BBF, J - 07

14 5 0
                                    

Sebuah motor terparkir di samping angkringan yang menjual mi ayam. Seperti yang sudah dijanjikan, Jefran akan mengajak Savira untuk makan mi ayam bersama. Yaa, itung-itung pendekatan.

Keduanya pun duduk di kursi yang sudah disediakan oleh penjual. Mereka pun langsung memesan dua mi ayam.

"Savira, lo tau gak? mi ayam disini tu enak banget! gue udah sering kesini sama keluarga gue. Gue jamin lo pasti suka! Dan gue yakin, abis lo cobain mi ayam ini besok lo pasti balik lagi kesini." Ucap Jefran meyakinkan Savira.

"Wow, iyakah?" Ucap Savira tidak yakin.

"Savira, lo liat mata gue, adakah kebohongan di dalamnya?" Lelaki itu mendekatkan wajahnya dengan wajah Savira

Savira terkejut. Refleks ia langsung mundur dan memalingkan wajahnya. Entah apa yang ia rasakan, tiba-tiba saja jantungnya berdebar lebih kencang. Pipi gadis itu juga mulai memanas.

Savira mencoba menetralkan perasaan nya. Ia pun kembali menampakkan wajahnya pada Jefran. Gadis itu tersenyum tipis.

"Iya, Jef. Gue percaya." Ucap gadis itu sederhana kemudian kembali memalingkan wajah. Ia tidak sanggup lagi menatap mata laki-laki itu terlalu lama. Rasanya sangat gugup. Savira terus terbayang dengan kejadian barusan.

Jefran itu sangat berani. Bukan berani dalam artian tidak takut apapun, tapi ia sangat tidak memiliki malu. Yang benar saja, Ia dan Savira bahkan baru kenal beberapa hari yang lalu tapi laki-laki itu bersikap seolah sudah sangat mengenal Savira.

Berbeda dengan Savira, gadis itu sangat pemalu. Ia tidak terbiasa untuk berbicara dengan orang yang baru ia kenal. Meskipun Jefran dan Savira sudah sering bertukar pesan tapi rasanya sangat canggung saat mengobrol secara langsung.

Ia juga tidak terbiasa berinteraksi dengan lawan jenis. Ini adalah pertama kalinya dalam hidup Savira. Makan bersama laki-laki yang bahkan ia belum benar-benar mengenalnya dan hanya ia dan laki-laki itu.

Gadis itu tidak banyak bicara kecuali ada yang mengajaknya bicara. Seperti saat ini, Savira hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sementara Jefran sedang asik bergurau dengan penjual mi ayam itu.

Jefran menoleh ke arah Savira. Menyadari gadis itu hanya terdiam, Jefran pun mencoba untuk mencairkan suasana.

"Tegang amat tu muka. Tenang, vir, lo gak akan gue suruh bayar." Ucap Jefran.

"Ini masih lama gak sih?"

Sesaat setelah mengucapkan kalimat tersebut, mi ayam yang mereka tunggu pun akhirnya sudah tersedia dan siap untuk disantap.

"Nih neng mi ayam nya. Maaf ya nunggu lama, si Jejep ni ngajak becanda mulu." Ucap penjual Mi ayam.

"Loh kok saya, orang Mang Aji duluan yang ngajak saya main tebak-tebakan." Balas Jefran tidak terima.

Savira yang melihat keduanya hanya terkekeh kecil. Sepertinya memang benar bahwa Jefran sudah langganan dengan Mang Aji alias penjual mi ayam disini. Bahkan mang Aji menyebut Jefran dengan sebutan 'Jejep'.  Lucu sekali.

Berlalih ke mi ayam. Setelah mi ayam pesanan mereka sudah jadi, tanpa menunggu lagi, mereka pun langsung menyantap mi ayam itu. Benar, mi ayam ini sangat enak.

Keduanya makan dengan sangat lahap. Tidak bisa dibantah lagi, karna memang mi ayam ini benar-benar enak.

"Gimana? Enak kan?" Tanya Jefran dengan senyumnya.

"Enak banget!" balas Savira yang juga tersenyum.

Setelah menghabiskan makanan mereka, keduanya pun bersiap untuk pulang. Sambil menuju motornya, sesekali Jefran bertanya hal-hal random.

Best Boy Friend, JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang