33

9.3K 872 16
                                    

Galen kebingungan kunci mobil nya hilang entah kemana, dan sial nya bus sudah pergi terlebih dahulu, untung saja Callista pulang naik bus.

Karena ia memaksa nya, untuk naik bus, jika Galen tak memaksa mungkin saat ini Callista akan menyusahkan nya.

"Sial." umpat nya. "Bersyukur lah Galen, Papa orang kaya jika tidak ia akan menghabisi mu." gumam nya, ia berjongkok menatap mobil nya yang sudah nampak tak berguna saat ini.

Ini sudah pukul lima, dan Galen masih terjebak di tempat yang sunyi ini, bayangkan saja kalian healing ke curug, dan saat ini sudah sore dan sunyi, ah bahkan Galen mendengar kisah mistis nya dari warga sekitar.

Galen berjalan gontai ia akan menemui warga setempat mungkin saja ia bisa menunggu jemputan nya, ya, dia sudah menghubungi Papa nya tadi.

"Galen!"

Galen tersentak saat mendengar suara seseorang memanggil nya, ia memutar tubuh nya.

"Neo." Galen mengerutkan kening nya, saat Neo berlari menghampiri nya, bahkan baju cowok itu basah kuyup.

"Lo kenapa masih di sini?" tanya Galen khawatir.

"Gue kan cari jam tangan, terus gak tahu kenapa gue bisa kepeleset, dan sial nya gue gak bisa berenang." tutur Neo, ah Galen tahu pasti Neo berusaha keras melawan ketakutan, kenapa tidak ada orang yang membantu nya?

"Buka baju lo, pake jaket gue." Galen melepas jaket nya memberikan pada Neo.

"Makasih." Neo menuruti Galen, karena jujur ia sangat kedinginan.

Galen menggosokan tangan nya, udara di sini bukan main dingin nya.

"Emang panitia gak hitung dulu anak yang ikut ya, sampe mereka gak sadar lo ke tinggalan." celetuk Galen kesal. "Regas juga gak tahu gitu lo belum masuk bus, Abay juga apa dia gak sadar lo gak ada?"

Neo hanya menggelengkan kepala nya, dengan semua pertanyaan Galen.

"Bayangin kalau gue udah balik, gimana nasib lo." cetus Galen.

"Terus kenapa lo masih di sini?" tanya Neo.

"Kunci mobil gue ilang, entah keburukan atau keberuntungan, karena gara-gara kunci ilang gue bisa nemenin lo." tutur Galen.

Neo sampai tak bisa berkata-kata dengan ucapan Galen.

"Ayo, kita harus cari warung atau tempat singgah, bentar lagi malem dan gue gak mau nanggung resiko." ucap Galen.

Neo mengangguk, keduanya berjalan ber iringan, sesekali Neo menggosokan tangan nya, udara di sini sangat tidak cocok bagi nya.

Galen yang melihat itu, ia menarik tangan Neo menggenggam nya. "Biar gak dingin." ucapnya.

"Lain kali jangan jauh-jauh dari Regas atau Abay, gue gak bisa bayangin kalau lo sendiri di sini, lagian kenapa lo harus cari jam tangan itu, disana bahaya, lo bisa minta lagi sama Papa lo." tutur Galen panjang lebar.

"Andai gue bisa minta lagi, tapi itu gak se gampang yang lo bayangin, itu hadiah ulang tahun dari Papa gue, dan sekarang hubungan kita buruk." jelas Neo, entah kenapa ucapan Galen barusan seakan merendahkan jam tangan nya.

"Sorry gue gak tahu." jawab Galen, lagi-lagi ucapan nya menyinggung Neo.

Galen menghentikan langkah nya, ia senang mendapati warung yang masih buka.

"Ayo Ne, lihat ada warung." Galen menarik Neo membawa nya ke warung.

"Permisi!"

Seorang pria paruh baya menghampiri nya.

"Mau beli apa A?" tanya tukang warung.

"Pesen teh manis dua Pak." jawab Galen.

"Tolong di tunggu nya A."

Galen duduk disamping Neo, ia kembali menggenggam tangan Neo.

"Lo tahan ya, bentar lagi ada supir yang bakal jemput." ucap Galen, ia sangat khawatir dengan wajah pucat Neo.

"Gal, kenapa lo mau nolong gue?" tanya Neo tiba-tiba. "Kenapa lo jadi baik sama gue?"

Galen tersenyum canggung. "Gue sadar lo gak salah, dan gue banyak salah sama lo Ne, bahkan gue udah berbuat gak senonoh sama lo." tuturnya.

Neo menghembuskan napas nya, ia menarik tangan nya dari genggaman Galen, beberapa menit lalu ia melupakan betapa bajingan orang di samping nya ini, dan sekarang ia sadar, bahwa Galen orang jahat.

"Sorry Ne." lirik Galen, Neo tak menyahut ia membuang pandangan nya.

"Gue suka sama Regas tulus, tapi kenapa lo hancurin semua nya, lo bikin gue gak percaya diri." tutur Neo.

"Lo marah-marah saat lo tahu gue suka sama Regas, padahal gue gak pernah bilang ke siapa-siapa, entah dari mana lo tahu, tapi lo gak punya hak sama kehidupan gue, andai aja Papa bolehin gue pindah seperti apa yang lo bilang." Neo menjeda ucapan nya, ia menatap wajah Galen yang menatap nya. "Tapi Papa gue beda Gal, jangan kan nurutin ke mauan gue, bahkan sekarang kita udah gak pernah saling sapa walaupun satu rumah."

Galen menelan saliva nya, kehidupan Neo sangat buruk dari apa yang ia duga.

"Lo tahu, buah dari kasus yang di buat pacar lo, gue sampe di hajar habis-habisan dan di kurung di kamar mandi."

"Jika semua itu terjadi sama lo, apa lo akan maafin orang yang nyakitin lo?" tanya Neo akhir nya.

"Punten A, ini teh nya maaf lama." ucap tukang warung, yang memotong obrolan keduanya.

"Makasih Pak." ucap Galen ia tersenyum ramah, lalu memberikan gelas satu nya pada Neo.

"Pak saya numpang dulu di sini boleh?" tanya Galen.

"Nya boleh atu A, warung saya emang tempat nongkrong." jawab sang penjual.

Galen menatap gelas teh manis di tangan nya, ia tak akan meminum nya ia hanya butuh kehangatan dari gelas tersebut.

Galen menatap Neo dengan sendu, ia telah menghancurkan kehidupan nya.

Jika Galen di posisi Neo, mungkin ia juga tak akan memaafkan pelaku yang menyakiti diri nya.

Suasana menjadi canggung, Galen tak berani berbicara lagi, ia tak sanggup melihat kesedihan di wajah Neo.

"Kenapa lo sampe segini nya minta maaf sama gue?" tanya Neo, Galen mendongak.

"Karena maaf Mama gue, tergantung sama lo, gue tulus minta maaf sama lo."

Dan juga gue sadar gue cinta sama lo, gue tulus.

Mendengar alasan Galen, Neo terkekeh miris.

Galen tidak tulus, ia hanya memikirkan  ibu nya saja bukan murni minta maaf karena nya.

"Tapi gue beneran berharap lo maafin gue, gue rela lakuin apapun buat lo." ucap Galen.

"Hah, sudahlah jangan memaksakan diri, gue tahu berpura-pura baik itu sulit, dan gue kasihan sama lo yang harus pura-pura terus." sahut Neo tajam.

"Gue tulus minta maaf sama lo Neo."

"Tulus?" kekeh Neo. "Oh ayolah jangan jadi orang yang tidak konsisten, tadi lo bilang karena Mama lo, dan sekarang lo bilang tulus, memang seorang bajingan akan tetap bajingan."

Galen meremat celana nya, apa Neo akan percaya jika ia mengatakan bahwa ia menyukai diri nya, bahkan malam itu Neo tak percaya, dan ia tak mengerti Galen melakukan itu karena cemburu dan merasa kalah oleh Regas.













SEMESTA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang