CHAPTER 5

82 14 1
                                    

VOTE PLUS KOMEN YUK
GAK SAMPE SATU JAM KOK, HHE.

🌻🌻🌻🌻🌻
🌻🌻🌻🌻
🌻🌻🌻
🌻🌻
🌻

🍂HAPPY READING🍂

Anna memicingkan matanya menatap dua orang yang sedang berseteru di belakang asrama. Yah, dia adalah Viona dan laki-laki yang sedang bersamanya, Anna tidak mengenalinya. Hanya saja Anna sering melihat pria itu selalu bersama dengan Atlan dan Nathan.

"Kalian?" ucap Anna membuat dua orang yang sedang berada di sana melebarkan matanyaa.

"Aa--anna, sedang apa disini?" tanya Viona gugup, ia memandang pria yang juga terlihat terkejut melihat kedatangan Anna.

"Harusnya aku yang nanya, kenapa kamu berduaan di belakang asrama," jawab Anna, matanya menatap tajam dua orang di depannya.

"Gada yang perlu dijelaskan lagi, cukup sampe sini. Gue pergi dulu Ona." Setelah mengatakan itu pria yang bernama Arhan itu langsung berlalu dari hadapan mereka berdua.

"Siapa dia Vi?" tanya Anna pelan.

Tampak raut wajah gadis itu langsung berubah, bulir bening yang tadi tampak ia tahan sekarang mengalir dari sudut matanya. Bibirnya bergetar, isakan keluar di bibir tipisnya.

Anna langsung memegang kedua pundak Viona dan membawanya duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu.

"Di--dia, Aku-aku mencintainya." lirih Viona pelan.

"Tapi, Arhan bilang tembok kami terlalu tinggi, jika kami bisa menghancurkannya maka keluarga kami juga ikut hancur."

"Kenapa Na, kenapa tuhan memepertemukan kami yang tak sama." Tangis Viona semakin pecah dipelukan Anna. Gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa menatap sendu sahabatnya yang terlihat sangat terluka.

"Mereka tau?" tanya Anna.

Viona menggeleng, mereka ditunjukan kepada Zea dan Agatha.

"Kami tidak ada hubungan apa-apa Na, kami hanya dekat. Lagian Arhan tidak suka berpacaran, dan mana mungkin dia mau menerimaku walau kami sama-sama suka."

"Jangan ngomong gitu Vi!" tegas Anna.

"Arhan adalah anak seorang kiyai besar,  Ayahnya seorang pengurus pesantren. Sedangkan aku .... Jauh berbeda dengan mereka Na, kami beda agama." Viona semakin terisak, dadanya terasa sesak. Gadis itu memukul dadanya, guna menghilangan sakit yang dirasa.

Anna semakin mengeratkan pelukannya pada Viona, ia sekarang mengerti bagaimana rasanyaa mencintai seseorang yang beda keyakinan.

Kita bisa mengambil hatinya, meminta dia pada keluarganya, tapi tidak bisa mengambil dia dari Tuhannya.

*****

Sekitar pukul 05.00 sore, mereka baru sampai di asrama, Untung saja Zea belum pulang. Kalo tidak, entah apa alasan yang akan mereka buat agar gadis itu tidak curiga.

"Lo mening sekarang istirahat aja Vi," titah Anna sambil membawa gadis itu ks sisi ranjang.

Viona kembali memeluk Anna."Makasih, Na!"

ATLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang