part 6

16 4 0
                                    

Dirumah Zoya saat ini sedang kedatangan tamu yaitu Ayunda denanda ibu dari Amora.

"Loh mbak ayu, silakan masuk." Kata Vanya mempersilakan tamunya untuk masuk.

"Silakan duduk mba, mau minum apa ada teh atau kopi." Tanya Vanya.

"Gak perlu repot-repot van aku Dateng juga cuman mau main dan melihat kabarmu." Ujar ayu dengan senyum lembut.

"Engk repot kok mba, aku buatin teh dulu ya mba." Ujar Vanya dan dibalas anggukan kepala oleh ayu.

Tidak lama Vanya datang dengan membawa dua gelas teh dan makanan ringan.
"Silakan di nikmati mba, maaf punyanya cuman ini." Ujar Vanya sambil meringis. Dan duduk didepan ayu.

"Terimakasih van, seharusnya gak perlu repot-repot kamu itu kayak sama siapa aja." Ujar ayu

"Engk repot kok mbak, ya masak tamu gak di suguhi apa apa." Kata Vanya.

Ayu pun menghela nafas.
"Van mbak ingin bicara serius sma kamu." Ujar ayu.

"Iya mbak ada apa." Jawab vanya.

"Van kamu udah mbak anggap sebagai adik mbak, mbak hanya tidak ingin kamu dan Zoya hidup seperti ini terus." Ujar ayu.

"Maksud mbak ayu gimana ya." Ujar Vanya yang bingung dengan ucapan ayu.

"Apa kamu tidak ingin memberikan keberadaan Zoya pada dia Van, kasian Zoya ia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah." Ujar ayu.

Deg

"Engk mbak dia gak perlu tau, aku gak mau dia tau keberadaan Zoya cukup aku Zoya gak butuhin pria itu!!." Ujar Vanya.

"Mbak tau kamu membenci dia tapi apa kamu pernah tau apa yang dirasakan Zoya dan apa sebabnya Zoya bisa seperti sekarang, andai dia mendapat dukungan dari dia tidak ada yang berani menindasnya." Ujar ayu.

"Engk engk aku pastiin Zoya gak akan kayak dulu lagi." Ujar Vanya.

"Mbak udah ngenal kamu dari kamu dan dia dari kalian masih SMA Van, mbak tahu kalian masih saling mencintai." Ujar ayu pada Vanya.

"Gak mbak, rasa cintaku pada dia sudah hilang sejak aku tahu dia hanya menjadikan ku barang taruhan bersama teman temannya." Ujar Vanya mulai mengeluarkan air mata, ia merasa pedih dengan jalan hidupnya.

"Mbak tau itu kesalahan yang dia buat saat besar pada mu dan susah untuk dimaafkan, tapi coba kamu pikir apakah Zoya pernah menanyakan keberadaan ayahnya." Ujar ayu dan membuat Vanya terdiam dan membayangkan perkataan perkataan Zoya

'nda anak halam itu apa.'

'nda kenapa kiki bilang Yaya anak halam'

'nda mama Sasa gak bolehin Sasa main sama Yaya kalena Yaya anak halam'

'nda ayah itu apa'

'bun ayah ada dimana'

'bun apa Zoya gak punya ayah seperti temen temen Zoya.

'bun apa ayah Zoya udah mati seperti ayah kak lili'

'bunda apa ayah gak sayang Zoya ya makannya ninggalin kita'

'bunda rasanya dipeluk seorang ayah itu gimana'

'bunda apa ayah gak rindu Zoya kayak Zoya rindu ayah'

Ingatan itu masuk ke kepalanya ingatan tentang Zoya kecil yang menanyakan keberadaan ayahnya, hingga Zoya berusia 12 tahun Zoya berhenti bertanya tentang ayahnya kepadanya, tapi ia tahu setiap malam putrinya akan murung setelah mendengar perkataan perkataan tetangganya dulu yang menyakitkan.

Vanya tahu sampai sekarang pun Zoya masih sering memikirkan tentang ayahnya tapi tidak berani bertanya kepadanya karena ia tahu jika ia bertanya tentang ayahnya pada Vanya pun percumah Vanya hanya akan menangis dan itu yang membuat Zoya tidak pernah bertanya lagi. Dan Vanya berpura pura tidak tahu akan ingin tahuan Zoya tentang sosok ayahnya.

"Kamu tidak ingin Zoya merasakan keluarga yang lengkap Van." Ujar ayu dan membuyar kan lamunan Vanya.

"Biarkan Zoya tetap seperti ini tidak tahu keberadaaan ayahnya dari pada ia tahu ayahnya hanya seorang bajingan." Ujar Vanya dengan emosi yang menggebu-gebu.

"Itu dulu Van mungkin sekarang ia sudah berubah karena ia sudah dewasa bukan lagi remaja yang masih suka bersenang senang lagi." Ujar ayu mencoba meyakinkan Vanya.

"Seandainya kamu tahu Van dia sangat menyesal dengan apa yang dia lakukan padamu, sekarang ia menjadi pria yang dingin dan kasar semua itu karena kepergianmu, tapi kamu tidak akan percaya dengan fakta itu."

"Sudah lah mbak aku tidak ingin membahas dia lagi, aku dan dan Zoya saat ini sudah hidup dengan tenang dan bahagia tanpa adanya sosok dia dihidup kami." Ujar Vanya.

"Van, dia sudah berubah mbak yakin itu." Ujar ayu

"Mau dia berubah pun itu tidak merubah apapun untuk ku dan Zoya, Dia hidup dengan mewah dan terjamin apa yang iya inginkan dengan jentikan jari bisa ia dapatkan sedangkan aku untuk sampai pada titik ini banyak yang aku korbankan, jangankan untuk membeli pakaian atau pun hidup yang layak. Mbak tau ketika hamil Zoya aku harus kerja lembur agar bisa menabung untuk kebutuhan kelahiran dan bayi, ketika mengidam, ketika Zoya kecil demam tinggi dimalam hari aku menggendong nya dengan jalan kaki sampai rumah sakit karena tidak ada kendaraan yang lewat sedangkan saat itu ia pasti sedang tidur nyenyak dikamar nya yang luas dan kasur yang empuk dengan AC apakah aku bisa memaafkannya untuk rasa sakit yang aku terima." Ujar Vanya dengan air mata terus mengalir.

"Vanya mbak gak bermaksud." Ujar ayu iya merasa bersalah dengan Vanya. Dia mengatakan ini karena belum lama ini iya bertemu dengan lelaki itu.

"Aku tahu mbak, jadi kumohon untuk tidak membahas dia lagi dan jangan sampai Zoya mengetahui kebenaran tentang ayahnya aku tidak ingin ia sedih dan membenci orang itu, cukup aku saja yang membenci orang itu jangan Zoya aku ingin Zoya hidup dengan nyaman dan tanpa harus mengetahui masalalu ku." Ujar Vanya.

"Baik mba mengerti kalau begitu mbak pamit pulang." Ujar ayu dan di balas anggukan kepala oleh Vanya.

Tampa mereka berdua ketahui Zoya mendengar semua yang mereka ucapkan dari awal hingga akhir. Setelah melihat Tante ayu pamit, Zoya berlari dari depan pintu kearah jalan raya ia tidak tahu akan kemana. Zoya terus berjalan menjauh dari rumahnya saat ini ia ingin menenangkan dirinya setelah mengetahui fakta mengejutkan tentang keberadaan nya dan tentang ayahnya walau ia tidak tahu siapa ayahnya.

Zoya terus berjalan Tampa arah sehingga ketika iya ingin menyebrang ada mobil didepannya ia tidak melihatnya dan mengakibatkan ya ia hampir tertabrak jika orang didalam mobil tadi tidak cepat menginjak rem pada mobilnya.

Sedangkan Zoya jatuh terduduk karena syok dengan apa yang terjadi padanya.

Orang dalam mobil pun keluar ia supir mobil itu.

"Aduh dek kalo nyebrang itu liat kanan kiri jangan asal nyebrang untung gak ketabrak." Ujar pria itu kepada Zoya. Dan Zoya hanya diam dengan kepala tertunduk dan tanpa menjawab orang itu.

"Dek kamu gak papa kan, kok diem aja." Ujar pria itu lagi. Dan Zoya pun tetap masih diam.

Tidak lama penumpang mobil itu pun keluar ada sepasang orang paruh baya.
"Gimana ton, apa dia baik baik aja." Tanya si laki laki.

"Gak tau tuan anak ini hanya diam saja ketika di tanya." Jawab pria yang di panggil ton

Setelah mendengar perkataan sopirnya paruh baya itu menghampiri Zoya.
"Nak kamu tidak apa-apa." Tanya paruh baya wanita. Dengan memegang bahu zoya.

Zoya pun tersentak lalu mengangkat kepalanya.
"Ma..af saya tidak sengaja." Ujar zoya dan menatap mata wanita didepannya yang sangat mirip dengannya.

Deg

zoya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang