Halo, readersQ!
Jangan bosen nungguin updatenya, ya. Soalnya untuk dua pekan ke depan aku mau menghilang buat memenuhi kewajiban rl. Selamat menikmati~Pulpen terselip di antara jarinya, binder juga terbuka di hadapannya, tetapi niatnya membuat rangkuman salah satu mata kuliah tidak kunjung terlaksana. Pikirannya berkelana. Suasana kamarnya yang sepi seakan mendukung dia untuk melamunkan hal yang beberapa hari belakangan ini memenuhi pikirannya.
Getaran dia rasakan pada permukaan meja, disusul bunyi notifikasi, membuat Saras mau tidak mau meraih benda persegi panjang yang pipih itu. Begitu layar menyala, dia bisa melihat bar notifikasi yang menunjukkan pesan masuk dari Gavi.
Ini adalah kesekian kalinya laki-laki itu meminta untuk bertemu dengannya, tetapi tidak Saras hiraukan. Saat di kampus pun dia berusaha untuk tidak menampakkan batang hidungnya pada Gavi, yang selalu menunggu di depan gedung fakultasnya.
Laki-laki itu tampaknya ingin meminta penjelasan lebih setelah ditinggalkan begitu saja oleh Saras saat di alun-alun tempo hari. Namun, sekali lagi, Saras tidak ingin bertemu dengan laki-laki itu. Keputusannya untuk memberi jeda pada hubungan mereka adalah untuk mengembalikan kewarasannya, bukan untuk diteror oleh Gavi seperti ini.
Tok-tok!
Tubuh Saras sedikit tersentak karena kaget. Ketukan di pintu kamarnya kembali terdengar, membuat dia harus segera bangkit dari depan meja belajarnya.
Kala membuka pintu, sosok tetangga kamarnya menyeruak ke dalam penglihatan. Seorang gadis yang merupakan mahasiswi fakultas teknik, juga satu kampus dengannya.
"Ada apa, ya?" Saras bertanya. Dia ingin segera kembali ke dalam kamarnya yang nyaman. Bukannya bermaksud tidak sopan, melainkan karena memang sedang ingin sendirian saat ini.
"Ada cowok di bawah yang nyariin lo. Said that he's your BF," ucap gadis itu dengan cepat.
Tanpa perlu jeda waktu, Saras sudah tahu siapa laki-laki yang mencarinya itu. Sebenarnya dia tidak ingin menemui Gavi, tetapi juga tidak mungkin membiarkan laki-laki itu mengganggu penghuni indekost lainnya.
"Makasih, ya."
"Iya."
Setelah tetangganya itu masuk ke kamar, Saras pun beranjak dari depan pintu kamarnya. Dia melangkah dengan enggan untuk menuruni tangga. Hingga akhirnya dia melihat sosok Gavi yang menunggu sambil bersandar di motornya.
"Aku rasa gak perlu jelasin apa-apa ke kamu. Aku mau break berarti aku butuh waktu buat diriku sendiri. Waktu buat istirahat dari hubungan kita." Saras langsung berujar saat melihat Gavi yang akan melontarkan kalimat.
"Apa yang salah dari hubungan kita sampe kamu mau break? Aku gak ngeliat satu pun alasan yang mendukung keputusan sepihak kamu itu, Ras."
Saras mendengkus. "Kamu emang gak tahu atau pura-pura bodoh?" Dia bertanya dengan sarkas.
Gavi melarikan jemarinya di antara helai rambut sembari kepalanya mendongak. Dia pun menghirup udara dengan kasar, lalu di detik berikutnya memandang gadis di hadapannya.
"Soal Jeya?" Dia memasang raut lelah. "Udah aku bilang berulang kali kalau Jeya itu sahabat aku. Aku sama Jeya gak akan punya hubungan lebih, Ras! Aku juga udah selalu bilang itu ke kamu!" Laki-laki itu mulai meninggikan nada suaranya.
"Sahabat. Aku tahu kalian sahabat, selalu aku ingat di kepalaku. Tapi apa kamu juga perlakuin Jeya sebagai sahabat semestinya? Kamu selalu ninggalin aku demi sahabat kamu itu, Gav!"
"Ras, menurut aku kamu terlalu kekanakan. Kita memang pacaran, tapi Jeya udah lebih dulu ada di kehidupan aku sebelum ada kamu."
"Ini bukan soal siapa yang duluan. Ini tentang hubungan yang di antara kita! Kamu seharusnya bisa ngehargain aku sebagai pacar kamu! Aku gak akan ngelarang kamu sahabatan sama Jeya, tapi yang selama ini kamu lakuin itu cuma mentingin dia. Aku yang pacar kamu gak penting? Kamu bahkan batalin kencan-kencan kita demi dia. Waktu aku butuh kamu juga selalu Jeya yang utamain. Aku udah kayak bukan pacar kamu, Gav!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] To be in His Shoes
RomanceNaren tidak pernah menyangka jika kebiasaannya menyaksikan seorang perempuan yang tampil pada 'Panggung Kisah' di kafe milik temannya, malah mendatangkan perasaan asing. Entah itu hanya sebuah lagu biasa yang dinyanyikan, atau cerita singkat yang me...