Kazuha pov
Setelah antar ayah ke ruang aula yang bakal dipakai buat rapat, gue pergi kelantai atas bareng sama Yunjin, Sakura dan Chaewon. Ya, karena jamkos jadi kita mau kelantai atas aja.
Lagian kalo ke kantin pasti rame banget. Belum sempat sampai tempat tujuan, kami berempat berhenti ditengah jalan, lebih tepatnya Chaewon duluan. "Guyss!"
"Apa?"
"Lupa beli minum."
"Ishh."
"Ya udah, gue balik lagi ke kantin.. kalian duluan aja." Ucap Chaewon.
"Gue ikut, mau beli permen." Ucap Sakura.
"Oke, gue sama Zuha langsung ke atas ya." Ucap Yunjin.
"Okee."
Gue sama Yunjin melanjutkan perjalanan menuju lantai atas, biasanya lantai atas sepi. Sakura sama Chaewon balik lagi ke kantin.
Akhirnya kami sudah sampai di lantai atas gedung A."Seperti biasa, sepi." Ucap Yunjin.
"Iya."
"Eh, kita bikin video yuk.. buat kenang-kenangan."
"Boleh,"
"Pake handphone lo ya, Zu. Handphone gue habis batre."
"Terserah." Gue memberikan handphone kepada Yunjin. Yunjin mulai membuat video dari mulai kami menyusun beberapa kursi dan meja yang ada disana untuk tempat kami nanti berempat. Posisi handphone menghadap kearah gedung sebelah yaitu gedung B, karena agar video tidak gelap dan juga cahaya matahari lumayan terik.
Brugh.
Brak.
"Hmmp.""Shhhs."
"Diam!"
"Lepasin."
Gue sama Yunjin saling pandang. Kami berdua tentu terkejut setelah mendengar suara di balik tembok pembatas antar gedung A dan B sekolah.
Gedung A dan gedung B berjarak sekitar 2 meter. Dengan suasana lantai atas yang sepi, suara tadi begitu jelas terdengar.
"Kenapa bisa?!"
"Aku gak ta--"
"Gue belum siap!!"
"Tap--"
Plak.
"Gue gak mau tanggung jawab!!"
Plak.
"Anak itu bukan punya gue!""Itu anak bapak!"
"Tidak!!"
Gue sama Yunjin melihat semua itu dengan jelas. Kami sepertinya tau wanita itu siapa, tapi tidak dengan hubungannya. Pria disana memakai masker dan topi, mengeluarkan beberapa uang dan melemparkan pada wanita didepannya.
"Pakai uang itu! Dan hilangkan dia!" Ucap pria itu sambil menunjuk perut si wanita.
Drapp.
Drap.
Pria itu segera pergi dan meninggalkan wanita itu sendiri. Belum sempat kami ingin menolong wanita itu, kami dikejutkan dengan kedantangan pria itu lagi dengan membawa sesuatu ditangannya.Mereka berdua saling pandang.
"Maaf! Gue takut lo berulah! Lebih baik gue bunuh lo!" Ucap pria itu lalu memegang si wanita.
"Jangan!"
Gue gak begitu jelas apa yang sedang dilakukan si pria, namun pria itu terus menerus berusaha mendorong wanita itu ke tepi pembatas gedung.
Dan dalam sekejap, hal itu terjadi. Wanita tersebut jatuh dari lantai atas gedung.
"AAAAA!"
"HMMMP!"
Brughh.
Dughh.
"Jang--an!"
Pria di gedung B itu seketika menoleh ke arah kami di gedung A. Pria itu terkejut, bahwa aksinya disaksikan oleh kami. Tapi dia tersenyum tipis melihat kami yang belum sempat bersembunyi.
"Kalian liat semua ya?!"
Teriak pria itu kepada kami. Kami bersembunyi di balik tembok pembatas. "Gue takut." Ucap Yunjin dan gue pelan.
"Jangan berani untuk menceritakan ini semua kepada siapapun!! Kalo gue tau, gue akan cari tau kalian dan keluarga lo semua." Ancaman itu keluar dari mulut si pria yang telah membunuh seorang wanita.
Suara pria itu semakin mendekat.
"..."
"Gue tau ciri-ciri kalian."
"..."
"Mudah dikenali."
"Rambut pirang dan rambut coklat.. bukan hanya itu, gue tau yang lainnya." Sambungnya lagi.
"Lo diam, lo selamat. Ingat itu!!"
Kami berdua tetap diam. Apa yang diucapkan pria itu memang ada benarnya, kami mudah dikenali apalagi warna rambut kami.
Kejadian ini akan membekas di ingatan kami.
pov end.
...
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian.
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
attention || o n - g o i n g
RandomSaling percaya itu bagus. Jujur juga penting. "Jujur sama kita! Jangan sampai hal yang tidak di inginkan terjadi!??!"