02. The Announcement

83 14 1
                                    

"Jadi lo serius mau nikah, Dis?"

"Gue kira lo bercanda, Kak!"

Gandis tersenyum menatap kedua temannya. Dua cewek di depannya ini masih memasang raut wajah kaget. Ini bukan seperti Gandis. Gandis yang ingin mejadi wanita mandiri dan sukses, tiba-tiba mengumumkan akan menikah di usianya yang masih muda. Wajar teman-temannya mempertanyakan itu.

"Masih tahun depan sih. Setelah Papa selesai operasi dan pulih,"

Abel dan Shashaㅡteman Gandis itu saling bertukar tatap. Mereka menilisik wajah Gandis dengan seksama. Gandis tampak serius.

"Siapa cowok yang beruntung itu, Kak?" tanya Abel, perempuan paling muda disini.

Gandis terkekeh dengan pertanyaan sekaligus pujian itu. "Lyondra namanya," Abel pun mengangguk-angguk. Sedangkan Shasha terus menatap Gandis iba daritadi.

"Lo kalo belum siap gak usah paksain, Dis"

"Ahh iya, Kak. Yang pacaran aja ribut terus, gimana nikah coba,"

Gandis menampilkan senyum guna meringankan kekhawatiran kedua temannya ini. Gandis sudah dewasa, dia tau caranya berpendapat dan memilih jalan sesuai keinginannya. Dan Gandis memilih untuk mengiyakan pernikahan dengan Yondra.

"Gue udah mantep sama pilihan gue, Sha. Lyondra juga baik kok,"

"Lo bahkan baru ketemu tuh cowok sekali. Belum tentu sebaik keliatannya kan,"

"Sha, Lyondra pilihan Papa. Gue yakin ini yang terbaik,"

Kalau sudah begitu, siapa yang bisa menghentikan Gandis?

Shasha serta Abel hanya bisa memberi dukungan atas pilihan sekali seumur hidupnya Gandis ini.

***

Sama seperti Gandis, di lain sisi Yondra juga sedang mengumumkan pernikahannya kepada teman-temannya. Terdapat empat laki-laki lainnya yang sedang mempertanyakan keseriusan Yondra sekarang.

"Gue tau lo anak baik-baik, gak pernah macem-macem apalagi main cewek. Tapi apa iya lo udah siap, Yon?" pertanyaan terlontar dari yang tertua, Jibran.

"Masa depan lo cerah, Yon. Walaupun tahun depan juga tetep kecepetan buat menimba rumah tangga. Apalagi cewek yang mau lo nikahin baru lo kenal gini," dilanjut oleh Arjuna si tukang ceramah.

"Setuju sama Bang Juna. Lagian kan bisa kalian coba pacaran aja dulu, nikahnya nanti-nanti gitu, Bang" usul Jeremy.

Yondra menghela napas. Dia berekspektasi akan seperti ini tapi berat baginya menjawab semua itu. Mereka semua tau apa yang Yondra inginkan di usianya yang sekarang. Menikah bukanlah salah satu dari tujuan tersebut.

"Gue yakin lo gak akan keliru sama pilihan lo sendiri, Bang. Gue cuma bisa doain yang terbaik," kata laki-laki terakhir di sana, Angkasa—atau Asa.

Memang bukan menikah yang seharusnya Yondra lakukan. Tapi membahagiakan sang ayah di hari terakhirnya, mengabulkan permintaan terakhir beliau merupakan tujuan Yondra.

Jika permintaannya menikah dengan Gandis, maka Yondra akan menikahi Gandis.

As simple as that.

"Gue akan tetep nikah sama Gandis,"

Arjuna berdecak. Dia gak bisa ikut campur lebih dalam soal ini. Karena bagaimana pun, ini merupakan permintaan terakhir mendiang. Arjuna paham kenapa Yondra mantap memilih menikahi perempuan bernama Gandis, entah bagaimana perawakan dan watak perempuan itu.

"Siapa ceweknya? Anak dari perusahaan mana? Lulusan universitas mana?" tanya Jibran beruntun.

"Gandisha. Dia masih kuliah dan anak temen bokap," jawaban Yondra ini menimbulkan kerutan di dahi keempatnya.

PERFECT BRIDE | Yoshi, GaeulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang