chapter 4.

44 9 0
                                    

Lebih dari 1 jam perlawanan itu menghabiskan waktu. Banyak para remaja yang masih bisa bertahan dan saling melawan satu sama lain. Sehingga 20 menit berlalu sudah lumayan banyak anggota dari geng silent blood yang terkapar, sedangkan anggota geng dari delvaros hanya beberapa saja yang terkapar. Untung saja tidak ada yang kehilangan nyawa. Perlawanan itu langsung dihentikan oleh para pemimpin masing-masing geng.

“Kuat juga geng lu” ucap Delvin dengan nafas yang tersenggal-senggal serta melirik kanan-kiri untuk melihat anggota-anggota gengnya.

Gadis yang ada dihadapan Delvin hanya terkekeh pelan serta nafas yang juga tersenggal-senggal.

“Geng gue punya teknik sendiri untuk melawan musuh” ujar gadis tersebut dengan sinis.

“Oke-oke, sekarang gue nganggep geng lu jadi geng terkuat setelah geng gue, dan geng gue bakal bantuin geng lu jika ada masalah” ucap Delvin.

“Kenapa lu mau bantuin geng gue?” tanya sang gadis.

“Karena itu salah satu prinsip geng black wolf, jika kita suatu hari terkalahkan oleh suatu geng, maka geng itu akan kita bantu sedemikian rupa” jelas Delvin.

Gadis itu dengan wajah tertutupi masker langsung menyeringai setelah mendengar penjelasan dari sang ketua black wolf. Tak lama kemudian dirinya menyetujui hal tersebut.

“Baiklah, gue terima tawaran lu itu”

“Lu beneran mau nerima tawaran itu?” tanya El yang tak jauh darinya.

Gadis tersebut hanya menganggukkan kepalanya.

“Sekarang kita pergi dari sini, gue gamau bikin keluarga gue itu pura-pura khawatir sama diri gue inim itu sangat menjijikkan” ucap sang gadis yang langsung pergi menuju ke arah terpakirnya motor miliknya.

Kepergian gadis tersebut, membuat anggota-anggota geng delvaros ikut menyusul untuk pergi dari wilayah itu. Setelahnya yang tersisa di kawasan belakang gedung kosong hanya anggota-anggota dari geng black wolf.

“Akhirnya ada penerus dari geng gue, walau geng gue ini bakal ada anggota baru untuk menggantikan posisi-posisi gue dan lainnya, setidaknya ada sebuah geng yang menggantikan posisi geng terkuat”

~~

Pagi telah tiba, Althea kini bangun dari tidurnya. Setelah dirinya bangun, ia mendudukan tubuhnya dengan pelan. Entah kenapa badannya merasakan nyeri ketika dirinya sudah bangun.

Tanpa peduli dengan nyeri yang dirinya rasakan kini dirinya turun dari kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi pribadinya. Tak butuh waktu lama, Althea akhirnya selesai mandi dan keluar dari kamar mandinya untuk berganti pakaian serta menyiapkan perlengkapan sekolahnya.

Setelah semuanya siap, Althea keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang makan dan menemui sang ayah dan bundanya itu baru saja duduk.

“Naks ini duduk”  ucap sang ayah ketika menyadari kehadiran sang anak.

Althea hanya tersenyum manis dan menganggukan kepalanya serta ikut duduk di kursi yang kosong.  Merekapun akhirnya memakan sarapan mereka.

“Kamu semalam kemana aja? Katanya main kerumah temennya sebentar, kok kamu pulangnya malem banget” tanya sang ibunda sambil menyuapkan makanan ke mulutnya sendiri.

Althea yang mendengar perkataan sang ibunda itu bingung, karena dirinya merasa kalau semalam dirinya tidur lebih awal karena tidak ada tugas dari sekolah.

“Tapi, perasaan aku tidur lebih awal deh semalem” jawab Althea jujur.

Sang ayah dan ibunda mengerut bingung “Tapi kamu semalam izin buat pergi kerumah temenmu nak” ujar ayah.

Al[Thea]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang