31

9.8K 899 18
                                    

Galen meregangkan otot tangan nya, ia baru saja menyelesaikan ulangan susulan.

Ia akan ikut serta dalam perayaan perpisahan dengan Kalak kelas nya, itu hasil memohon pada Papa nya.

Regas masih menatap nya, dan itu membuat Galen ingin sekali menonjok wajah so' ganteng Regas.

"Tio, coba tonjok pipi Regas gue takut dia beneran suka sama gue." cetus Galen.

Regas mendengus, ia menatap Galen dengan sengit, ia sangat menentang Galen yang ingin ikut liburan dalam rangka perpisahan itu, sampai mengerjakan ulangan susulan se cepat itu.

"Reg, lo beneran suka Galen?" tanya Tio polos.

Tak

Regas memukul kepala Tio ringan. "Bego." ucapnya, sang korban hanya meringis.

Galen baru saja pulang dari rumah sakit, namun ia dengan santai datang ke rumah Tio dan mengerjakan ulangan susulan yang soal nya di kirim kemarin.

Ke dua teman nya sempat bertanya kenapa ia tak sekolah, namun yang namanya Galen ia lagi-lagi berbohong dan mengatakan ia liburan duluan, miris.

"Lo pokok nya harus ikut Gal, enak aja lo liburan duluan, enak banget jadi anak tunggal kaya raya." sungut Dian yang tak terima mendengar Galen liburan duluan.

Tak

Regas melempar bantal sofa tepat mengenai kepala Dian.

"Reg, kayak nya lo beneran suka ya sama Galen, sampe cemburu gitu gue ngajak dia." Dian berucap di sahuti kekehan Galen dan Tio.

"Gue gak mau ikut, kalau gue gak ikut Galen juga enggak." tegas Regas.

"Hey ayolah Reg, hitung-hitung liburan, lagian kita udah lama gak liburan." sahut Tio.

"Gue setuju sama Tio." sela Galen.

"Galen please... oke." mohon Regas, ia sungguh khawatir dengan keadaan Galen, jika kedua teman nya itu tahu mereka pasti tak akan memaksa Galen ikut.

Galen tersenyum tipis, ia menatap Regas seakan mengatakan bahwa dia akan baik-baik saja.

Regas menghembuskan napas nya, ia bisa apa? Galen memang keras kepala.

"Oke, gue bakalan ikut karena Galen ikut." putus Regas final.

"Nah gitu dong dari tadi!" sorak Dian dan Tio keduanya ber tos ria.

____________

Pulang dari rumah Tio, Galen segera meminta Mama nya untuk menyiapkan apa saja yang harus di bawa.

"Jangan lupa minum obat."

"Jangan lupa, pake baju hangat."

"Jangan jauh-jauh dari Regas."

"Pokok nya kamu harus makan tepat waktu."

"Dan jangan lupa jangan capek-capek."

"Intinya jangan jauh-jauh dari temen-temen kamu."

"Oke Mom, jangan khawatir aku bakal lakuin apa yang Mama bilang." Galen mencium pipi Dona, Mama nya sangat cerewet, sudah masuk ke dalam kandidat ibu ter cerewet.

"Kamu yakin mau ikut?" Dona bertanya lagi dengan khawatir, ia takut terjadi apa-apa pada anak nya ini.

"Iya Ma, lagian Dian, Tio, sama Regas juga ikut, Mama gak usah khawatir ada Regas juga kan." ucap Galen meyakinkan Dona.

"Tapi sayang, kamu baru aja opname kemarin."

"Justru itu, aku pengen liburan Ma."

"Kamu janji sama Mama, kamu bakalan baik-baik aja kan?" Dona mengusap rahang Galen, sang anak tersenyum tipis ia mengerti Mama nya sangat khawatir.

"Aku janji gak akan sakit disana."
Itupun kalau di kehendaki lanjut Galen dalam hati.

Dona memeluk Galen ia mengelus punggung lebar anak nya. "Mama sangat bersyukur kamu bisa bertahan sampai sejauh ini, kamu kesayangan Mama jadi jangan bikin Mama khawatir, Mama gak akan baik-baik aja kalau pemarta Mama sakit." lirih Dona.

Ini yang Galen tak suka dari diri nya, sering membuat wanita nya menangis.

Galen melepas pelukan Dona, ia tertawa kecil melihat wajah Dona yang sudah kacau karena menangis.

"Don't cry Mom, nanti Papa marah." kekeh nya, mengusap air mata di pipi Dona lalu mencium pipi Mama nya itu.

Tanpa mereka sadari Rean menatap keduanya di ambang pintu, mungkin Rean tak pernah menangisi anak nya terang-terangan, namun percayalah ia rela memberikan apapun hanya untuk Galen, banting tulang tanpa mengenal lelah hanya untuk keluarga kecil nya.

Bohong jika Rean tak khawatir saat Galen memohon ingin ikut, namun ia juga tak bisa menolak karena selama ini Galen selalu ia kekang.

"Jagoan kecil ku sudah besar." lirih nya, lalu melangkah pergi.

Tak jauh berbeda di rumah nya Neo sedang menyiapkan barang-barang nya, dan juga di beri nasihat oleh Dea agar hati-hati.

Awal nya Daren akan ikut, katanya ingin mengawal Neo, namun di tolak mentah-mentah.

"Lo mau sama siapa di sana?" tanya Daren, ia sangat tahu jika teman adik nya hanyalah Abay.

"Abay ikut ko." jawab Neo santai, ia memasukan jaket nya.

"Jaket bukan di masukin ke tas, tapi di pake." Dea mengeluarkan kembali jaket Neo.

"Ma kita mau ke curug ci kondang, lagian Ma jaket di butuhin pas cuaca dingin." ucap Neo.

"Enggak, Mama tahu daerah sana dingin." ucap Dea.

"Nurut sama Mama." timpal Daren.

Neo mendengus, lagipula berangkat nya besok dan hanya akan satu hari disana, namun Mama nya sangat cerewet.

Ini bukan acara perpisahan sesungguh nya, hanya saja acara healing katanya, ya karena acara perpisahan di gelar hanya untuk kelas dua belas saja, sedangkan campuran ini hanya healing biasa setelah ujian, Osis memutuskan untuk adventure ke curug ci kondang.

Neo belum pernah pergi liburan ke tempat seperti itu, disana pasti sejuk dan menyenangkan dan seperti nya akan lebih menyenangkan karena Regas bilang dia juga akan ikut, ini adalah alasan kuat Neo ikut.

Namun di sisi lain, ia juga merasa takut karena Galen pasti ikut juga.

Namun Neo rasa, ia harus menghilangkan rasa khawatir nya karena ada Regas dan juga Abay.

Lagipula akhir-akhir ini Galen tak mengganggu nya, hanya saja Neo risih saat Galen bersikap baik seperti hari pertama ulangan.

Namun setelah nya ia tak datang lagi, mungkin saja Galen marah padanya karena kertas nya Neo buang di hadapan nya, walau fakta nya Neo membaca nya.

"Ck, menyebalkan." gumam nya, ia memukul kepala nya pelan, apa-apaan kenapa juga ia harus merasa bersalah karena membuat Galen marah.

Menurut Neo Galen itu sosok yang kuat dan juga baik bagi teman, lihat saja Regas tak pernah melewatkan membicarakan Galen jika mereka sedang berdua.

Namun sayang Neo benci ah tidak, Neo sangat membenci Galen karena cowok itu tak pernah berpikir dulu sebelum bertindak.

Andai saja Galen mencari tahu yang sebenarnya, apa yang Callista perbuat mungkin keduanya tak akan terlibat konflik.

Namun Neo sedikit bersyukur, karena Callista mengadu pada Galen, ia bisa mengenal Regas orang yang selalu ada untuk menolong nya, membuat nya merasakan jatuh cinta.

Tanpa masalah nya dengan Callista dan Galen, mungkin saja Neo tak akan mengenal Regas.





SEMESTA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang