3. Teman masa kecil

132 32 0
                                        

Hari ini adalah hari pertama aku harus pergi ke universitas untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh fakultas.

Faktanya, masih ada waktu yang tersisa dari waktu yang telah ditentukan untuk berkumpul. Tapi mungkin karena aku terlalu bersemangat jadi aku bangun terlalu pagi dan pergi mandi.

Bahkan setelah itu aku masih sempat tidur lagi selama hampir satu jam.

Aku mengambil bantal bulan sabit kuning yang sekarang pucat hampir berwarna putih, karena sudah aku gunakan selama bertahun-tahun, aku memeluk bantal bulan sabit itu di dadaku.

Ketika melihatnya, aku mengingat teman masa kecilku yang memberikannya.

Aku ingat bahwa dulu kami sangat dekat.

Dia adalah anak baru berbadan kecil, mudah ketakutan saat digertak.
Aku yang pada waktu itu tidak tahu penyakit apa yang aku miliki, jadi aku selalu melindunginya.

Sayang sekali, bertahun-tahun yang lalu dia harus pindah keluar negeri dan bersekolah disana. Jadi dia memintaku untuk merawat boneka ini sebelum berpisah.

Setelah itu kami tidak pernah berkomunikasi lagi, mungkin karena saat itu aku masih terlalu kecil untuk mengetahui bahwa kita bisa bertukar kontak atau nomor telepon.

Dan juga pada saat itu aku memiliki masalah dengan ibu yang membuatku frustasi dan kacau untuk sementara waktu. Akhirnya aku tidak tahu bagaimana cara berbicara dengannya, karena itu kami berpisah.

Tapi sebenarnya aku masih memikirkannya sepanjang waktu, mungkin karena dialah satu- satunya teman yang pernah aku miliki, sampai aku mengetahui bahwa aku memiliki penyakit kronis hingga aku harus belajar di rumah, aku tidak brtemu siapapun lagi.

Dia adalah satu-satunya teman yang masih terjebak dalam ingatanku, dan selalu barharap bahwa suatu hari nanti akan bertemu lagi.

Kami berpisah pada fase pertumbuhan, aku telah mengalami banyak perubahan, memiliki fisik yang biasa, tubuh yang kurus karena disebabkan oleh penyakit yang aku miliki dan kurangnya perawatan diri.

Aku tidak bisa memikirkan seberapa banyak dia berubah.
Jika aku bertemu dengannya mungkin kita tidak akan saling mengenal.

"Tapi aku masih ingat namanya..." Aku bergumam dengan Xin Xin yang ada di tanganku. "Han masih ingat nama Sehun."

*Xin Xin adalah nama bonekanya, Oh Sehun yang memberi nama boneka bulan sabit itu.

Tunggu...

"Sehun?"

Tiba-tiba aku mengingat kejadian kemarin ketika aku bertemu dengan seseorang yang memiliki nama yang sama dengan orang yang sedang aku pikirkan.

Hanya beberapa detik sebelum dia dikelilingi oleh senior. Tapi pandangan itu masih melekat di hatiku, tidak memudar.

Tidak mungkin ... Oh Sehun adalah anak yang mudah ketakutan, dan suka membuat wajah seolah-olah menangis sepanjang waktu. Meski badannya sama-sama putih, aku tidak mengingat wajahnya dengan jelas. Tetapi Oh Sehunku tidak akan pernah berubah menjadi orang yang menakutkan.

Pastinya ...

Deg... deg...

Memikirkannya saja membuatku gemetaran... sangat berbahaya!

"Tidak..." Aku mengangkat tanganku dan meletakannya di dada untuk menenangkan diri, sebelum berbalik untuk mengambil obat dan meletakannya di dalam tas kemudian bangun.

Bersiap dan turun untuk mencari sesuatu untuk dimakan.

Begitu ada banyak waktu yang tersisa, jangan buru-buru untuk melakukan apapun.

ENDING!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang