5] Tebengan Pulang

7.7K 1K 72
                                    

Hari ini aku mendapatkan banyak coklat meskipun ini bukan hari Valentine. Tapi ini bukan coklat dari Pio. Pio mah gak pernah ngasih aku coklat, ia seringnya cuman ngasih bungkusnya doang. Pio memang beda dan agak gila. Jadi, coklat ini aku dapet dari Gea—pasien pertamaku dulu—yang semalem baru jadian sama gebetannya. Katanya bentuk terima kasihnya kepadaku, makanya dia ngasih aku coklat-coklat mahal ini. Bahagianya diriku. Semoga pasienku yang lain juga pada tau diri kayak Gea ini.

"Dari penggemar lo?" tanya Amoi menghampiriku yang tengah duduk di taman belakang sekolah.

"Dari Gea. Dia habis jadian sama gebetannya. Bentuk terima kasih katanya."

"Wih, banyak amat." kata Amoi seraya mencomot satu coklat batangan dari genggamanku. Dengan tanpa dosa ia membuka bungkusnya dan langsung melahap coklat tersebut.

"Gak balik lo?" tanyaku kepadanya. Ya, ini sudah jam pulang sekolah. Keadaan sekolah pun sudah agak sepi. Tapi entah apa yang ia lakukan di sini.

"Masih nunggu Virgo. Dia masih beresin buku di kelas."

"Udah jadian?"

"Gue sama Virgo? Belumlah. Dia belum nembak, Pi. Apa gue nembak dia dulu, ya?"

"Iya, tembak dia pake senapan. Biar mati sekalian."

"Pia, mah!" kata Amoi sebal. Aku tertawa melihatnya sebal seperti itu.

"Bentar lagi juga bakalan nembak. Udah lo santai aja. Nikmatin masa pdkt lo aja dulu."

"Kalau dia gak nembak-nembak?"

"Biar gue yang nembak dia sampe mati!"

"Pia, serius nih."

"Gue juga serius, Moi. Hahaha."

Kulihat Amoi memanyunkan bibirnya yang membuatku ingin menguncir tuh bibir. Kayak bebek banget bibirnya kalau manyun gitu. Kemudian tiba-tiba Amoi merogoh hape yang berada di saku jasnya dan melihat layar hape tersebut dengan senyum yang mengembang. Hah, pasti dari Virgo.

"Eh, Virgo udah di depan nih. Gue duluan ya, Pi."

Aku tertawa kecil dan mengangguk.

"Eh, lo bareng sama Kak Pio, kan?"

Aku kembali mengangguk dan berkata, " iya. Tapi dia masih belum jemput, nih. Yaudah, lo duluan aja sana. Keburu ditinggal sama Virgo nanti."

"Yaudah, duluan ya." kata Amoi seraya berdiri dari posisi duduknya dan pergi meninggalkanku. Dan akhirnya aku sendirian lagi.

Kutolehkan kepalaku ke arah kanan dan kiri. Sepi juga di sini. Mungkin sebaiknya aku menunggu Pio di gerbang deh. Lagian tumben banget Pio jemputnya telat. Mana dia gak ada balas chat atau teleponku lagi. Ke mana coba Pio?

Kemudian aku mulai bangkit dan berjalan ke arah gerbang sekolah. Kelas-kelas kini telah sepi. Mungkin hanya ada beberapa anak yang masih di dalam kelas untuk sekedar mojok atau entah apa. Dasar, belum pernah kena grebek aja tuh, mereka.

Keadaan depan sekolah masih lumayan ramai. Masih banyak anak yang sedang mengobrol ataupun pada nungguin jemputan. Baiklah, sebaiknya aku duduk di bangku panjang depan sekolah. Semoga Pio cepat datang. Aku gak suka nunggu kayak gini. Berasa kayak orang hilang, tau.

Kulirik jam yang berada ditangan kiriku. Jam dua kurang lima menit. Ternyata sudah hampir tiga puluh menit aku menunggu Pio. Tuh kan, Pio mulai rese.

Bergegas kuambil hape yang berada pada kantong jas yang kupakai. Kemudian kudial nomor Pio. Dengan tidak sabar aku menunggu Pio untuk mengangkat panggilan dariku. Namun sampai beberapa kali panggilan yang kulakukan, ia tak kunjung mengangkatnya. Pio nyebelin!

[2] Dewi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang