02

158 28 71
                                    

Anin keluar dari kamarnya, tidak sengaja bertemu dengan Moon, akhirnya mereka keluar dari Asrama bersama. "Patung dari kelompok mu sudah selesai?" Moon menggeleng.

"Perlombaan ini sangat menyusahkan.."

≻───── ⋆✩⋆ ─────≺

"Akan jadi semakin sia sia jika patung yang dipajang hanya satu."

Moon dan Anin menuruni tangga utama, sebenarnya lift tersedia, tapi karena agak rusak, jadi masih dalam proses perbaikan. Tidak tahu seberapa kaya Academy ini, tapi semua orang memberi julukan Academy Elite di Kota Envyella Ruby.

"Itu akan adil jika kepala Academy berganti," setelah itu keadaan mereka hening. Hanya ada suara tapak sepatu yang mengisi obrolan mereka. "Bagaimana dengan Ayana?" tanya Anin memecahkan keheningan diantara mereka. Moon hanya menggeleng tanda tidan tahu.

Asal kalian tahu, Ayana terluka dibagian kedua telapak tangannya. Amarahnya kemarin meledak dan sulit ditoleransi, itu akibatnya Crystal Kekuatannya ikut meledak akibat amarahnya. Akhirnya dia dan lawan bicara dia terkena sengatan listrik bersamaan, walau luka di kedua telapak tangan Ayana tidak diketahui penyebabnya.

"Aku cukup kasihan tapi ngeri juga ketika Crystal kekuatan kita meledak, apa itu artinya Crystal kita rusak dan kita tidak punya kekuatan?"

Moon menggeleng, kepalanya pusing akhir akhir ini, "Lebih baik kau tanya pada Alvara.. Atau ku sarankan lebih baik si kutu buku itu.."

"Kutu buku mana yang kau maksud? Banyak siswa disini yang kutu buku," balas Anin, yh dia cukup tidak tahu siapa kutu buku yang paling terkenal. "Kau tau? Si Nivalla."

"Saran mu tidak ada yang bagus.. Mereka pasti akan menjelaskan panjang lebar.."

"YA MENURUT MU SEJARAH ITU SINGKAT?!" sembur habis habisan Moon, lalu melangkah lebih cepat dari Anin. "Lha, marah."

≻───── ⋆✩⋆ ─────≺

"Bagaimana keadaan mu?" Kyra, Helena, Sena, Yuki, dan Kio menjenguk Ayana di ruang kesehatan, walaupun Ayana orang yang tertutup dan tidak suka dijenguk maupun diusik, tetap saja dia teman mereka.

"Tidak apa apa..," sahut Ayana, wajahnya tetap datar walau sebenarnya dia memang menahan rasa perih dan sakit yang bercampur. "Harusnya kau bisa mengontrol diri mu."

"Sialnya aku bukan orang seperti itu."

Tatapan iris Hazelnut indah milik Ayana seperti menghipnotis mereka. "Ayana, iris mu itu.. Dari gen ayah atau ibu mu?" Ayana terdiam mendengar pertanyaan Kio, kelopak matanya menutuo iris Hazelnut indahnya itu.

Dalam sekali hirupan, "Tidak keduanya."

"Aku tidak akan tahu seperti apa mereka dan gen yang mereka turunkan.. Selamanya."

Semuanya terdiam mendengar ucapan Ayana, harusnya Kio tidak membahas hal seperti itu. "A-nu.. Maaf, aku tidak tau.."

"Ya..," balas Ayana dengan senyuman, kemudian tertidur.

≻───── ⋆✩⋆ ─────≺

"Kau tau? Sebenarnya tidak masalah bagi ku..," sahut Boboiboy Taufan, si kembar dengan kepribadian biru langit, ceria tanpa batas. Topinya dia miringkan ke samping dan terdapat sebuah logo Crystal Angin.

Magic Of CrystalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang