· s h o e s ⁰³ ·

85 26 3
                                    

Halo, readersQ!
Aku kembali sebelum menghadapi UAS yang sudah dekat. Mohon doa untuk kelancarannya. Selamat menikmati chapter kali ini~

Langkah kecil Atha ragu-ragu menuju fakultas ekonomi dan bisnis. Dia sendirian. Tadinya ingin meminta salah satu temannya untuk menemani, tetapi mereka memiliki urusan sehingga perlu untuk pulang duluan begitu kelas berakhir.

Melihat layar ponselnya, ada pesan baru dari Akvi. Laki-laki itu memintanya untuk langsung masuk dan menuju lantai tiga. Atha yang awalnya berniat menunggu di parkiran fakultas ekonomi dan bisnis akhirnya melanjutkan langkahnya dengan malas untuk memasuki gedung itu.

Jika bukan karena benar-benar membutuhkan almamater untuk presentasi tugas sosialisasinya besok, Atha mana mau mendatangi tempat asing begini. Mengapa pula almamater untuk angkatannya belum turun, kalau ada tugas seperti ini kan, dia jadi susah mencari pinjaman almamater. Kakak tingkat pun tidak ada yang begitu dekat sehingga rasanya tidak mungkin meminjam pada mereka.

Begitu kakinya menginjak lobi, Atha mengedarkan pandangannya. Sepi untungnya. Di kedua arah terdapat tangga ... ah, ada elevator di ujung koridor kanan.

Untungnya Atha melihat seseorang menggunakan elevator itu, jika tidak, mungkin dia tidak akan tahu kalau ada elevator di sana dan bagian terburuknya adalah dia harus menaiki tangga untuk mencapai lantai tiga. Dia tidak mau. Dia sudah nyaman dengan kemanjaan yang diberikan gedung fakultasnya, tidak mau seperti saat ke fakultas yang kelasnya gunakan kemarin. Mereka harus menggunakan tangga yang curam.

Menunggu beberapa saat di depan elevator, Atha pun menekan tombol agar balok baja itu kembali ke lantai dasar. Begitu pintu terbuka, dia langsung masuk dan menekan tombol dengan angka tiga di atasnya.

Ketika pintu elevator kembali terbuka di lantai tiga, Atha langsung mencari ruang yang disebutkan Akvi dalam pesannya. Tidak membutuhkan waktu yang lama baginya untuk menemukan ruang itu.

Namun, sekarang permasalahannya telah berganti, beberapa mahasiswa sekelas Akvi menatapnya dengan penasaran.

"Ada perlu apa?" Salah satu mahasiswi yang tadinya bersandar di pintu menghampiri Atha.

"Anu.. itu, saya nyari Kak Akvi."

"Oh, bentar ya." Mahasiswi itu masuk ke dalam, tidak lama. Ketika keluar, terlihat Akvi yang mengikuti di belakangnya.

"Hai, Tha. Maaf, tadi ngebahas tugas kelompok dikit."

"Iya, gak papa, Kak." Atha beralih pada mahasiswi yang tadi membantunya memanggilkan Akvi. "Makasih ya, Kak."

"Iya, sama-sama."

"Ya udah, Tha, kita langsung ke parkiran aja. Almetnya lupa gue simpen di jok motor."

"Kalau gitu ngapain aku repot-repot ke sini? Berasa sia-sia aku ngikut omongan Kak Akvi. Udah bener tadi aku nunggu di parkiran juga." Atha berseru kesal dan langsung membalik tubuhnya untuk kembali ke elevator.

"Eh, Tha! Tunggu!"

Atha langsung masuk begitu pintu elevator terbuka. Akvi pun dengan cepat menyusul gadis itu, ikut masuk ke dalam elevator sebelum pintu tertutup.

"Maaf, Tha. Gue lupa kalau almetnya gue simpen di jok."

"Hm." Kedua tangannya disilangkan di depan dada, dia tidak menoleh sedikit pun pada laki-laki itu.

[✓] To be in His ShoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang