prolog-

10 5 8
                                    

"ARANA!"

Teriakan vidya—ibu arana, menggelegar di sudut rumah,Arana yang mendengar nya kini menghampiri sang ibu dengan takut.

Arana menghampiri sang ibu, "kenapa mah?" Ucapnya seraya menunduk.

"KENAPA NILAI KAMU 90? KAMU INGIN MEMPERMALUKAN KELUARGA HAH?!" Ucap Vidya penuh murka.

Entahlah setiap nilai Arana turun, Vidya selalu memarahinya. Ya ibunya ini memang "Gila" terhadap nilai, katanya, ia malu jika punya anak yang nilai nya jelek.

Tapi, menurut Arana. Ini bukanlah hal yang pantas. Karena, jika ia mendapat nilai dibawah 100 pasti akan langsung dihukum dan dimarahi.

Arana meremas bajunya, sungguh dia takut sekarang "Maaf mah, Ara lupa mengerjakan satu soal yang disana makanya nilainya kurang" ucapnya dengan sedikit gugup.

PLAKK

Tamparan keras mendarat di pipi nya Arana, Arana sudah menduga ini akan terjadi. Ia hanya bisa memegang pipi bekas tamparan itu dan menunduk.

"KAMU YA BISANYA HANYA MEMPERMALUKAN SAYA" Ucap vidya.

Setelah berbicara itu, Vidya berjalan ke arah dapur dengan membawa tongkat—yang sering dipakai oleh Vidya untuk memukul Arana.

Tanpa basa basi, Vidya langsung memutar badan Arana secara paksa. Dan..

TAKK

TAKKK

TAKK

Suara pukulan tongkat kini yang memenuhi ruang tamu, tongkat itu dipukul ke punggung Arana dengan kencang—tak ada rasa kasihan bagi Vidya jika sudah menyangkut nilai.

Arana kesakitan, iya semakin kencang meremas bajunya dengan memejamkan mata.

Mah sakit mah-batin arana

TAKK

Itu adalah suara terakhir dari tongkat, Vidya pun langsung melempar tongkat ke arah lain.

"Kamu tidak boleh keluar kamar sampai besok dan awas saja jika kamu besok nilainya masih sama, jangan harap bisa tinggal disini" ucap Vidya seraya pergi melangkah ke luar.

Kini hanya tersisa arana sendiri di ruang tamu, Arana menangis.Kapan ia bisa bahagia bersama mamahnya.

Seakan sadar bahwa itu adalah ketidak mungkinan, Arana langsung tertawa —bukan tertawa bahagia, tapi tertawa meratapi nasib.

"Jadi fungsi hidup gua ngejar angka nih?"

•••••

"Mahh!" Teriak seorang anak laki laki.

"Disini sayang" ucap mamahnya seraya melambaikan tangan.

Laki laki itu menghampiri mamahnya, dan menyalimi tangannya "Mah, arel dapet 100 loh" Ucap Azfarel bangga.

Winda—ibu Azfarel tersenyum bangga "Alhamdulillah, pertahanin terus yah nak nilainya" ucapnya sambil mengelus rambut Azfarel.

Azfarel tersenyum "Iya mah, arel janji ko bakal konsisten mertahanin nilai ini"

Winda hanya bisa tersenyum memberi semangat, tapi jujur. Dari lubuk hati nya Winda sedih,maafin mamah ya rel, gegara mamah. Kamu jdi harus mengejar nilai seperti ini -batin Winda

Ya, azfarel lahir di keluarga dengan pekerjaan sukses. Itu sebabnya di keluarga Azfarel tidak usah diragukan lagi betapa pentingnya "nilai", prinsip hidup di keluarga Azfarel adalah nilai bagus kamu beruntung.

Bagi orang orang hidup di lingkungan seperti itu mungkin asik? Tapi bagi Azfarel ini adalah mimpi buruk nyata.

Ia harus mempunyai nilai tinggi, agar ibunya tidak dihina oleh keluarganya. Jika nilai azfarel turun, pasti keluarganya akan berbicara jelek terhadap ibunya-dan itu tidak akan Azfarel biarkan terjadi lagi.

"Maafin mamah ya rel" ucap Winda

Azfarel menyengrit bingung "minta maaf buat apa mah?" Tanya nya.

"Maaf kamu lahir di keluarga seperti ini"

Azfarel yang mendengar nya pun menggelengkan kepala seraya tersenyum "mah, emang sih arel ga suka keluarga ini, tapi kalo disini ad mamah. Arel akan selalu siap. Arel akan terus belajar demi mamah bukan demi keluarga" ucapnya tulus

Winda tersenyum " terimakasih nak"

Azfarel membalasnya sembari mengangguk,Laki laki itu memeluk ibunya dengan erat.

Ya, demi mamahnya Arel akan berusaha mengejar nilai.

•••

Haii-!

Terimakasih sudah baca, bagaimana kabarnya?

Seru?klo seru boleh comment dan vote yak-!

See you next time👋🏻babayy

٦/٠١/٢٠٢٣

Rael -on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang