Waktu bergulir begitu cepat. Tiga tahun yang lalu, merupakan kenangan yang membawa tangis dan tawa, seorang perempuan berparas cantik, bernama Genivee Dergant, berhasil melewati semuanya. Wanita itu tetap tegar, bertahan di tengah-tengah kondisi kritisnya itu. Putranya, Cedric Dergant, juga tumbuh dengan baik bersama mamanya yang sangat dia sayangi. Banyak perubahan terhadap anak laki-laki yang kini berumur sepuluh tahun itu, tubuhnya mulai meninggi seperti kebanyakan orang di negara itu, wajahnya tampan dan berkharisma, seperti melihat Genivee junior versi laki-laki. Tak seperti kebanyakan anak lainnya, Cedric jarang menangis, dia juga berhasil mengukir prestasinya dengan baik di sekolah barunya itu. Cedric mewarisi sebagian besar sifat dan fisik mamanya, orang-orang kadang tak menemukan kemiripan, antara anak laki-laki itu dengan ayahnya, Audrick Dergant.
Genivee, kabarnya wanita itu sering bolak-balik ke rumah sakit, tapi dia lebih sering mendatangi dokter dan suster ke rumahnya. Akhir-akhir ini, Genivee sering menyendiri di kamar, terbaring lemas di ranjang, sambil menatap kosong langit-langit kamarnya. Cedric terus khawatir melihat kondisi mamanya, sebab sekian hari, tubuhnya semakin mengurus dan wanita itu tak banyak bicara. Terakhir kali, seorang dokter yang mengobati Genivee, menyampaikan kondisinya, bahwa wanita itu memiliki tubuh yang lemah, sehingga menyulitkannya untuk beraktivitas, kalau dipaksakan akan berdampak pada kesehatan jantungnya.
Belakangan, setelah Genivee mulai sakit-sakitan, Cedric mulai mengakrabkan dirinya dengan kedua pembantu dirumahnya. Meskipun awalnya dia merasa canggung, akhirnya dia mulai membuka diri pada kakak beradik itu. Tak lupa, anak itu juga sibuk membantu mengurus mamanya. Biasanya, dia akan menghibur Genivee, menceritakan hal lucu di sekolah. Namun, hanya sebuah senyuman terukir di wajah cantik itu, tak sepatah kata pun muncul, matanya terlihat sayu dan sembab, entah karena menangis atau karena penyakitnya itu, Cedric sudah merasa lega, melihat mamanya yang masih bisa tersenyum.
Di sisi lain, orang-orang sudah mulai melupakan Aulie Scarrow, yang dianggap sebagai penghancur kehidupan seorang wanita berkharisma, Genivee Dergant. Tetapi, setelah kepulangannya dari penjara, tak sedikit yang bergunjing tentangnya. Mungkin hanya segelintir dari mereka yang masih percaya kalau Aulie itu sebenarnya tidak jahat, termasuk ketiga bedinde di rumahnya. Mereka bertigalah yang mengurus Audrey, saat ibunya di penjara. Meskipun awalnya, Aulie sama sekali tak pernah menyentuh anak itu, Audrey tetap diizinkan untuk tinggal di rumah itu, rumah kedua yang dia beli untuk berjaga-jaga.
Saat itu, Aulie turun dari mobil yang menjemputnya dengan langkah kaki yang cepat, sambil menggenggam erat tas ranselnya, wanita itu terus melotot ke arah pintu rumah yang tertutup rapat. Didorongnya kuat-kuat pintu itu, Aulie menatap sekeliling, kemudian menapakkan kakinya, masuk ke dalam rumah itu.
"Eve, Eve! Cepatlah kemari!" panggil Aulie tak sabar. Terdengar derapan langkah kaki dari dapur, dengan terpogoh-pogoh, Eve, bedinde tertua di rumah itu, datang menghampiri majikannya.
"Selamat siang, Nyonya. Saya senang Anda sudah kembali dengan selamat. Ada yang bisa saya bantu?" Eve bertanya, sambil membungkuk hormat.
Aulie diam sejenak, matanya kembali mengitari ruangan itu. "Di mana anak itu?"
"Maksud Nyonya, Nona Audrey? Dia sedang tidur siang di kamar," jawab Eve seadanya.
"Sudah kubilang jangan panggil namanya! Aku tak sudi mendengar namanya, sedari tadi orang-orang membicarakannya. Apa sebenarnya yang dia lakukan?!" Aulie berteriak frustasi, wanita itu geram mengacak-acak rambutnya.
"Mama?" ucap seorang gadis kecil, yang perlahan menuruni tangga.
Audrey terbangun karena suara berisik dari lantai bawah. Namun, dia menghentikan langkahnya, saat melihat tatapan penuh amarah mamanya. Diam-diam, gadis itu meneguk ludahnya, jantungnya berdegup kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Ceramic Doll
General FictionSetelah perpisahan dan tragedi yang terjadi menerpa keluarganya, sang Ibu harus menerima kondisi fisik dan mentalnya yang berantakan. Cedric tidak habis pikir, kenapa musibah ini harus menimpa keluarganya? Namun, Ibunya pernah berpesan, "Hiduplah un...