Bab 2 - Selalu seperti ini

1 0 0
                                    

lagi - lagi seperti ini, sudah beberapa kali perempuan yang bernama Jasmine itu bertandang ke kosan Banu untuk menemui temannya yang berada di seberang kamar Banu dan beberapa kali pula Raga tidak berada di sana.

"kayaknya semesta lagi enggak berpihak sama gue deh Nu" ucap Raga. Dirinya baru saja sampai kosan Banu, perlengkapan kuliahnya pun masih dibawanya karena tidak sengaja melihat pesan di ponselnya bahwa Jasmine ada di kosan Banu saat itu. Salahkan saja Raga yang selesai kuliah bukannya kekosan Banu malah nongkrong di kantin fakultas, bersenda gurau dengan teman - temannya, tidak lupa dengan rokok dan soft drink sebagai sampingannya. Seperti halnya perempuan jika berkumpul akan membicarakan orang lain, maka para laki - laki pun seperti itu pula. Ada saja yang dibicarakan, mulai dari dosen, tugas kuliah sampai kabar para mantan serta gebetan terbaru, dari sekian banyak pembicaraan mantan pacar Raga adalah yang sering dibicarakan. Selain jadi mahasiswa aktif dia juga merupakan most wanted di fakultas, sebagai tambahan informasi Raga dan mantan pacar yang hingga sekarang sulit dilupakan itu merupakan mahasiswa di fakultas dan jurusan yang sama, namun berbeda tahun masuk. Mantan pacar Raga itu sudah lulus dua tahun kemarin, seharusnya Raga juga sudah lulus tiga tahun kemarin, tetapi karena nilai dirinya tidak lulus malah selalu mengulang mata kuliah.

Raga masih ingat bagaimana dua tahun berpacaran dengannya itu membuat dirinya benar - benar menjadi mahasiswa yang sangat rajin, papanya pun sangat senang dengan perubahan atas dirinya pada saat itu. Nilai kuliahnya pun walaupun tidak bisa dikatakan sempurna ada kenaikan yang signifikan dari semester sebelumnya, kehidupannya pun berjalan dengan baik. Semua hari yang dilalui Raga pada saat itu dengan amat sangat produktif. Tentu saja semua itu tidak lepas dari kontribusi mantannya. Raga selalu mengerjakan tugas kuliah dengan mantannya, sudah dibilang kan mantannya adalah tipe mahasiswi yang aktif baik di luar universitas maupun di dalam universitas. Ah mengingatnya kembali membuat Raga merindukan sosoknya, kabarnya saat ini dia menjalin hubungan dengan seseorang TNI - AU. Tentu saja Raga kalah telak jika dibanding dia yang sudah terlihat masa depannya. Gara - gara itu, Raga abai akan ponselnya yang sudah berbunyi beberapa kali.

"Terus gimana Nu?" tanya Raga sambil duduk di teras depan kamar Banu. Kosan Banu ini memiliki delapan kamar yang saling berhadapan yang dipisahkan oleh taman kecil di tengahnya. Cukup asri untuk ukuran kos - kosan cowok. Raga melirik ponselnya, jam 13.00 WIB. Jam dimana kosan akan sepi, penghuninya sedang berada di kampus. Hanya kamar Banu dan seseorang di sebelah kamar si - teman - calon - gebetan - baru itu yang ada di kosan. Banu sendiri tipe mahasiswa yang hampir sama dengan Raga, pemalas. Lihat saja sekarang, Banu masih terlihat muka bantal dengan bungkus rokok di dekatnya serta asbak, tidak lupa tangan kiri yang memegang rokok yang telah dibakarnya dan tangan kanan memegang ponsel, dirinya tengah asik memaikan monopoli di ponsel pintarnya tersebut.

"ya enggak gimana - gimana. gue kan enggak begitu deket sama temennya Seno - penghuni kamar seberang Banu. Masa nanya - nanya soal temennya sih ke Seno, entar dikira yang naksir gue lagi. Udah tau anak kosan sini ember semua mulutnya, enggak bisa enggak diam"

"gue kan kepo Nu, lo bilang temennya cantik" sungut Raga

"enggak cantik, biasa aja. Tapi ada kharismanya Ga, agak segan gue sama ini cewek"

"nah .. nah yang kayak gini nih yang bikin gue kepo pengen tahu". Banu hanya menghela nafas mendengar jawaban Raga, entah kapan dirinya akan fokus pada kuliahnya.

"Bagi rokok dong Nu, punya gue abis" kata Raga mengambil satu puntung rokok, menjepitkannya di bibir, tangannya dengan lihai menyalakan korek api dan membakar puntung rokok tersebut. Seketika asap mengebul dari celah bibirnya. Raga dan nikotin untuk saat ini benar - benar tidak bisa lepas.

"Si Seno belum balik ya?" tanya Raga. Raga berjalan masuk ke kamar kosan Banu lalu merebahkan dirinya di kasur Banu, bukan hal baru lagi bagi Raga, dirinya sudah sering menginap di kosan Banu dan kosan Banu ini adalah kosan keduanya bagi Raga. Raga pulang ke kosannya sendiri saat berganti pakaian atau hendak ngedate, kuliah atau apalah itu. Intinya kosan Raga adalah tempat untuk menaruh barang - barangnya.

"kenapa nanyain Seno, tadi Jasmine. Suka lo sama Seno."

"anjing, kagaklah.. gue pengen kenalan sama Jasmine, lewat lo kayaknya lama. Keburu gue mati penasaran, mending gue deketin Seno terus minta dikenalin sama Jasmine"

"lagak lo dah"

"lo enggak akan tahu Nu rasanya penasaran mampus sama cewek itu gimana"

"coba aja kenalan sama Seno sendiri, tuh kamarnya depanan sama kamar gue. Hari ini dia kagak kuliah, molor kali orangnya" ucap Banu dengan santai, tidak tahu saja seseorang di belakangnya memelototkan matanya.

"dia kagak keluar sama Jasmine? lah terus Jasmine kesini ngapai tadi?" runtut Raga.

"kagak, lo enggak baca pesan gue apa." balas Banu dengan rada sewot, siapa yang tidak sewot jika sedang seru - serunya bermain malah diajak ngobrol. Raga hanya mengendikan bahu tidak perduli, hampir satu jam dirinya mendekam dikosan Banu, Raga pikir Seno keluar dengan Jasmine dan kesempatan itu tidak akan datang. Raga hanya cukup melihat Jasmine, hanya itu, untuk melihat apakah Jasmine cukup layak diajaknya ngedate atau tidak. Sekali lagi Raga membuka pesan dari Banu, membaca dengan seksama dimana disitu tertulis bahwa Jasmine meminjam salah satu barang dari Seno dan akan mengembalikan sesegera mungkin.

Raga tersenyum dalam diam, sepertinya dirinya akan menunggu Jasmine disini. feelingnya mengatakan bahwa Jasmine akan mengembalikan barang Seno pada hari ini, tidak apa - apa menunggu hingga beberapa jam untuk melihat semenarik apa seorang Jasmine itu. Raga ingin tahu apakah penilaian akan perempuan dari seorang Banu masih sama atau tidak, yang Raga tahu Banu memiliki standar penilaian wanita cukup tinggi. Makanya semenjak putus dari mantan terindahnya itu, gebetan dan mantan pacar Raga selanjutnya merupakan kenalan Banu. Yah bisa dibilang Banu lah yang mengenalkan mereka semua kepada Raga. Namun untuk Jasmine sepertinya Raga harus bertindak sendiri, Banu tidak mengenal Jasmine. Yang Raga tidak tahu adalah bahwa Banu sudah berkenalan dengan Jasmine dan sepertinya hari ini pun sama seperti hari - hari sebelumnya, Raga gagal melihat sosok perempuan berkharisma - menurut penilaian Banu - yang bernama Jasmine.

Yah selalu seperti ini, semesta belum ingin mengenalkan sosok Jasmine pada Raga. Sosok yang beberapa hari ini membuat Raga penasaran setengah mati, bahkan perempuan - perempuan sebelumnya Raga tidak pernah merasakannya.

Jasmine, semenarik apa sih lo. 

Mine is JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang