Capitolo Uno.

730 42 5
                                    

Tumpukan sampah plastik bekas bungkus minuman berserakan di sudut rooftop sekolah yang nyaris tak terurus. Hanya ada satu tempat di sekolah ini yang membuat Park Jisung merasa bebas-di atap, jauh dari tatapan guru dan siswa lain. Di sini, dia bisa jadi dirinya sendiri. Yah, setidaknya versi dirinya yang ia tunjukkan ke dunia.

Jisung duduk di tepian atap, sebelah kakinya menggantung bebas. Sebatang rokok terjepit di antara bibirnya, tangan kirinya sibuk menggulung rambut hitamnya yang sedikit panjang. Setiap kali dia menghembuskan asap, matanya menyipit, memperhatikan asap yang perlahan menghilang di udara. Dia selalu merasa ada sesuatu yang menenangkan di dalam keheningan itu, sampai suara tawanya yang usil pecah di udara.

"Serius, Hyuck, lo bener-bener centil banget hari ini," Jisung tertawa kecil, menoleh ke arah Lee Haechan yang duduk di lantai sambil menyandarkan punggung ke tembok.

Haechan, dengan pakaian sekolahnya yang serampangan-kancing baju seragamnya hanya terkancing setengah, dan dasinya terlepas, melambaikan tangannya seolah tak peduli. "Gue emang selalu centil, Sung. Lo aja yang belum terbiasa," jawabnya dengan cengiran lebar.

Na Jaemin berdiri tak jauh dari mereka, bersandar dengan santai di pagar atap, memperhatikan Jisung dari sudut matanya. Senyum kecil menghiasi wajahnya, senyum yang hampir tak pernah hilang. Rokoknya sudah habis setengah, tapi dia tampaknya lebih fokus pada Jisung daripada menikmati rokok itu.

"Gue cuma nyari hiburan, lagian di kelas bosen banget," gumam Jisung sambil menjatuhkan puntung rokoknya ke lantai, menginjaknya dengan tumit sepatu.

Jaemin tertawa kecil, langkahnya mendekat ke arah Jisung, berdiri di depannya. "Bosen, hm? Lo kayaknya butuh sesuatu yang lebih seru dari sekedar ngerokok, Sung."

Mata Jisung melirik ke Jaemin, mengangkat sebelah alisnya. "Seru kayak apa, Jaem? Lo selalu ngomong kayak gitu, tapi nggak ada yang pernah berubah."

Tanpa peringatan, Jaemin meraih dagu Jisung, menariknya mendekat. Jisung bisa mencium bau tembakau di napas Jaemin. Mereka sering begini-bermain di batas yang kabur antara pertemanan dan sesuatu yang lebih. Jaemin tersenyum, wajahnya hanya beberapa inci dari Jisung.

"Ciuman lagi, Sung?" Jaemin berbisik dengan suara rendah, hampir seperti tantangan.

Jisung hanya terkekeh, pandangannya berpindah sebentar ke bibir Jaemin sebelum kembali menatap matanya. "Lo yang ngajak, gue yang nurut," jawabnya, suaranya serak, penuh dengan keusilan yang biasa ia tunjukkan.

Tanpa perlu banyak bicara lagi, bibir mereka bertemu, sentuhan yang tak pernah terasa asing bagi mereka. Itu bukan ciuman mesra yang penuh cinta-hanya permainan, cara mereka menghabiskan waktu dalam circle yang toxic ini. Keduanya saling menguji, saling menggoda, tapi tak ada yang mau membahas apa artinya semua ini.

Di belakang mereka, Haechan bersorak. "Woi, kasih ruang buat orang lain kali!" Mark Lee, pacarnya, hanya tertawa kecil sambil menyandarkan kepala ke bahu Haechan.

"Biasa aja, Hyuck, mereka emang gitu terus," tambah Shin Ryujin yang duduk di samping Kim Yuna, pacarnya. Mereka berdua tampak tak peduli, sudah terbiasa dengan pemandangan Jaemin dan Jisung yang saling berciuman.

Setelah beberapa detik, Jisung menarik diri, bibirnya sedikit merah karena ciuman itu. Dia tersenyum tipis ke arah Jaemin, menyeringai kecil. "Puas?"

Jaemin hanya tertawa pelan, menepuk pipi Jisung dengan lembut sebelum berbalik, kembali ke posisinya semula. "Gue cuma main-main, Sung. Lo tau itu."

Jisung tak menjawab. Di dalam hatinya, dia tahu. Mereka selalu begitu-ciuman, sentuhan, tapi tak ada perasaan lebih dari sekedar pertemanan yang dibumbui sedikit nafsu. Namun, di balik semua itu, ada sesuatu yang selalu terasa... salah. Tapi dia tak mau terlalu memikirkannya.

Just Friends (?) || JaemSung 🔞 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang