BBF, J - 01

30 13 2
                                    

28 Desember,

Hari itu dimulai ketika beberapa mobil pengangkut barang terparkir di depan suatu rumah. Siang itu gue dan keluarga gue baru saja pindah rumah karna Papa gue yang pindah tugas.

Sesaat kita sampai di rumah baru, kita langsung beresin barang-barang dan menata furniture-furniture itu. Saat lagi nurunin barang, gue liat di sebrang rumah gue sosok laki-laki, kelihatannya seumuran gue. Dia lagi duduk sendirian di teras dengan gitar dipangkuannya.

"Sha, kok ngelamun? ayo masukin barangnya,"

Suara itu seketika membuat pikiran gue buyar. Gue menghela napas dan melanjutkan pekerjaan gue.

Tak terasa semua barang akhirnya sudah tersusun rapi di dalam rumah. Ya, hari itu matahari sudah mulai tenggelam. Gue dan keluarga gue memutuskan untuk istirahat.

***

Jam makan malam pun tiba. Gue, Mama dan Papa menyiapkan diri untuk makan malam. Seperti pada umumnya, gue dan keluarga gue berkumpul di satu ruangan untuk makan bersama.

"Jadi menurut Papa kapan sebaiknya kita ngadain syukuran?" Tanya Mama.

"Besok juga bisa." Jawab Papa sederhana.

"Tapi kita harus belanja dulu dan masak untuk para tamu, Pa" ucap Mama.

"Kenapa kita gak catering aja? kalo masak sendiri capek, Ma. Tamu kita juga gak akan sedikit." Ucap gue membuat suasana seketika hening.

Gue melihat kedua orang tua gue. Tiba-tiba Papa gue ngangguk dan menyetujui ide gue.

"Yaudah, berarti kita jadi adain pengajian besok sehabis isya. Papa bakal pesen catering nya sekarang jadi besok barangnya udah ada" Ucap Papa.

***

Sehabis makan malam, gue pergi ke kamar dan merebahkan badan gue diatas kasur. Sambil menatap langit-langit, gue menarik dan menghembuskan napas.

"Haah~ hari ini capek banget... badan gue pegel semua" ucap gue pelan. Gue membalik posisi tubuh gue dan mulai memejamkan mata.

***

-Author POV-

*kriing! kringg!

Sebuah alarm terdengar dari ponsel seorang gadis. Mendengar suara tersebut, gadis itu segera menekan tombol diponselnya dan seketika suara alarm itu berhenti.

Gadis tersebut bangun lalu membuka tirai kamarnya kemudian membuka jendela, dan seketika cahaya matahari masuk menembus jendela.

*tok, tok, tok...!

Seseorang mengetuk pintu kamar gadis itu. Segera dia membukanya dan mendapati Riani, sang ibu berdiri dihadapannya.

"Ayo sarapan, habis itu bantu Mama beres-beres rumah ya." ucap Riani kemudian pergi dari hadapan anaknya.

"Iya, Ma..." Gadis itu segera berjalan membuntuti ibunya.

***

Selesai sarapan, mereka mulai membenahi rumah mereka untuk acara syukuran nanti malam.

Ditengah kegiatan mereka, Riani bertanya siapa saja yang akan datang dan kira kira berapa banyak.

"Papa undang beberapa temen kantor Papa, beberapa tetangga, RT dan ustad untuk mimpin pengajiannya." Jelas Papa, Khaisar.

"Paling sekitar 50 orang. Ya, rumah kita gak terlalu luas untuk nampung banyak orang" Sambung Khaisar disusul anggukan pelan dari Riani.

"Yasuda kalau begitu, Papa pergi kerja dulu, ya, Ma." Ucap Khaisar seraya berjalan keluar rumah menuju mobilnya.

"Hati-hati, Pa..." Ucap Riani sambil sedikit melambai ke arah suaminya tersebut.

***

Singkat cerita, malam hari pun tiba dan kini waktunya untuk memulai syukuran atas rumah yang baru mereka huni semalam.

Satu-persatu tamu mulai berdatangan kerumah mereka. Di area dapur yang terbuka dengan ruang tamu, seorang gadis sedang menyiapkan makanan untuk para tamu. Satu-persatu menu makanan ia bawa ke tengah para tamu.

Diam-diam gadis itu memperhatihan setiap orang yang datang. Dan ya, kebanyakan adalah orang-orang dewasa dan tidak ada satupun yang sekiranya sebaya dengan gadis itu.

"Ayo, Sha... syukuran nya mau dimulai." Seorang wanita menepuk pundak gadis itu.

Gadis tersebut menoleh dan mengangguk. Ia pergi bersama wanita tadi ke ruang tamu dan bergabung dengan tamu-tamu lainnya untuk menyertai syukuran.

Syukuran pun dimulai, terlihat semua orang sangat khusyuk berdoa, mendoakan semua hal yang  baik untuk tetangga baru mereka.

Selesai melakukan syukuran tersebut semua tamu pun mulai bubar karna waktu sudah semakin larut. Setelah semua tamu pulang dan hanya menyisakan suasana yang kini menjadi sepi.

Saat sedang membereskan makanan, seorang gadis memanggil ibunya.

"Ma, ini makanan kita masih banyak yang gak dimakan, sayang kalau dibuang, Ma. Menurut Mama ini kita kemanain?" tanya gadis itu bingung.

"Hm, kita kasih tetangga depan aja. Kayaknya tetangga depan rumah kita itu gak kesini tadi." Ucap Riani memberikan solusi. Gadis itu mengangguk dan dengan cepat membereskan makanan-makanan yang akan diberi kepada tetangga depan rumah mereka.

***

Gadis itu keluar rumah dengan membawa beberapa piring kecil berisi makanan. Dengan perlahan gadis itu mendekati rumah bercat putih di depan nya itu.

"Permisi..." Gadis itu berteriak mencoba memanggil tuan rumah. Tidak ada respon apapun dari dalam.

Gadis tersebut melihat di ujung pagar dan ternyata pagar nya tidak dikunci. Dengan hati-hati sang gadis memasuki halaman rumah tetangga nya dan sesaat gadis itu sampai di depan pintu, dengan gugup ia mengetuk pintunya.

tok, tok, tok!

"Permisi... ada orang dirumah?" ucapnya.

Tak lama kemudian seseorang membukakan pintu. Terlihat di depan mata gadis itu seorang laki-laki muda berkaos hitam dan menggunakan celana selutut, bertubuh tinggi dan tampan berdiri dihadapan gadis itu.

"Ya, ada apa?" Ucap laki-laki itu. Suaranya berat membuat gadis di depannya terdiam beberapa saat.

"ini kan cowok yang kemarin siang gue liat di depan rumah" batin gadis itu.

Gadis itu masih terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia memerhatikan penampilan laki-laki didepannya itu.

"Hei? kenapa bengong?" Laki-laki itu melambaikan tangannya di depan wajah sang gadis, seketika gadis itu tersadar.

"Eh, maaf Mas. Anu, saya kelebihan makanan pas tadi pengajian, ini buat Mas nya." Gadis tersebut menyodorkan piring yang sudah ia bawa kepada lelaki di depannya itu.

Laki-laki tersebut menerima makanan itu lalu mengucapkan terimakasih. "Lain kali jangan panggil gue 'Mas', kenalin gue Jefran Alexander. Panggil aja Jefran." Ia menjulurkan tangannya seakan mengajak gadis itu untuk bersalaman.

Gadis itu tersenyum dan menjabat tangan Jefran, "Saya Junisha Rallinia, panggil aja Juni. Senang bisa berkenalan." Junisha tersenyum.

"Yasudah, ini udah malam, saya pulang dulu ya." Junisha membalikan badannya dan perlahan menghilang dari pandangan Jefran.

Setelah memastikan Junisha sudah sampai di rumahnya, Jefran pun kembali memasuki rumah dan menutup pintunya.

Junisha memasuki kamarnya sambil tersenyum, rasanya senang sekali bisa mendapatkan kenalan baru.

"Kayaknya Jefran seumuran sama gue, gue harap kita bisa jadi tetangga yang rukun lah." Gumam Junisha.

Junisha bersiap untuk tidur karna hari sudah sangat larut. Gadis itu kelelahan dan dengan cepat ia tertidur.

Kira-kira apa yang akan terjadi besok antara Junisha dan tetangga barunya, Jefran?

***


tbc...

Bagaimana nih?
jangan lupa vote dan komen ya guys! 🤍

Babai lovyu!! <3

Best Boy Friend, JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang