Suara bising kendaraan mulai terdengar samar seiring dengan langkahku yang menjauhi gerbang sekolah. Aku menggesekkan kedua tanganku guna menghangatkan tanganku yang terasa sedingin es.
Aku melewati taman depan yang amat teramat sepi. Ya karena sekarang baru jam 6.5 a.m. aku menghembuskan nafasku kasar karena dingin yang kurasakan itu belum juga berkurang.
Aku mengamati kesekitarku yang terlihat sepi. Akupun berinisiatif untuk berlari lari kecil guna membuat rasa dingin ini minggat. Setelah memastikan memang masih sepi aku segera melancarkan niatku.
Aku mengamati kelopak bunga Flamboyan yang berguguran dan tergeletak begitu saja di bawah tanah yang terlapisi conblock itu. Sudut bibirku terangkat kemudian menyapu tumpukan guguran bunga itu dengan kakiku.
Aku terjerembab ketika kakiku menabrak sesuatu yang keras di bawah tumpukan bunga. Aku meringis sembari membersihkan kedua tanganku yang kotor.
Sebuah tangan terulur di depan wajahku. Aku mendongak menatap pemilik tangan itu. Dia tersenyum lebar mencoba menyakinkan ku agar menyambut ulurannya.
Sebelum tangan itu sempat ku raih tiba tiba ada tangan lain yang menarik tangan itu menjauh. Aku menatap kedua orang yang berjalan di depanku. Tangan ku mengepal erat. Mengapa mereka berdua terlihat menjengkelkan sekali.
Aku menggerutu hingga tak sadar sedari tadi Friska mengulurkan tangannya untukku. Akupun langsung menggapainya.
" Kenapa lo? "
Tanya Rain yang melihat wajah jengkel ku. Aku menggelengkan kepalaku kemudian beranjak pergi tanpa sepatah katapun.Tak lama ketiganya berlari mengejar ku dan sekarang mereka berdiri di kanan kiri ku.
" Ada apa sih? "
Tanya Katya sembari merangkul bahuku.
" Gue sebel sama Rafif dan cs nya itu "Tawa ketiganya pecah seketika membuatku semakin geram saja.
" Gak usah di ladenin deh emang tu si Arel gk mau kelihatan aneh sendirian. Dia mau ngajak Rafif jadi orang aneh kaya dia gitu "Celetuk Katya yang di angguk i kedua temannya aku hanya memutar bola mataku malas.
" Udah deh jangan badmood gitu masih pagi. Mendingan kita ke kantin aja nongki nongki di sana pagi pagi gini seru tu ya kan guys "Akupun setuju dengan usulan dari Rain.
" Emangnya dia ngapain lo sih Rel? Sampai wajah lo kelewat sebel kek gitu "
Tanya Friska ketika kami sudah duduk di kursi kantin menunggu Rain dan Katya yang sedang memakan sarapannya." Tadi gue jatuh. Terus dengan sok sok annya si Rafif dateng. Dia mau bantu gue. Dan dengan tak tau dirinya si anak aneh itu dateng entah dari mana langsung nyerobot tangan Rafif. Gue kesel dong!!!! "
Kataku jengkel kemudian menyeruput susu yang tadi ku pesan.
" Uhuk uhuk uhuk "
Rain tersedak membuat ku panik kemudian dengan cekatan membantunya untuk meminum minuman nya." jadi maksud lo lo pengen di tolongin Rafif gitu? "
Tanya Rain yang langsung kuberi tatapan tajam.
" Yakali enggaklah!! "
" Terus apa yang buat lo uring uring Ngan kaya gitu? "Tiba tiba seseorang yang sedang kami bincangkan itu lewat. Kami semua terdiam.
" Kalau gak mau nolongin ya seenggaknya gak usah ngehalang halangin orang lain yang mau nolongin kalik!!! "Kataku membuat langkah pria aneh itu terhenti sejenak. Kemudian kembali berjalan ke arah etalase kantin tanpa menjawab sepatah katapun. Bahkan tingkahnya ini seperti seorang yang mendengar suara tanpa wujud.
Bel telah berbunyi sedari tadi. Dan akupun sudah duduk di samping cowok itu. Sama seperti hari hari sebelumnya. Ia menarik kursinya menjauh dengan menutupi hidungnya.
" Apaan sih!!! Gue gak bauk tahu. Gue wangi! "
" Justru itu "
" Hah? "
Dia menggeleng sekali. Gerakan gelengannya tak terdeteksi karena hanya sekali saja. Aku menghembuskan nafasku kasar. Kemudian menjatuhkan kepalaku ke meja.Kupikir akan sakit tapi ada sebuah buku yang mengganjal. Akupun menarik kembali kepalaku untuk menatap cowok tadi. Cowok tadi terlihat anteng dengan dengan rutinitasnya setiap menit itu. Bak seorang dukun ia terus berkomat kamit dengan memejamkan netra teduhnya itu.
Aku mencibirnya kesal. Kemudian kembali merebahkan kepalaku pada meja.
" Apa mungkin dia yang naruh nih buku biar kepalaku gak sakit?. Akhhhh tapi mana mungkin ia peduli. Mungkin aku saja yang lupa kalau buku itu memang tergeletak disana. Tapi kayanya enggak deh! "Aku menghembuskan nafasku kasar kemudian memainkan bolpoin di antara jari tengah dan jari telunjukku hingga pelajaran telah usai.
Cowok itu langsung berdiri dari tempat duduknya dengan tergesa. Aku menatapnya aneh.
" Gue semenakutkan itu ya? "
Tanyaku karena gerakan pria tadi mirip seperti seseorang yang berlari dari hantu berambut panjang dengan tawa cekikikan yang kerap di panggil kunti." Gak kok. Lo cantik malah "
Jawab Rafif dengan senyuman lebarnya. Aku menatapnya malas kemudian berlalu menjauhinya segera. Jujur saja perasaan jengkel ku untuk yang kemarin belumlah pudar. Apalagi di tambah lagi dengan pagi hari ini membuatku semakin geram." Sor.... "
" Gue gak mau denger!! "
Kataku ketus ketika ia menyamai langkahku. Aku kesal kepada ketiga teman ku yang meninggalkan aku sendirian. Mereka sengaja memberikan Rafif ruang padahal mereka tahu aku tak menyukainya.Aku menarik bangku kantin dengan asal. Membuat suara decitan antara kursi besi dengan lantai itu terdengar nyaring. Aku tak peduli lagi ketika semua mata menatapku sekarang ini.
" Kenapa lo semua ninggalin gue sama si sialan itu sih!! "
Kataku jengkel. Tak lama Friska datang dengan membawa dua mangkok yang berisi mie ayam. Ia menyodorkannya ke arah Rain tapi aku langsung merebutnya." Ini buat gue!!! "
Kataku jengkel membuat mereka tertawa.
" Ya maaf deh Rel. Kita sih sebenarnya gak mau ninggalin Lo. Tapi sogokan dari pak ketua itu sungguh menggiurkan "Aku mengernyit tak paham kemana arah pembicaraan Friska. Rain mengeluarkan lima lembar uang berwarna merah itu kemudian menyusunnya dan ia kelebat lebatkan di depan wajahku.
" Idih mata duitan aja lo semuanya!! "
Mereka tertawa atas penderitaan ku. Aku memakan mie ayam itu dengan lahan. Perutku sangat keroncongan karena hanya kemasukan segelas susu saja tadi pagi.Aku mengamati sisi kanan tempat dudukku. Ada taman kecil yang menyejukkan suasana hati.
" Di sini itu memang tempat cocok buat ngembaliin mood "
Kata Friska ketika melihatku tersenyumlah. Aku mengangguk.Berbagai bunga berwarna warni menghiasi taman kecil itu. Kantin ini cukup luas dengan beberapa meja bundar yang terletak agak rapat. Taman kecil itu terletak di setiap sudut Kantin. Aku menikmati kantin sekolah serasa cafe outdoor ini dengan berbicara ngalor ngidul dengan ketiganya.
Jangan lupa vote and comment ya. Makasih udah mau baca. Mampir ke cerita ku yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARELKU
Teen FictionHari pertamaku di sekolah di sambut dengan kejadian tak mengenakan. Aku bertemu dengan anak laki laki yang terlihat menjengkelkan di mataku. Tatapan angkuh serta wajah datarnya itu membuatku geram. Sifatnya terlalu aneh dan peringainya itu seperti...