Chapter 1

891 78 6
                                    

Happy Reading







Suasana istana yang biasanya tenang dan senyap kini berubah total. Suara teriakan yang sayangnya bukan teriakan bocah menggema di sepanjang lorong samping pelataran. Teriakan itu bersaut dengan panggilan dari orang lain. Para dayang dan prajurit ikut mengejar sang sumber suara. Entah, mereka seperti anak kecil yang bermain kejar-kejaran. Tidak ingat umur dan tidak peduli dengan derajat.

"Jeno ya berhenti di sana!" Satu teriakan dengan suara berat menghentikan langkah sang anak.

"Appa aku tidak mau!" Rengek Jeno, satu-satunya putra mahkota yang sebenarnya sudah besar tapi terlihat sangat bodoh.

"Berhenti atau appa akan mengirimmu ke negri sebrang!"

Jeno berhenti, dia memang tidak mau melakukan perintah pertama. Tetapi ancaman yang diberikan ayahnya ini tidak mungkin main-main. Dulu ayahnya pernah mengirim Jeno saat remaja ke negri sebrang. Hanya karena Jeno berhenti belajar. Akhirnya Jeno kebosanan berada di sana karena harus hidup selayaknya rakyat jelata.

"Tapi appa, Jeno tidak mau melakukan hal itu. " Rengek Jeno membuat orang-orang yang melihatnya menggeleng.

Bagaimanapun Jeno ini adalah putra mahkota yang sudah berumur 20 tahun. Jika pun ia menolak perintah sang ayah bukan berarti dengan merengek. Jeno bisa saja menatap nyalang atau mendiami orang tua nya. Tapi sayang seribu sayang, putra mahkota ini memang memiliki kelakuan aneh sejak kecil. Maklum, keseharian Jeno hanyalah bermain tanpa peduli dengan adab kerajaan. Bahkan di umur 20 tahun pun, di saat Mark temannya sudah bersiap mencari pendamping . Jeno hanya cengengesan sambil mengejek Mark.

" Ikut appa! Jika kau membantah, appa benar-benar akan mengirimmu ke negri sebrang. " Ucap Jaehyun, raja bijaksana yang sialnya memiliki anak sebodoh Jeno.

"Sayang, tolong turuti appamu itu! Jangan membuat kami malu. Banyak kerajaan lain yang menyaksikan tingkahmu. " Sambung sang ibu.

Jeno menatap kedua orang tuanya dengan memajukan bibirnya. Para dayang saling menatap. Jeno benar-benar seperti anak kecil yang dilarang untuk bermain di sungai.

"Ya sudah! Tapi aku berhak memilih sendiri!" Jeno berjalan mendahului orang tua nya, sementara Jaehyun dan Taeyong mengikuti sambil terkikik geli.

"Sebenarnya dulu kau mengidam apa? Mengapa Jeno setampan itu bisa berkelekauan aneh. " Ujar Jaehyun. Ia menggandeng ratunya sambil berjalan mengikuti sang anak.

"Aku kan tidak mengidam! Kau yang mengidam!" Taeyong menjawab dengan tegas. Karena memang benar, dulu yang mengidam adalah Jaehyun.

"Benar!" Jaehyun membenarkan, ia mempercepat langkahnya menuju mimbar. Para tamu yang diundang nya pasti sudah merasa kecewa dengan tingkah Jeno kali ini. Jaehyun malu, tetapi Jeno adalah satu-satunya harapan baginya. Dia tidak diberi anak lagi setelah Jeno. Dan sekarang dia sudah tua, sudah seharusnya kepemimpinannya beralih ke putranya.

Riuh para tamu undangan memenuhi aula kerajaan. Para putri-putri cantik berdiri dengan anggun di barisan paling depan. Semua menatap kagum pada Jeno yang sudah menaiki mimbar. Apa mereka tidak merasa 'jijik' dengan tingkah Jeno tadi? Jika kalian tahu, saat Jeno melihat banyak tamu undangan dia berteriak sambil berlari menjauh. Sampai-sampai para tamu terkejut dengan teriakan Jeno.

Namun sekarang Jeno sudah berdiri dengan gagah di mimbar. Dia menatap para tamu dengan tatapan datar. Rahang tegas dan mata indah yang diturunkan dari ayahnya tercetak jelas di wajah Jeno. Sungguh jika Jeno itu berwibawa pasti ia akan terlihat lebih menawan.

"Dengan segala maaf dan hormat, saya akan memulai acara ini. Saya meminta maaf karena pangeran sempat mengalami kegugupan. Mohon di maklumi. " Ucap Jaehyun di atas mimbar.

Little Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang