Chapter 3

421 62 2
                                    

Happy Reading




Jaemin memacu kudanya dengan cepat menuju rumah seseorang. Ia sudah tidak tahan karena harus menahan rindu. Jaemin memberhentikan kudanya saat sudah memasuki halaman sebuah rumah kayu. Dia berjalan memasuki pekarangan rumah itu.

"Jaemin? Ayo masuk. " Seseorang menyambut kedatangan Jaemin. Pemuda bertubuh tegap itu masuk lalu duduk di sebuah kursi rotan.

"Bibi, apakah Renjun belum kembali?" Tanya Jaemin tidak sabaran.

"Belum Jaemin, " Jawab Winwin. Dia adalah seorang ibu yang kini tak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menuruti keinginan pangerannya. Mau jujur pada Jaemin rasanya pun sangat berat.

"Baiklah . Aku harus segera pamit. " Jaemin berdiri lalu membungkuk sejenak.

"Loh Jaemin? Cepat sekali?" Winwin bingung saat Jaemin sudah berlari ke luar rumahnya dan mulai menunggang kudanya.

"Aku harus menjemput Renjun. " Jaemin memacu kudanya menjauhi rumah Renjun.

Winwin memijat kepalanya.
"Aku tidak tega denganmu, Jaemin. "










Jeno dan Renjun sama-sama hanya menunduk takut saat Raja dan Ratu menatap mereka dengan intens. Beberapa menit yang lalu mereka baru saja melangsungkan sarapan. Saat ini keduanya sedang di introgasi soal kejadian tadi malam. Taeyong memijat pelipisnya tanda ia sedang pusing memikirkan kelakuan anaknya. Sementara Jaehyun sudah memasang wajah garang yang membuat takut Jeno dan Renjun.

"Pangeran, apa sebenarnya kalian sudah saling kenal?" Jaehyun mulai bertanya.

Jeno mendongak lalu menatap ayahnya takut-takut.

Jaehyun memutar bola matanya malas.
"Apa gunanya diciptakan mata yang tajam jika seorang pangeran saja masih menatap takut seperti balita?"

Jeno kembali menunduk.
"Jeno belum mengenal Renjun. Kemarin itu Renjun yang memulai. "

Renjun menatap tidak suka pada Jeno. Apa-apaan Jeno mengadu seperti itu. Renjun sangat malu sekarang.

"Raja, Ratu, saya tidak sengaja. " Ucap Renjun dengan lirih.

Taeyong tersenyum tipis lalu mengusap kepala Jeno dan Renjun.
"Tidak apa-apa. Berarti kalian sudah saling menyukai bukan? Terlebih Renjun?"

Renjun mendongak,
"Tidak."

Jaehyun membuka mulutnya lebar-lebar.
"Lalu?"

"Appa, Eomma, aku memang sudah menyukai Renjun. Aku sangat mencintainya. " Jeno menoleh pada Renjun yang dibalas decihan.

Rasanya Taeyong ingin tertawa saja. Keadaan sekarang seperti menanyai dua bocah yang baru saja bertengkar.

"Hmm, eomma dan appa akan mempercepat pernikahan kalian. Kami tidak ingin terjadi sesuatu sebelum pernikahan. "

Renjun menatap raja dan ratu di depannya dengan tatapan tidak percaya. Kemarin raja bilang dia akan menikah sekitar satu pekan lagi. Akan dipercepat berapa hari lagi?

"Besok kalian menikah. " Sambung Jaehyun.

Jeno tertawa lalu berdiri dan melompat-lompat.

"Yeay aku akan menikah!" Teriak Jeno lantang membuat prajurit di sampingnya menutup telinga mereka rapat-rapat.

"Lihatlah anak kita sudah seperti orang gila saja. " Gumam Jaehyun.

Taeyong menggeleng lalu memeluk Renjun yang masih terdiam. Mungkin Renjun sangat terkejut dengan keputusan ini. Namun siapa dia? Renjun tidak pantas menolak karena mungkin ini adalah takdir Dewa.

Little Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang