1-Ahsan

6 0 0
                                    

"Ini bukan awal kisah, tapi ujian entah keberapa juta kalinya yang diharapkan tidak jatuh lagi."

***

Yaman.

Ada dua lelaki yang beranjak dewasa yang sedang mengobrol di atas loteng sambil memandang langitnya malam.

"Kamu sudah punya calon Zaen?" Tanya lelaki berwajah perpaduan arab-indo itu.

"Belum ada Gus, tapi sudah ada rencana mau ngelamar. Kalo Gus?" Ucap Zaen menjawab pertanyaan lelaki di hadapannya, yang tak lain adalah Gus Yahya.

"Saya mau ngelamar santri putri kebanggaan ummi Fatimah yang lagi sekolah di sini juga,"

Deg

Yang Zean tahu santri kebanggaan ummi Fatimah yang sedang sekokah di sekolah yang sama dengan mereka adalah.... Ayra, seseorang yang sudah ia siapkan kartu untuk melamarnya.

"Zaen, di panggil Ustadz Junaid!" Panggil salah seorang temannya dari depan pintu loteng.

"Ya, sebentar! Mari gus,"

"Nggak saya tinggal di sini aja, menikmati angin malam." Balas Gus Yahya tersenyum simpul.

***

"Sebentar lagi kita akan kembali ke Indonesia. Umur kamu sudah matang untuk menikah, saya memilihkan diantara dua orang perempuan ini yang menurut saya cocok untuk kamu." Ucap Ustadz Junaid setelah Zaen sampai di hadapannya.

To the poin

Ustadz Junaid menyodorkan dua biodata seorang perempuan.

Dengan jelas Zaen melihat bahwa dua nama itu adalah..

Ayra Ahsen Sabila
Hasnannisaussholehah

Dua orang bersahabat yang Zaen tau namanya, tapi tidak pernah ia lihat orangnya. Mereka berdua dari pesantren yang sama dengannya, dan ia dikirim lebih dulu setahun daripada mereka.

Tidak usah ditanya ia akan memilih siapa. Yang pasti ia tidak akan menyakiti hati Gusnya.

***


Di tempat lain.

Ayra dan Hasna sedang menikmati pemandangan malam Yaman dari dalam kamar. Mereka hanyut dalam pikirannya masing-masing.

Ayra, dia kembali kepada ingatan masa lalunya, di mana dia tertarik dengan seorang laki-laki yang tidak pernah ia temui sama sekali, yang dia juga bersekolah di sekolah yang sama.

Zean, itu dalam ingatannya, lelaki yang ia tahu satu daerah dengannya dan ia tidak pernah melihatnya, bahkan di foto sekalipun.

Astaghfirullah

Ia gunamkan istighfar berkali-kali. Ini semua karena Ustadzah Sania yang membicarakan perjodohan beberapa waktu yang lalu.

Apakah ia akan dijodohkan dengan orang yang ia cintai?

***

Dua hari kemudian.

"Ayra, dipanggil ustadzah Sania." Panggil salah seorang santri yang baru selesai setoran dengan Ustadzah Sania.

Ustadzah Sania adalah penanggung jawab semua santri putri dari pesantren Darul Muttaqin yang bersekolah di Yaman. Setiap akhir tahun beliau akan mendatangi dimana yang di sana ada santri Darul Muttaqin yang hendak lulus akan di periksa seluruh hafalan kitab serta Al-Qur'an.

Lho kenapa tidak ustadzah yang di pesantren sana saja yang mengecek? Tidak selengkap seperti di periksa oeh ustadzah Sania, karena santri di sana banyak, kalo santri putri Darul Muttaqin paling sekitar 15 orang.

Dan beliau juga adalah adik dari kiayi Abdul Ghofur pendiri pondok pesanrten Darul Muttaqin. Lewat beliau inilah orang-orang yang hendak melamar atau menjodohkan menyampaikannya.

"Ada apa ustadzah?" Tanya Ayra bingung kenapa tiba-tiba ia di panggil.

"Gini, Gus Yahya mau ngelamar kamu." Ucap Ustadzah Sania dengan senyum lebarnya.

Deg

Entah ia harus bahagia atau sedih. Sudah pasti ia tahu siapa Gus Yahya, putra kedua Kiai Abdul Ghofur.

"Gimana?"

"Kalo menurut ustadzah bagusnya bagaimana?"

"Saya terserah kamu, itu semua tergantung pilihan kamu sayang." Ucap Ustadzah Sania lembut.

"Boleh saya mau istikhoroh dulu?" Tanyanya dengan suara pelan.

"Iya, ditunggu. Memang tidak ada sesuatu yang rugi dengan istikhoroh,"

Gusnya atau cintanya?

***


Pagi hari.

Mereka sudah dinyatakan lulus, mereka sedang mengabdi sambil menunggu waktu kembali ke Indonesia. Ayra dan Hasna sedang berada di tempat biasanya, dua buah kursi dengan meja kecil yang berhadapan dengan jendela.

Sedari tadi Ayra bingung, kenapa sabahatnya ini sejak tadi malam tak kunjung berhenti senyum-senyum.

"Ada apa Hasna? Dari tadi malam senyum-senyum terus." Tanya Ayra dengan nada menggoda.

Bukannya menjawab, Hasna malah berjalan mengambil sebuah map di atas nakas. Hasna langsung menyerahkan map itu dengan malu-malu kepada Ayra.

Ayra langsung membacanya dengan senyuman yang luntur perlahan.

Map itu berisi lamaran Zean kepada Hasna. Ayra mencoba mengembangkan senyumnya kembali, bahagia jikalau temannya bahagia.

"Jadi kamu mau nerima lamaran Gus Yahya?" Tanya Hasna. Ayra memang sudah bercerita kepada Hasna perihal lamaran itu.

"Hasil istikhorohnya.... iya," ucapnya dengan menarik nafas panjang sebelum menyebut kata 'iya'.

Inilah yang terbaik.

..................

Ini Ayra(mini Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang