesuatu yang mau yaya beli? Biar bunda belikan." Tanya Vanya.
"Gak ada," jawab Zoya.
'yaya adalah panggilan kesayangan dari bunda Vanya untuk Zoya'
"Baik lah." Ujar Vanya setelah mendengar jawaban anaknya iya memutuskan untuk keluar dan pergi ke supermarket dekat rumahnya.
Tidak lama Vanya pun pulang dengan banyak belanjaan yang ia bawa, dan ia bergegas masuk kedapur untuk menyiapkan makan malam untuknya dan Zoya. Setelah selesai masak ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu dan setelah mandi ia kekamar anaknya dan memanggil Zoya untuk makan malam.
"Sayang." Ucap Vanya dengan membuka pintu dan melihat putrinya sedang duduk di depan meja rias dengan tangan sedang menyisir rambut.
Zoya yang merasa di panggil pun menoleh kearah pintu.
"Yaya baru selesai mandi ya." Ujar Vanya dan berjalan kearah putrinya. Dan putrinya pun mengangguk kan kepala.
"Nah karena Yaya sudah mandi jadi bunda kesini buat ajak Zoya makan malam, bunda udah masak makanan kesukaan Yaya Lo, ada ayam ungkep sepesial untuk anak cantik bunda." Ujar Vanya dengan senyum terus mengembang. Berharap anaknya mau meresponnya.
Mendengar ucapan bundanya Zoya langsung berdiri dari duduknya dengan kedua mata berbinar. Dan langsung menggenggam tangan bundanya, lalu membawa bundanya keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur.
Zoya pun lantas duduk di kursi yang ada di dapur dan memandang masakan bundanya dengan senyum mengembang. Vanya yang melihatnya pun merasa terharu melihat senyum anaknya lagi.
"Segini cukup sayang?." Tanya Vanya yang sedang mengambil kan nasi untuk Zoya. Dan dibalas anggukan kepala. Setelah itu iya memberikannya pada Zoya.
Lantas Vanya duduk di depan Zoya dan mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Tetapi ia tidak menyentuh makanan yang ada didepannya karena terlalu senang melihat Zoya makan dengan lahap rasanya membahagiakan melihat Zoya makan saja ia merasa kenyang.
Sedangkan Zoya yang merasa terus di perhatikan pun mendongakkan kepala dan melihat kearah bundanya. Ia dibuat bingung kenapa bundanya melihatnya terus. Lantas Zoya mengalihkan pandangannya kearah makanan didepan bundanya yang tidak dimakan dan hanya didiamkan pun langsung memberhentikan makannya. Lalu Zoya membuka mulutnya dan perkata.
"Bunda kenapa ngelihatin aku terus dan bunda kenapa gak dimakan makanannya." Tanya Zoya.Deg
Sedangkan Vanya malah mematung mendengar perkataan panjang putri ya. Dengan mata yang berkaca kaca Vanya terus menatap putrinya dengan haru.
"Kenapa mata bunda berkaca kaca apa bunda sedih." Tanya Vanya dengan ekspresi sedihnya.
"Ah tidak tidak sayang bunda tidak sedih dan ya ini bunda makan dan kamu juga makan yang banyak ya sayang." Jawab vanya, walau masih kaget dengan perubahan putrinya. Dan ia berusaha meyakinkan putrinya bahwa baik baik saja.
Zoya yang mendengar perkataan Vanya pun pun mengangguk kan kepalanya.
Setelah mereka selesai makan malam. Vanya dan Zoya saat ini sedang ada di dalam kamar Zoya Vanya ingin menyampaikan bahwa untuk kedepannya Zoya akan homeschooling sampai Zoya siap untuk sekolah seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
zoya
Teen FictionTentang Zoya Almira yang menjalani hidup setelah keluar dari trauma akan bullying yang ia dapat di sekolah lamanya.