Edward berjalan dengan tenang menuju kantin bersama keempat temannya itu. Menjadi most wanted dan selalu menjadi topic bahasan disekolah sudah tak asing bagi mereka. Seolah itu adalah teman dekat mereka. Bahkan tak segan segan para penggemar mereka menegur atau sekedar memberi salam namun tak ditanggapi dengan indah oleh Edward ataupun Daffa. Edward merupakan yang terdingin dari semua, dia bahkan tak pernah menggubris penggemarnya. Sedangkan Daffa, dia tipe orang yang ramah namun tak bisa menaruh perasaan lebih ke orang. Yang paling sering menanggapi adalah Eka dan Digo. Sedangkan Yana merupakan tipe cowo setia ketika dia mempunyai pacar, maka dia akan menjaga perasaan cewe itu, bahkan sekedar menegur cewe deluan tidak. Tapi ketika dia tidak mempunyai pacar maka satu sekolah pun akan kena gombalnya. Dan sekarang dia mempunyai pacar jadi jangan heran ketika dia tidak ikut bergabung bersama Digo dan Eka yang sedang menggoda adek kelas mereka.
"Oke, guys.berhubung gue barusan jadian sama Gisel. Gua yang traktirin kalian semua" Ucap Yana sesaat setelah mereka duduk di meja mereka. Iya, meja mereka. Hanya mereka yang bisa duduk di meja tersebut.Bukan apa apa. Hanya hampir satu sekolah itu takut untuk menduduki kursi yang ada di meja tersebut. Meja itu seperti tempat angker buat mereka yang bukan anggota Schiwindel.
"Yesss, akhirnya ada PJ juga" ucap Digo sambil merentangakan tangannya.
"Wowwo....kalo gitu setiap hari aja lo jadian sama si Gisel" Eka asal ceplos.
"Kalo gitu gue pesen semua yang dijual." ucap Edward dengan nada jailnya. Edward tak sedingin yang kalian kira. Seperti yang dibilang sebelumnya, Edward hanya bisa becanda ketika moodnya sedang bagus
"Astaga. Bisa bangkrut gue, Ward"jawab Yana tak terima.
"Hahahaha....Ya becanda kali. Serius amat sih lo" Edward berkata disela sela tawanya. Dirinya tak bisa menahan ketika melihat ekspresi wajah Yana. Dan karena tawanya itu membuat beberapa siswi yang meilihat itu menjadi tak karuan karenan manisnya tawa Edward di indera penglihatannya.
"Oke, oke...kalo gitu pesen nasi gorengnya tiga, pake telor, trus sama es jeruknya dua," ujar Daffa.
"Buset, laper bos?" ejek Yana yang tak percaya teman satunya ini memesan sebanyak itu.
"Wahh, kampret itu perut apa tong? banyak amat," respon Digo cepat.
"Ya wajarlah dia makannya banyak.di perutnya kan ada gembel empat,"sambung Edward yang membuat seisi meja itu tak dapat menahan tawa mereka lagi.
"Kak Edward." panggil seorang gadis yang berdiri tepat disamping kursi Edward, sontak membuat mereka berhenti tertawa dan menatap sang pemilik suara lembut itu.
"Eh, ada adek syantik gue disini. Ngapain, Ra? mau perlu sama gue?" Tanya Daffa dengan percaya dirinya.
"Gak. Gue perlu sama kak Edward," ucap Arra terus terang.
***
"Tuh tuh...sana tuh kak Edward," tunjuk Putri dengan hebohnya.
"Iya, gue juga liat bego." Umpat Arra karena Putri berkata dengan heboh sehingga beberapa pasang mata mulai meelihat mereka.
"Nah, Ra.Sekarang juga lo harus nembak kak Edward," ucap Rika dengan penuh semangat.
"Duh... gue ganti truth deh ya. Gue gak berani. Ada kak Daffa soalnya," ucap Arra lemah ketika melihat ada Daffa disitu. Bisa diejek habis habisan dirinya oleh Daffa karena harus menembak seniornya itu.
"Eh,eh....Gak boleh. Lo harus nembak kak Edward sekarang," jawab Diva cepat. "Pokoknya lo harus berani," lanjutnya lagi.
"Buruan,Ra" Dorong Sandra membuat Arra mengumpat dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDWARD ( On Going )
Teen FictionCover by Wira Putra [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Edward Devoutro diam diam menyukai seorang Arra Ravenya Meera yang merupakan adik kelasnya. Perasaan itu timbul begitu saja saat melihat Arra untuk pertama kalinya. Cinta pada pandangan pertama. Dan...