CHAPTER 2

130 28 8
                                    

🎉🎉🎉HAPPY NEW YEAR🎉🎉🎉

semoga semua harapan kitaa yang tahun kemaren blom terwujud bisa Kita wujudkan semuanya ditahun ini aminnn.




🍂Happy reading🍂

"Fiko gak mau itu semua, Fiko pengennya kakak." Teriak Bocah lelaki itu membuat Anna terdiam.

Anna jongkok dan menyetarakan tubuhnya dengan Fiko, gadis cantik itu menyentuh kedua bahu adiknya."Fiko, Kakak janji kalo libur sekolah, Kakak bakal pulang, trus nemenin Fiko main."

"Ta--tapi, tapi siapa yang nanti bantuin Fiko ngerjain PR kalo Fiko gak bisa?" tanya Fiko dengan suara yang tersedu-sedu.

"Kan, bisa nelpon." Jawab Anna.

"Kakak jangan lupain Fiko yah!" Tegas bocah lelaki itu sambil memeluk erat Anna.

"Janji!" ucap Anna sambil mengacungkan jari manisnya.

Anna menyunggingkan senyum, meski berat. Akhirnya ia bisa pergi untuk melanjutkan pendidikannya.

kisah ini baru di mulai. Kisah di mana Anna Putri Delisa akan menjalani kehidupan yang sebenarnya, menemukan cintanya dengan lika-liku yang harus dihadapi keduanya.

*****

Sebuah mobil mewah terparkir di halaman sekolah SMA Cakra Putih, Anna dan Zea keluar dari mobil tersebut.

Anna memandang kagum sekolah di depannya, sekolah yang begitu ia impikan. Dan akhirnya impiannnya terwujud, walau lewat jalur beasiswa.

"Pak, tolong taruh semua barang Anna ke dalam asrama, saya. Kami akan segera masuk, bentar lagi bell pasti berbunyi," Ucap Zea kepada seorang supir yang langsung dibalas anggukan.

Anna yang sedari tadi menatap kagum sekolah barunya, terpekik saat Zea menarik tangannya masuk.

"Za, ruang kepala sekolah di mana, ya?" Tanya Anna, sambil celingukan menatap setiap ruangan yang mereka lewati.

"Lo, lurus aja terus nanti di kanan ada ruang kepala sekolah. Gue masuk duluan yah, semoga satu kelas." Zea berbicara sambil memegang bahu Anna, tampak gadis itu sangat bahagia, karna teman baiknya bisa satu sekolah lagi dengannya.

Setelah Zea masuk, Anna langsung mencari, Ruang guru. Gadis itu menghembuskan napas pelan, guna menenangkan hatinya yang terasa berdebar.

*****

Di depan lapangan sekolah, terdiri lima laki-laki yang sedang berlari mengelilingi lapangan dengan seorang pria paruh baya yang sedari tadi mengawasi gerak-gerik mereka.

"Gara-gara lo Pin, Sekarang kita dihukum kaya gini. Coba aja kalo gak teriak, pasti gak akan ketauan," ucap Alex dengan napas yang tersenggal-senggal.

"Gimana lagi, pas gue loncat tuh kucing malah ikut loncat. Siapa yang gak kaget," jawab Pino yang merasa tidak bersalah.

"Besok, gue bawa lo ke bapaknya Arhan!"

"Ngapain?"

"Biar dirukiyah, kayaknya lo kesurupan arwah tikus got. Makanya takut kucing!"

ATLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang