Chapter #8

258 56 5
                                    

ENJOY AND DON'T FORGET TO VOMENT

Keesokan harinya, semua berjalan seperti biasa. Haven dan Septian berangkat ke sekolah, Micky dan Chris berangkat ke kampus, sementara ayah pergi ke kantor dan bunda memasak di rumah. Hanya yang berbeda hari ini adalah Chris. Pemuda itu menggandeng Micky dari sejak mereka berangkat hingga tiba di kampus, bahkan beberapa mahasiswa tampak menatap mereka dan berbisik-bisik penasaran dengan hubungan apa sebenarnya yang tengah dijalani Chris dan Micky.

"Emm Chris, ini udah mau nyampe kelas, kita mau gandengan sampe kapan ya?" Micky menyengir bingung.

"Emangnya di kampus gak boleh gandengan ya?" Tanya Chris dengan ekspresi polos.

"Ya aneh tau, kita jadi diliatin orang-orang. Gandengan mulu kaya mau nyebrang. Gandengannya lanjut nanti aja ya?" Micky pun perlahan melepaskan tautan tangannya dan Chris, kemudian merapikan poni pemuda tampan di sampingnya ini.

"Yaudah deh." Chris pun menurut dan tersenyum, keduanya pun segera masuk ke kelas dan duduk berdampingan seperti biasanya. Tak lama kemudian Johan pun tiba di dalam kelas, dan menempati bangku yang berada tepat di depan Micky. Pemuda itu pun berbalik dan menatap wajah Micky, tampak memperlihatkan ekspresi khawatir.

"You okay?" Johan ingin memastikan keadaan Micky baik-baik saja setelah kejadian kemarin.

"I'm good, thanks." Micky mengangguk dan tersenyum manis, Johan pun balas tersenyum dan kembali menatap ke depan karena dosen mereka sudah masuk.

*****

Siang harinya, saat sedang duduk di kantin seorang diri, Chris terkejut saat Cakra tiba-tiba muncul dan duduk di hadapannya. Seketika ekspresi Chris pun mengeras dan tampak waspada.

"Hai?" Cakra menyapa sambil tersenyum ramah.

"Hai juga." Chris menjawab singkat, kemudian kembali fokus pada nasi ayam yang sedang dinikmatinya.

"Sendirian aja, Micky mana?" Cakra tampak memandang berkeliling, mencari keberadaan Micky yang dipikirnya tengah berada di sekitar situ.

Tanpa Cakra sadari, Chris tampak mengepalkan sebelah tangannya. Pikirnya berani betul Cakra mencari Micky setelah berhasil membuat pemuda yang disayanginya (sebagai majikan, ya, tentu saja) itu sedih kemarin.

"Kenapa lu harus tau Micky ada dimana hm?"

DEG

Cakra terkejut mendengar nada Chris yang dingin. Kedua maniknya menatap lekat wajah Chris yang beberapa hari ini sedang dikaguminya karena kedua manik jernih serta bibir plum pemuda itu, namun kini Chris tampak berbeda.

"Well, ya karna dia temen gue? Dan temen lu juga kan?" Cakra mengusap belakang lehernya, mendadak gugup tanpa alasan.

"Oh. Tapi gue gak yakin sih, Micky masih nganggep lu temen atau gak, haha." Chris tertawa hambar, mampu membuat suasana makin canggung di antara keduanya.

"Hah kok gitu? Emang Micky ada masalah apa sama gue?" Cakra mulai penasaran.

"Gak tau sih, bukan urusan gue juga dia ada masalah apa sama lu. Yang jadi urusan gue adalah kalo lu sampe berani bikin Micky sedih. Awas aja." Chris bangkit dari posisi duduknya, kemudian berjalan begitu saja meninggalkan Cakra yang tampak sangat kebingungan.

"Wait, what?!"

Well, semoga setelah ini Cakra sadar bahwa Chris bukanlah target yang tepat untuk dijadikan mangsa keplayboyannya, malahan ia yang harus berhati-hati jika tidak ingin dimangsa.

*****

"Nih."

"Apaan nih?" Haven mengeryit saat Septian mendekatinya di kantin dan menyodorkan selembar tiket festival band.

"Gue dikasih sama Felix sih, ada 3. Gue satu, Felix satu, satunya buat lu."

"Iya tapi ini tiket apaan?" Haven masih meminta penjelasan.

"Ya dibaca dong, buta mata lu?" Septian kesal.

"Ah elah." Haven pun akhirnya meninggalkan sejenak fokusnya pada mangkuk soto dan mulai membaca tulisan demi tulisan di tiket yang kini berada di tangannya. Kedua maniknya membulat saat membaca nama Mahasura, yang merupakan nama band sekolahnya sekaligus band dimana Haidar menjadi salah satu gitarisnya.

"Gue tau beberapa hari ini lu galau kan gara-gara Haidar jarang keliatan? Bocahnya fokus latian di ruang band buat perform di festival ini." Jelas Septian.

"A-apaan sih, sok tau bener lu orang gue gak galau." Haven denial, tidak ingin mengakui bahwa ia memang sedikit kesal karena setelah menciumnya beberapa hari lalu Haidar bertingkah seakan tidak pernah terjadi apa-apa, pemuda itu hanya tersenyum tipis saat kedua maniknya tak sengaja bertemu dengan manik Haven, Haven kan jadi merasa seperti sedang dipermainkan. Apa maksudnya coba Haidar menciumnya sembarangan begitu tanpa penjelasan?! Hhh.

"Udah ah, gue balik ke kelas dulu. Bye." Septian mengusap rambut Haven, membuat saudaranya itu kesal dan mengumpatinya karena Septian membuat rambutnya berantakan.

"Lu mau nonton?" Belum sempat Haven melanjutkan kegiatan makan sotonya, kembali ia dikejutkan dengan kemunculan Haidar yang kini berdiri tepat di sampingnya.

"E-eh, Haidar. O-oh, ini gue eum dikasih tiket sama Septian. Kelebihan katanya, hehe." Haven langsung gugup dan berusaha mengalihkan pandangan kemanapun, asal tidak perlu menatap wajah tampan Haidar yang beberapa hari ini berhasil membayang-bayanginya.

"Gue boleh duduk di sini?" Tanya Haidar.

"Iya iya, boleh." Haven mengangguk, walaupun dalam hatinya mengumpat karena sekarang ia harus duduk berhadapan dengan Haidar di meja kantin ini.

Seakan berusaha mengabaikan eksistensi Haidar, Haven pun kembali melanjutkan kegiatan makannya. Selain itu Haven juga berusaha mengabaikan fakta bahwa Haidar sedang mengamati wajahnya.

"Gue kangen sama lu." Ujar Haidar dengan tiba-tiba. Dan seakan bisa memprediksi reaksi Haven yang akan langsung terkejut dan tersedak, Haidar pun menyodorkan botol air mineralnya ke arah pemuda manis berpipi chubby di hadapannya ini.

Dan benar saja, Haven langsung batuk-batuk tersedak kuah sotonya, ia pun menerima botol air dari Haidar dan langsung meneguk isinya hingga merasa baikan.

"Lu... Apa?" Haven ingin memastikan pendengarannya tidak salah, ia pun memberanikan diri menatap lekat kedua manik Haidar.

"Gue kangen sama lu." Haidar kembali mengulangi kalimatnya dengan jelas, membuat Haven langsung membulatkan kedua maniknya. "Dari kemarin gue sibuk latian mulu, jadi gak bisa pura-pura lewat di depan kelas lu deh, padahal pengen banget ngeliatin muka lu yang lagi serius pas pelajaran Sejarah." Haidar melanjutkan sambil tersenyum.

"Emangnya selama ini lu sering kaya gitu?" Haven mengeryit bingung.

"Iya." Haidar mengangguk, kemudian mulai menikmati sebungkus roti di tangannya.

"Dasar gak jelas. Ini festivalnya besok Sabtu kan?" Haven berusaha mengalihkan topik demi menutupi jantungnya yang tengah berdegup tak wajar.

"Iya besok, Mahasura dapet urutan ke-5." Jelas Haidar. Pemuda itu kini meneguk air mineralnya dari botol yang dimana bibir Haven baru saja menempel di sana.

"Oh gitu. Yaudah deh, ntar gue dateng, kebetulan gak ada acara juga."

"Lu sendirian?" Tanya Haidar.

"Bareng Septian kali, dia ada tiket juga katanya sama Felix."

"Maksud gue, naik motor sendirian?" Haidar memperjelas pertanyaannya.

"Oh, iya. Septian pasti boncengan sama Felix." Haven meneguk es jeruknya.

"Gue jemput ya? Biar gak sendirian naik motornya." Haidar menawarkan.

"Lah emang lu gak bareng anak-anak Mahasura?" Haven mengeryit.

"Gampang itu mah, ntar kan tetep ketemu di backstage." Jawab Haidar sambil menyampirkan poni Haven yang sedikit menutupi manik pemuda manis di hadapannya ini, membuat Haven merasa kedua pipinya memanas.

"Eum... Yaudah deh boleh. Lu masih inget rumah gue kan?" Tanya Haven.

"Masih dong." Haidar mengangguk sebelum menggigit rotinya, kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah Haven; "Rasa bibir lu aja gue masih inget, hehe"

TBC

HELLO CHANEL! || banginho (ongoıng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang