Bab 3 - Mengumpulkan amunisi

1 0 0
                                    

(Gading)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Gading)


"entar malem mau ikutan enggak lo?" tanya Gading yang tiba - tiba melongokkan wajahnya ke dalam kamar kosan Raga. Jangan ditanya bagaimana kondisi kamar kosan Raga, berantakan. Kamar kosan Raga cukup besar, dengan ukuran 3 x 4 meter, kamar mandi dalam serta fasilitas AC, kasur springbed berukuran twins, lemari serta wifi yang stabil. Selain itu, diluar kamar terdapat dapur dengan peralatan masak yang memadai, kulkas dan microwave. Di lantai 2 terdapat ruangan bersama dimana disana terdapat televisi layar datar dengan berbagai chanel. Jika dibandingkan dengan kosan Banu, kosan Raga cukuplah mewah. Di kosan Raga hanya terdapat 6 kamar tidur, dan 2 penghuninya merupakan teman Raga sedari SMA. Gading dan Putu.

"kemana?" jawab Raga yang tidak mengindahkan pertanyaan Gading, dirinya sedang sibuk memilah - milah film. Rencananya di siang yang penuh kebosanan ini Raga ingin menonton film, entah film apa yang ingin tonton, sedari tadi yang dilakukannya hanya mengklik tombol next pada salah satu website ilegal di komputernya.

"futsal, lawan anak - anak teknik mesin. Kita kekurangan orang, makanya gue ngajak lo. Main di Lexus jam tujuh malam " terang Gading sambil menghisap rokoknya

"udah dibayar sama anak - anak kok, jadi lo cuman tinggal datang doang."

"sewa berapa jam di Lexus?" tanya Raga yang saat ini mulai tertarik dengan pembicaraan ini.

"gatau anak - anak, paling 2 jam seperti biasa. lo bisa kan? harusnya bisa sih, lo kan lagi enggak ada cewek yang diincer, yang kemarin gagal kan? gue lihat di warung Ma'e  beberapa kali sama cowok yang sama. Anak pertanian." jelas Gading panjang lebar.

"wih, lengkap lo ngasih info ke gue." jawab Raga sambil terkekeh. Sebenarnya dirinya dengan perempuan yang kemarin biasa saja, tidak ada keterkaitan apapun. Sudah dikatakan bahwa Raga itu tidak bisa sendirian, dia selalu dikelilingi oleh mahluk yang bernama perempuan.

Gading yang sudah hampir berlalu dari kamar Raga pun terhenti, ketika Raga masih melanjutkan pembicaraan perihal futsal dadakan itu. Gading pikir sudah tidak ada hal lain yang dibicarakan, ternyata masih ada.

"entar malem gue berangkat sama lo ya Ding, gue nebeng"

Gading pun menoleh sambil mengeryitkan dahi,

"motor gue enggak ada bensin, hehehe" terang Raga tanpa dosa.

"heem" balas Gading.

sialan, dia sama gue kan kaya an dia. Duit bulanan juga banyakan dia, kenapa tuh motor selalu enggak ada bensin. Kebiasaan. Batin Gading sambil berjalan ke kamarnya. Di luar cukup panas dan baik Gading maupun Raga ogah keluar dari kosannya yang dikategorikan surga dunia bagi kaum mahasiswa dengan bulanan menengah kebawah.

---------------------------------------------------

"tugasnya asu banget, gue kan disitu magang ya, buat belajar kenapa disuruh - suruh kagak jelas." runtuk Gading.

Setelah main futsal, Raga dan Gading melanjutkan acara mereka dengan makan nasi kare ayam yang sangat terkenal di sudut kota. Nasi kare ayam itu sudah terkenal dari dahulu, terlebih dikalangan mahasiswa - mahasiswa yang merantau dari daerah seberang. Harga yang terjangkau bagi kantong mahasiswa dengan porsi mengenyangkan dan tentunya enak membuat warung nasi kare ayam menjadi favorit dan terkenal. Nilai plusnya adalah warung nasi kare ayam buka di malam hari, mengusung tema lesehan warung nasi kare ayam tersebut selalu ramai pembeli, terlebih di sabtu malam seperti ini, untung saja Raga dan Gading datang diwaktu yang tepat, waktu dimana pembeli masih belum banyak yang datang. Jika tidak, sudah dipastikan Raga dan Gading akan mencari tempat lainnya karena lesehan di warung nasi kare ayam itu sudah penuh.

"lah lo enak udah magang, gue baru bisa semester depan. Lebih asu mana?" timpal Raga dengan mulut yang hampir kosong.

"itu sih lo - nya aja yang malas, gue heran kenapa beberapa semester ini ngulang mulu. Padahal sebelumnya bagus - bagus aja nilai lo. Kalau kayak gini kan masuk bareng - bareng, lulusnya gue duluan"

"ya emang yang lulus lo duluan, gue entaran aja. Lagian jangan salahin gue lah, salahin tuh dosen gila, apes mulu gue beberapa semester kemarin ketemu dia. Udah jarang masuk, sekalinya masuk quiz mulu, udah gitu ngasih nilai enggak jelas, nasib - nasib".

"iya sih, gue aja dikasih nilai C sama tuh dosen, untungnya IPK gue enggak turun - turun banget, jadinya bisa mengajukan pendaftaran buat magang semester ini. Lo semangat lah, biar semester depan bisa magang terus skripsi. Enggak bosen lo jadi mahasiswa, gue aja bosen jadi mahasiswa, mana lulusnya ngaret gini"

"nikmatin aja bro" timpal Raga sambil menyeruput teh manis hangat, matanya mengedar di sekeliling para pengunjung warung nasi kare ayam ini, siapa tahu ada yang cantik, batinnya.

"nikmatin kepala kau, 6 semester lagi kalau enggak lulus drop out tahu. Kita doang kali yah yang S1 tapi 10 semester lebih." ucap Gading prihatin. Dirinya tidak tahu bahwa menempuh pendidikan di jurusannya ini sangatlah susah, semakin naik semester bukannya semakin ringan beban otaknya malah semakin berat, di tambah di pertengahan semester ada masalah keluarga yang dihadapi oleh Gading, membuat dirinya pada saat itu tidak fokus dan pada akhirnya Gading harus harus mengulang di semester berikutnya.

"udah enggak usah sedih, anggap aja kita yang telat - telat lulus ini lagi mengumpulkan amunisi buat nyari kerja nanti, coba bayangin deh lulus cepet juga dapet kerjaan lama, yang ada malahan nganggur. Lulus lama seenggaknya mengurangi jumlah kompetitor pas ngelamar kerja. Lo enggak liat satu pekerjaan diperebutkan berapa orang?"

"itu bukannya lo yang males kuliah Ga?" timpal Gading, Raga ini selalu pintar beralasan.

"yah anggap aja lo lagi ngumpulin amunisi buat ngadepin tugas - tugas nanti Ga" lanjut Gading. Menurut Gading, Raga hanya lelah dengan kuliahnya, lelah dengan tugas - tugas kuliah, lelah karena selalu dapat dosen yang tidak sesuai dengan harapan Raga. Dosen yang selalu mempersulit mahasiswanya, bahkan ketika mahasiswa tersebut sudah berjuang untuk selalu menuruti seluruh kehendak para Dosen tersebut.

Tapi yang Gading tidak tahu ialah, Raga memang lelah berada di jurusan yang bukan pilihannya. Satu - satunya alasan Raga niat kuliah di jurusan ini karena mantan terindahnya itu, bisa dibilang Raga kehilangan motivasi terbaiknya, kehilangan mentor di tiap - tiap tugas kuliah yang selalu diberikan. Yah seperti yang dikatakan Gading, dirinya sedang beristirahat sejenak, mengumpulkan amunisi untuk kemudian kembali ke medan perang melawan tugas - tugas kuliahnya demi ijasah yang selalu diimpikan oleh para mahasiswa tingkat akhir seperti dirinya.

Raga yang seperti biasa dengan perilaku yang tidak bisa lepas dari merokok pun memandang langit malam yang semakin pekat, terselip tanya apakah dirinya mampu menyelesaikan kuliahnya dengan kemauan yang bahkan tidak ada 10%.

Mine is JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang