Pukul 8 pagi Syifa dan Tiara baru kembali ke Pesantren seharusnya jam 7 pagi mereka sudah kembali, Umma Fitri tidak marah pada keduanya ia malah merasa khawatir terjadi apa-apa dijalan sehingga mereka terlambat kembali ke Pesantren.
Saat di dapur Ndalem mereka berdua di serbu banyak pertanyaan dari Umma Fitri dan Abi Ibrahim, Syifa hanya menjawab kalau mereka berdua kehabisan bensin dijalan ia tidak menceritakan kalau tadi sebenarnya dia telah meintrogasi Tiara.
"Kalian beneran ga papa kan? Umma khawatir banget tadi kalian kok ga dateng-dateng padahal udah mulai siang," ucap Umma Fitri yang duduk di hadapan keduanya.
"Maaf udah buat Umma sama Abi khawatir," ucap Syifa yang menunduk merasa bersalah karena sudah membuat mertuanya khawatir, Tiara lebih baik diam saja karena dia tidak bersalah ia hanya dijebak oleh Syifa.
"Sebelum berangkat tadi Abi udah ingetin kalo motor Abi itu belum di isi bensin," ucap Abi Ibrahim .
"Iya Bi maaf Syifa tadi lupa buat isi bensinnya."
"Yaudah ga papa, jangan di ulang ya!"
"Iya Bi, sekali lagi Syifa minta maaf Umma Abi."
Sejak tadi Gus Faqih hanya diam mendengarkan penjelasan istrinya itu, ia bersedekah dada di belakang orang tuanya ia menatap tajam ke arah istrinya itu, ia tahu pasti ada hal lain yang tidak diceritakan Syifa pada semuanya, tidak mungkin kehabisan bensin sampai terlambat 1 jam, ia tau pasti istrinya itu melakukan aksi detektifnya saat di luar.
Ia melangkah mendekat ke arah Syifa lalu mengambil tangan istrinya, Syifa yang sejak tadi menunduk jadi mendongak melihat wajah suaminya.
"Ikut saya!"
Syifa langsung bangkit dari duduknya lalu mengikuti langkah suaminya. "Permisi Abi, Umma, Faqih mau ngobrol berdua sama Syifa," ucap Faqih.
Abi Ibrahim dan Umma Fitri hanya mengangguk lalu Gus Faqih membawa Syifa masuk ke dalam kamar.
"Ada apa Gus?" tanya Syifa saat sudah di dalam kamar.
Gus Faqih melepaskan genggamannya lalu duduk di sofa sambil bersedekah dada tubuhnya ia sandarkan di punggung sofa.
"Ayo cepat jujur sama saya!" ucap Faqih
"Ju-jur apa Gus?" ucap Syifa terbata ia seperti anak kecil yang sedang dimarahi ibunya karena bakal, Syifa berdiri dihadapan suaminya dengan menunduk jari-jarinya saling bertautan ada rasa takut akan suaminya itu.
"Soal tadi kamu terlambat kembali ke Pesantren."
"Syifa kan tadi udah cerita, Gus Faqih emang ga denger?"
"Itu ceritanya tidak lengkap saya tau pasti ada hal yang tidak kamu ceritakan, ga mungkin dorong motor ke penjual bensin sampe 1 jam jarak pasar ke Pesantren dekat, kalau kamu jalan kaki cuma butuh waktu 7 menit sampai."
Syifa membulatkan matanya kenapa firasat suaminya itu benar, kalau dia tadi hanya menceritakan setengah kejadian karena dia tidak mau kalau mertua atau orang tuanya tau ia sedang menyelidiki kasus kematian Zahra.
"Tadi seharusnya juga kalau kamu kehabisan bensin di jalan bisa telepon saya untuk meminta bantuan, terus kenapa ga telepon? pasti kamu tadi lakuin aksi detektif lagi kan?" ucap Gus Faqih lagi.
"Hmm nanti aja ya Gus ceritanya, aku mau lihat Hamzah dulu."
Syifa tidak mau menceritakan hal yang terjadi tadi ia takut suaminya itu marah kalau tau dia sudah menuduh sahabat kecil Gus Faqih itu terlibat kematian Zahra padahal Tiara tidak terlibat.
Saat Syifa akan melangkah Faqih langsung menarik tangan Syifa dengan cepat hingga Syifa hilang keseimbangan ia langsung terjatuh ke pangkuan suaminya, tangan Faqih dengan cepat menahan tubuh Syifa yang akan bangkit.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS DUDA IS MY HUSBAND
Espiritual- Zona teka-teki 1 - Kalian baca cerita ini siap-siap jadi detektif "Menikahlah dengan suamiku dan jaga baby Hamzah." Syifa Adzkia Husna, si gadis super aktif itu harus rela menjadi ibu pengganti dan menikah dengan duda pasif yang tak lain adalah s...