Andre menatapku dengan matanya yang sangat tajam saat dia mengatakan dia tahu siapa diriku. Aku tidak bisa berkata apa-apa selain membeku dalam kata. Dia kemudian menceritakan kepadaku tentang kapan dia mengetahui diriku. Aku tidak menyangka bahwa dia pernah terjebak dalam ruang pengganti Quidditch saat terjadinya peristiwa kutukan es tahun kemarin. Semenjak itu, dia mengetahui aku sebagai pemecah kutukan itu. Aku rasa dia tidak perlu berterima kasih padaku karena sebenarnya bukan aku yang menyelesaikan drama itu, melainkan aku dan kawan-kawanku. Kalau bukan karena mereka, mungkin drama itu masih ada sampai saat ini.
Tak terasa, sampailah kami di depan The Three Broomsticks yang terkenal itu. Sebelum berpamitan, Andre memberikan sebuah scarf musim salju kepadaku.
"Aku tidak percaya kita benar-benar berada di dalam Three Brromsticks!" serunya dengan hatinya yang cerah. "Aku telah membaca banyak hal tentang tempat ini di 'Sites of Historical Sorcery, Notable Magical Names of Our Time, Great Wizards of the Twentieth Century' sambungnya.
"Aku sangat senang kita bisa pergi ke sini. Sekarang kita harus mencari tahu apa yang Madam Rosmerta mengetahui tentang kakakku dan risetnya tentang ruang yang terkutuk itu."
Tiba-tiba kami mendengar suatu suara yang sepertinya berada di belakang kami. Pada saat kami membalik ke belakang, kami disambut oleh Hagrid dengan hangat peluknya.
"Rowan, Julie, Selamat datang di Three Broomsticks. Bagaimana menurut kalian tentang tempat ini?"
"Aku rasa kami perlu mendapatkan segelas butterbeer yang terkenal itu"pintaku.
Tak lama setelah itu, seorang wanita menghampirku kami. Dia mengenakan baju berwarna hijau tua daun dengan rompi berwarna coklat. Wajahnya yang seterang purnama yang dibalut dengan rambut berwarna emas itu menyapa kami semua di situ.
"Hello semuanya. Selamat datang di Three Broomsticks. Namaku Madam Rosmerta, pemilik Three Broomsticks. Senang bertemu dengan kalian semua disini. Aku harap kalian menikmati waktu kalian disini. Ada yang mau memesan Butterbeer yang terkenal itu?" sapanya dengan senyumnya yang hangat.
Kalian bisa membayangkan betapa antusianya mereka untuk mendapatkan itu kecuali aku. Meskipun telah mendapatkan itu, aku masih merasakan ada yang kurang dalam diriku. Aku berangkat dari meja itu dan menemui Madam Rosmerta.
"Madam Rosmerta. Aku ingin tahu apakah aku boleh menanyakanmu sebuah pertanyaan tentang..."
"Sebentar lagi sayang. Aku sedang mempersiapkan butterbeer untuk pesanan meja lainnya. Aku akan kembali denganmu saat lagi. "
Aku kembali ke mejaku semula dengan perasaan mendung. Rowan menghiburku dengan mengatakan jangan khawatir. Dia akan kembali dan mengatakan semua yang dia ketahui tentang kakakmu. Tak lama setelah menunggu, Rosmerta menghampiri meja kami dengan Hagrid. Sepertinya mereka akan menyelesaikan rasa penasaranku.
"Rosmerta, ini adalah Julie Carter, siswi Hogwarts di Gryfinddor. Dia tidak sanggup untuk menunggu butterbeer yang terkenal itu. " kata Hagrid kepadanya.
"Aku sangat mengagumi antusiasmu disini. Luar biasa."
"Julie juga ingin menanyakanmu tentang Jacelyn Carter."
"Apakah dia kakakmu?" tanya Rosmerta.
"Iya. Aku dengar bahwa kamu mengenalnya, dan aku ingin tahu jika kamu ada informasi tentangnya, atau pencariannya tentang ruang yang terkutuk itu."
"Aku ingat Jacelyn... gadis dengan senyum yang manis. Dia banyak menghabiskan waktu dibar ini, sambil menulis seseuatu di buku catatannya."
"Buku catatan?"
"Iya. Pernah suatu ketika, sepasang orang dari kementerian Auror memegangnya dengan menutupi kepalanya, dan memaksanya keluar dari sini. Semenjak itu, aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Satu-satunya yang tertinggal darinya adalah Black Quill."
Rowan hampir pingsan mendengarnya. Aku rasa teman aku itu sangat tenggelam mendengar kata demi kata dari mulutnya.
"Sebuah Black Quill lagi!" serunya. "Julie! Apakah kakakmu ada mengtransgurasikan catatannya dalam Quill itu untuk menyembunyikannya dari kementerian itu."
"Madam Rosmerta, apakah kamu bisa membantuku menemukan quill itu. Aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya."
"Baiklah, tenang. Aku tidak membuang sesuatu yang tertinggal disini. Aku positif benda itu ada disini. Aku akan mencari dibelakang, tetapi itu akan membutuhkan beberapa hari untuk menemukannya. Tempat itu seperti kapal pecah, dan tidak ada mantra yang dapat membersihkan itu dalam sekejap. Aku mungkin bisa memintamu untuk bekerja di bar ini untuk sementara waktu. Pastikan mereka tidak kecewa berada disini sementara aku mencari quill itu dibelakang."
"Terima kasih banyak, Madam Rosmerta."
"Sama-sama sayang. Aku harap kamu bisa menemukan kakakmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Julie Carter and The Letter from No One
FanfictionJulie kini sudah memasuki tahun ketiga di Hogwarts. Banyak hal yang telah terjadi sudah mencair. Namun ada suatu hal yang masih mengantung. Siapa sebenarnya yang menulis surat misterius itu dan apa maunya?