Bab 7 - Melihat Jasmine

1 0 0
                                    

Mungkin memang 'ku yang harus mengerti

Bila 'ku bukan yang ingin kau miliki

Salahkah 'ku bila kaulah yang ada di hatiku

................

Petikan lagu milik Maliq & D'Essentials bergema di seluruh penjuru kosan Banu. Malam minggu yang cerah ditabur bintang - bintang di langit membuat suasana sangat romantis bagi mereka yang memiliki pacar, namun tidak bagi para laki - laki penghuni kosan Banu ditambah Raga yang berkumpul di koridor depan kamar Banu, bermain gitar dan bernyanyi sesekali bersenda gurau menceritakan kejadian - kejadian menarik di kampus mereka, ada yang menceritakan dosennya, junior yang menyebalkan, senior yang bossy sampai harga makanan di kantin yang mulai naik karena ada kebijakan kenaikan BBM dari pemerintah pun mereka ceritakan malam itu.

Tiba - tiba Seno yang tengah memaikan ponselnya berdecak kesal "kebiasan kalo kesini enggak bilang - bilang" dumel Sandy yang masih di dengar oleh yang lainnya, Raga pun menoleh dengan cepat tapi jari - jemarinya masih menari dengan dengan lincahnya memetik gitar memainkan nada acak yang terlintas di pikirannya.

"siapa?" tanya salah seorang penghuni kosan tersebut.

"siapa lagi yang beberapa minggu ini wara - wiri dikosan nyari Seno sambil teriak - teriak" timpal Banu menghisap rokoknya, yang lainnya hanya menggeleng - gelengkan kepala.

"kenapa lagi sekarang?" tanya Banu

"gabut dia, kagak ada temen"

"suruh kesini aja, tuh si Raga gabut juga nyari temen" jawab Banu sambil promosi terselubung.

"kok gue?" tanya Raga yang masih belum sadar jurus Banu yang sengaja menyodorkan dirinya untuk berkenalan terselubung dengan Jasmine. Banu memutar bola matanya dengah jengah, merutuk dalam hati dengan ketidak pekaan Raga, bukankah dirinya yang dari kemarin - kemarin penasaran akan mahluk tuhan yang paling seksi di sebut wanita itu bernama Jasmine? lagipula kenapa harus melihat seorang Jasmine dari jauh kalau bisa langsung berkenalan.

"entar malam bola siapa yang main?" tanya salah seorang penhuni kosan disitu

"jadi enggak nanti?" tanya yang lainnya.

"asu, kalau nanya satu - satu napa. Jangan keroyokan gitu" omel Banu. Di kosan tersebut Banu termasuk penghuni yang cukup lama menetap disana, mungkin jika penghuni lainnya menyebut Banu ialah dedengkot kosan, karena sudah terlalu lama menetap disana dan tidak pindah kemanapun. Sebenarnya Banu tidak sendirian masih ada lagi, namun penghuni tersebut sedang keluar bersama dengan pacarnya, maklum malam minggu.

"pada mau kemana? ikutlah gue, gabut gue sendirian disini" ucap Raga.

"mau nobar di kota sebelah, si Randy nyewa mobil tadi pagi, urusannya udh selesai tapi dibalikinnya besok pagi jam 9 malam. Masih lama kan jam sewanya, daripada dianggurin lebih baik digunakan jalan - jalan" jelas Banu.

kemudian Banu menjelaskan lebih detail rencana tentang nobar di kota sebelah, kenapa di pilih kota sebelah karena kota sebelah lebih ramai jika dibandingkan dengan kota tempat mereka kuliah, kota tempat mereka kuliah sepertinya memiliki jam kehidupannya sendiri. Tidak seperti kota sebelah yang selalu terang benderang baik dari lampu jalan maupun lampu kendaraan, walaupun jam menunjukkan pukul 3 pagi.

"lo ikut enggak Sen?" tanya Banu.

"ini si Jasmine gimana? gue udah janji mau keluar muter - muter kota, tapi anaknya enggak respon - respon" keluh Seno

"udah tinggal aja, entar kalau ngambek beliin oleh - oleh aja" ucap Banu memberikan solusi.

Sandy hanya menganggukan kepala, tanda menyetujui rencana Banu. Seno sih ngikut saja mau kemana mereka, pergi dengan Jasmine maupun Banu tidak masalah.

***

Suasana ricuh terdengar bersahut - sahutan dari dalam sebuah cafe yang berada di salah satu kota itu. Di tengah ruangan tersebut terdapat Raga dan beberapa penghuni kosan Banu ikut dalam riuh hingar bingar sorak sorai pendukung masing - masing klub bola yang saat ini tengah bertanding. Raga, Banu beserta yang lainnya larut dalam hiruk pikuk tersebut, mereka berteriak senang ketika salah satu pemain dari klub bola kesayangannya memasukkan bola ke gawang dan akan mengeluarkan kata - kata kasar ketika bola direbut oleh pemain lawan, orang - orang yang ada di cafe tersebut berkomentar seolah - olah mereka paham dan mengerti tentang permainan tersebut. Euforia tersebut berlangsung hingga pukul 2 pagi.

"sebelum balik mampir dulu ya ke burjo" ucap Seno ketika mobil sewaan yang mereka kendarai memasuka wilyah kosan mereka.

"mau makan di burjo apa dibawa balik?" tanya Banu yang sedari mengamati jalan ke arah kosan yang sepi dan gelap gulita, hanya penerangan jalan dan beberapa lampu kendaraan yang sesekali menerangi.

"gue kenyang, Jasmine nih yang nitip beliin mie goreng di burjo"

"buset masih melek tuh cewek"

"yaudah gue anterin anak - anak ke kosan dulu terus baru anterin lo ke burjo sama ke kosan Jasmine" ucap Raga tiba - tiba.

Sandy yang tiba - tiba mendengar ucapan Raga mengernyitkan dahinya, begitupun Banu.

"anjir.. ribet banget deh. Kosan gue sama Jasmine itu beda arah ya, muter - muter juga. Ke burjo aja dulu terus ke kosan Jasmine, lagian di deket kosan Jasmine ada burjo juga kok" ucap Banu memberikan solusi.

"lagian tuh cewek ngerepotin banget dah, jam 3 pagi minta mie goreng. Lagi sahur apa gimana. Bilangin lah San, lo temennya bukan babunya" omel Banu.

"lo juga kalo mau modus tuh liat - liat sikon, gue sama anak - anak capek. Lo juga capek kira - kira dong..."

"cerewet deh lo Ban" potong Raga. Siapa yang akan fokus menyetir jika beberapa menit yang lalu ocehan Banu mengiringi kegiatan Raga yang tengah menyetir.

Saat sampai di burjo, Seno dan Banu pun turun untuk memesan makanan yang akan mereka makan di kosan Banu. Jika Sandy memesankan pesanan Jasmine berbeda dengan Banu yang memesankan pesanan anak - anak. Setelah semuanya ready, mereka bertolak ke kosan Jasmine yang jaraknya hanya beberapa meter dari burjo.

Raga yang daritadi hanya diam entah kenapa jantungnya berdegup kencang. Saat - saat yang dinantikannya hampir tiba. Seno sudah berdiri di depan pagar kosan Jasmine menanti Jasmine. Pagar hitam yang menjulang tinggi, yang sedari tertutup perlahan terbuka, menampakkan sosok perempuan yang menggunakan training berwarna biru dongker dengan kaus putih kedodorannya, rambut panjangnya terurai berantakan serta kacamata yang bertengger di hidung mancungnya. Jangan lupakan senyum manis dengan gigi putih rapihnya tersemat di bibirnya. Tatapan mata yang mengarah ke Seno dengan binaran mata yang memancarkan keusilannya tidak dilewatkan oleh Raga. Penampilan Jasmine pagi itu membuat Raga ikut tersenyum, senyum yang sangat tipis hingga Banu dan ocehan khas Banu tidak di hiraukan oleh Raga.

Pagi itu, Raga Bisma Diangkari terpesona oleh sosok Jasmine walaupun Raga hanya bisa melihatnya dari jauh, melihat sosok Jasmine dengan kaca mobil sebagai pembatasnya. Entah Raga saat ini sedang lelah atau minus matanya meningkat, tapi pagi itu Jasmine sangatlah cantik dimata Raga Bisma Diangkari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mine is JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang