Bab 6;

7 1 0
                                    

Lucien menghela nafas dalam mencoba untuk menghilangkan rasa gugup sebelum mengetuk pintu berlambangkan kerajaan valcke itu. Beberapa kali dia bergumam untuk menghafalkan ucapannya sebelum menemui seseorang di balik pintu megah itu.

"Ok, aku siap." Ucapnya setelah menghela nafas yakin. Membenarkan dasi dan vest yang kini ia pakai, mencoba berkaca pada pantulan guci besar untuk merapikan rambut coklatnya.

Tokk tokk tokk. Suara ketukan pintu terdengar dan beberapa saat kemudian seorang pelayan membukakan pintu itu dengan seorang lelaki yang duduk di meja tengah ruangan ikut menatap Lucien.

"Ah? Lucien, anakku. Masuklah." Sang Raja tersenyum dan bangkit dari tempat duduknya untuk menyambut anak satu-satunya, "Ada apa kau datang kemari?" Ucapnya lagi setelah Lucien berjalan memasuki ruangannya.

"Apa ayah sibuk? Apa aku mengganggumu?"

Raja William tersenyum, "Tidak. Ada apa?"

Lucien tersenyum kaku, jantungnya berdegup, "Aku...Ingin mencari calon istri."

Raja William tertawa mendengarnya, "Anak ini memang suka bercanda.--Apa?!"

Bukan hanya Raja saja saat ini, namun Sang Ratu atau ibu Lucien tengah duduk di samping anaknya. Mendengar bahwa Lucien ingin mencari calon istri membuatnya langsung pergi meninggalkan pesta minum teh kerajaan.

"Kau yakin dengan yang kau ucapkan itu, Nak?"Archen menatap Lucien mencoba mencari tau kalau anaknya ini tengah bercanda.

"Tentu aku yakin. Sangat yakin." Jawab Lucien dengan tegas, "Aku ingin mencari calon istri. Bahkan aku sudah menemukan siapa yang cocok."

William menatap istrinya dengan kening berkerut. Anak ini kenapa cepat sekali? Jangan bilang kalau ini cinta monyet atau cinta sesaat.

"Memang siapa yang akan kau lamar?" Tanya William.

Lucien menegakkan badannya dan tersenyum penuh percaya diri, "Duchess Aria Albern Evans de Valcke."

"Sinting!" Pekik kedua orang tua Lucien.

"Anak kita sudah gila, William." Archen meraih kedua tangan Lucien dan menatapnya penuh khawatir.

"Apa tidak ada orang lain, Lucien?" Tanya William.

Lucien mengernyit bingung dengan respon kedua orang tuanya. Bukankah justru bagus jika dia menikahi Duchess Aria yang selalu mereka banggakan dengan prestasinya? Kenapa malah dirinya dilarang menikahi Duchess?

"Apa ada yang salah dengan Duchess?"

"Duchess terlalu sempurna untukmu, Nak."

Ibu, ayolah? Aku ini anak kandungmu atau anak tirimu sih?--Batin Lucien.

"Bukannya ibu menyukai Duchess?"

Archen mengangguk, "Ya–"

Lucien memotong omongan ibunya, "Lalu kenapa bilang kalau Duchess terlalu sempurna untukku?"

Archen menatap putra tunggalnya dengan tatapan iba. Kenapa menatapku seperti itu ibu?!

"Kau masih sangat jauh di belakang Duchess. Kau masih perlu belajar lebih giat lagi agar dapat bersanding dengannya. Ayah akan mencarikanmu putri bangsawan dari kerajaan lainnya." Jelas William tak memperdulikan tatapan kesal dari Lucien.

"Ti-dak ma-u. Aku hanya ingin Duchess. Kenapa kalian berdua merendahkanku begini sih? Aku ini anak kalian dan akan menjadi penerus ayah."

"Justru karena kau penerus ayah, makanya ayah selalu berdoa kepada Tuhan dan meminta untuk diberikan umur panjang. Kau belum sepenuhnya siap, Lucien."

The ValckeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang