Chapter #7

270 58 5
                                    

ENJOY AND DON'T FORGET TO VOMENT

Siang ini Micky baru saja menyelesaikan perkuliahannya, namun pemuda itu tidak berniat untuk langsung pulang. Micky berjalan menyusuri koridor fakultasnya, berusaha mencari Johan di setiap sudut karena pemuda itu sudah berjanji akan menemaninya ke toko buku. Namun bukannya Johan yang ditemukannya, Micky malah menemukan Cakra yang sedang duduk bersila di salah satu sudut gedung tersebut bersama seorang gadis yang ia ketahui sebagai salah satu anggota HMIK. Keduanya tampak sedang asyik mengerjakan tugas yang tidak Micky ketahui apa, yang jelas tampak Cakra sedang fokus dengan laptopnya dan gadis di sampingnya fokus dengan sebuah buku tebal.

Micky bukannya suka menguping, tapi entah mengapa ia jadi penasaran dengan percakapan yang sedang terjadi di antara kedua orang tersebut. Niat awalnya untuk berkeliling mencari Johan pun menguap, tergantikan dengan rasa penasaran ingin menguping sekaligus memperhatikan wajah serius Cakra yang tampak sangat tampan baginya.

"Jadi lu sebenernya suka sama Micky gak sih?" Tanya si gadis.

"Haha, random amat pertanyaan lu." Cakra terkekeh pelan, tak sedikitpun teralihkan dari layar laptop di hadapannya.

"Ya abisnya, tiap di kampus lu sering keliatan nempel gitu ke si Micky, apalagi tiap lagi rapat HMIK. Tapi gue denger dari anak-anak lain juga lu playboy, pacar lu nyebar di beberapa kampus." Lanjut si gadis.

"Yaelah temen doang kali. Sebagai ketua himpunan mahasiswa yang baik kan gue kudu memperluas relasi, biar kalo kita mau ngevent kemana-mana gitu nyari sponsornya gampang." Balas Cakra.

"Tapi lu suka sama Micky apa gak?" Si gadis tampak belum menyerah menggali informasi.

"Ck, kaga elah. Gue cuma demen godain dia aja, mana bodynya juga aduhai gitu, hehe." Cakra terkekeh tanpa dosa, tak menyadari bahwa Micky yang masih menguping dibalik tembok tampak terkejut seketika.

"Hadeh, kebangetan lu. Anak-anak bilang si Micky bucin loh sama lu, mana dia mau nurutin semua yang lu suruh padahal sebenernya dia gak perlu lakuin itu."

"Ya bagus dong, kerjaan gue jadi makin gampang karna dibantu sama Micky, semoga aja dia tetep bucin sampe kepengurusan kita kelar, haha"

"Sinting lu. Kasian si Micky anjir."

GREP

"E-eh..." Micky terkejut saat seseorang tiba-tiba menarik pergelangan tangan kanannya dan membawanya menjauh dari situ. Rupanya Johan.

"Ngapain lu di situ tadi?" Johan bertanya setelah posisi mereka kini sudah cukup jauh dari lokasi Cakra dan teman perempuannya tadi.

"A-ah, gue tadi nyariin lu, eh malah ketemu Cakra lagi nugas." Micky tersenyum tipis. Perasaannya mendadak campur aduk setelah mendengar percakapan yang baru saja disaksikannya secara langsung tadi.

"Akhirnya lu percaya sama gue, kalo Cakra itu gak bener hm?" Rupanya Johan tadi juga turut menyimak percakapan yang dilakukan Cakra, namun ia memilih untuk diam dan membiarkan Micky juga mendengarkan sehingga sahabatnya ini dapat mengetahui bahwa pemuda tampan kaya raya yang selama ini disukainya diam-diam bukanlah seorang pemuda yang baik dan hanya sekedar memanfaatkannya saja.

"Lu... Udah tau?" Tanya Micky. Pikirnya hanya ia satu-satunya yang tidak mengetahui fakta baru ini.

"Enggak, gue juga baru tau barusan, sama kaya lu." Jawab Johan dengan jujur. "Jadi gimana? Masih pengen setia ngebucinin cowok bangsat itu?" Sindir Johan.

Micky diam. Jujur ia merasa kecewa, namun mengapa harus kecewa juga? Toh selama ini ia yang memang memilih untuk menyukai Cakra dan bahkan memberikan diri secara cuma-cuma untuk dimanfaatkan oleh pemuda itu dalam hal akademik maupun organisasi. Lebih tepatnya, Micky kecewa pada dirinya sendiri.

HELLO CHANEL! || banginho (ongoıng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang