03

122 28 49
                                    

"Crystal ku hilang."

Langkah Nivalla terhenti ketika mendengar ucapan Memory. "Coba ulang?"

"Crystal ku hilang setelah kembali dari toilet."

"Hah! Apa apaan?! Dia mencoret ransel mu dan mencuri Crystal mu?!"

"Iya itu lah! Aku ingin mengatakannya kepada Kepala Academy! Tapi kau tau kan dia seperti apa!"

'Sial! Solusi lain! Cari keluarga Crystal!'

***

"Ayo kita cari si Al itu!" Nivalla mempercepat langkahnya, dia bukan tipe yang suka terburu buru, tapi ini juga bahaya. Lengan Memory ditarik mengikuti langkah kaki Nivalla.

Langkah Nivalla berhenti ketika tidak sengaja bertemu dengan Reyl. "Reyl!"

"Apa?" Reyl menoleh pada asal suara, tanggapannya lebih cepat dibandingkan yang dikira. "Apa kau melihat si Al?"

"Tidak," jawab Reyl dengan cepat, "tapi aku tadi hanya melihat Xavier yang sepertinya juga mencari si Al."

"Terimakasih! Sangat tidak berguna!" kemudian Nivalla langsung pergi lagi tanpa memperdulikan Reyl yang tampak murung. Wajahnya memang sudah murung sejak tadi sih.

Nivalla bersama Memory yang ditarik mencari si Al itu keseluruh bagian Academy termasuk Asrama. Tenang, mereka semua sudah diajarkan teleportasi, jadi tidak terlalu melelahkan. Terlihat laki laki dengan rambut ungunya dan topi hitamnya, duduk disebuah pembatas rooftop menikmati angin sepoi sepoi yang mengibarkan sebagian dari rambutnya.

"Alvaro!" hanya diam saja, menunggu ucapan selanjutnya dari Nivalla. "Crystal Memory dicuri!"

Kelopak mata yang menutupi iris Ruby -nya terbuka. Mendengar ucapan yang dilanjutkan oleh Nivalla. "Ku kira si kutu buku akan berlarian membaca semua buku sejarah di perpustakaan."

"Hey! Bagaimana dengan Crystal ku?!" Memory memotong ucapan Alvaro. "Apa solusinya? Kau keturunan keluarga Crystal kan?"

"Tidak ada solusi, tapi kenyataannya Crystal akan bercahaya ketika seorang pemiliknya muncul," kemudian Alvaro menjatuhkan diri ke bawah gedung Academy dan berteleportasi.

Hanya ada hening diantara mereka, angin sepoi sepoi masih mengibarkan rambut indah mereka. "Jadi?"

"Begitu?"

***

Xavier dengan langkah terburu buru, membawa ransel orange nya itu, memperhatikan keadaan seluruh lorong di Academy ini. "Dimana si Cas itu?! Menyebalkan!" tanpa mengalihkan pandangan ke depan, Xavier tidak sengaja menabrak seseorang. Laki laki yang lebih tinggi darinya, berdiri di depannya dengan wajah yang tetap datar. "Maaf!"

Sontak Xavier langsung bangun dan meminta maaf. Dengan surai putih yang didampingi oleh helaian hitam dan abu abu. Iris silvernya menatap dingin Xavier yang berada dihadapannya.

'Menarik,' Xavier dengan senyuman di wajahnya.

"Lain kali lebih berhati hati." Laki laki itu pergi.

Magic Of CrystalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang