chapter lima

1 1 0
                                    

• Y A R A Z K A •

WARNING!!!

⚠️ cerita YarAzka hanya fiktif belaka dan murni imajinasi dari penulis.  ⚠️

Jangan lupa vote & comen :-*

~ Happy Reading ❤ ~

°°•°°


"Pagi Mamah, Pagi Bang Fathan," sapa Yara setelah menduduki kursi yang tersedia di samping meja makan. 

"Pagi sayang," kata Mamah seraya menaruh nasi goreng sebagai menu sarapan keluarga Mahendra pada pagi itu.  Setelahnya Mamah kembali lagi ke dapur.

Sementara Bang Fathan hanya bergumam tanpa menolehkan kepala. Fokusnya masih kepada TV.

Mereka sebenarnya ada di Ruang Makan,  tapi karna ruang makan dan ruang TV bersebelahan dan hanya dibatasi oleh setengah tembok, makannya Bang Fathan masih bisa menikmati Film tanpa halangan. 

"Inget umur Bang,  udah kolot masih aja demen sama Film Upin Ipin," ejek yara.

"Dari pada demen sama Film biru,  haram," ujar Bang Fathan membela diri. 

Yara mencibir, "halah,  aku juga tau kalo Abang demen juga yang begituan."

"Sudzon temennya setan dek."

"Apasi ini? Masih pagi kok udah bahasnya setan. Ayo makan," ucap Mamah menaruh telur mata sapi di atas meja. 

Bang Fathan dan Yara serempak mengangguk dan mengambil nasi goreng itu. 

"Kamu mau Abang anterin ngga?" Bang Fathan memberitan tawaran. 

Yara menggeleng, "Aku hari ini berangkat sama Azka. Mending Bang Fathan  anterin Pacar Abang aja."

Bang Fathan hanya mengangguk saja.

"Abang udah punya pacar?  Kok ngga dikenalin sama Mamah?" tanya Mamah pada putra keduanya itu. 

"Bukan ngga di kenalin Mamah,  aku bakalan ngenalin pacar aku kalo aku udah yakin sama dia dan emm, aku rasa cocok buat menantu mamah," jelas Bang Fathan. 

"Halah, halah,  menantu katanya mah?  Skripsi aja ngga kelar-kelar udah ngurusin menantu buat Mamah?" ucap Yara meledek. 

Bang Fathan mendengus, "kamu mending diem dek."

"Ngga boleh gitu Yara, gabaik." Nasihat Mamah yang langsung dijawab dengan cengiran khasnya. 

"Maafin, abang," ucap Yara. Mereka memang dari kecil selalu di ajarkan untuk jangan sungkan meminta maaf jika dirasa perbuatan yang mereka lakukan atau ucapan yang mereka ucapkan salah. 

Bang Fathan  mengangguk, "Maaf diterima. "

Sebenarnya Bang Fathan tidak masalah dengan omongan yang adik satu-satunya itu ucapkan, lagipun rasanya dia tidak mungkin bisa marah terhadap Yara. 

Beberapa saat setelah Yara beres mencuci piring bekas makannya, suara motor Azka terdengar.

°°•°°


Udara dingin dipagi hari membuat Yara nyaman berlindung dibalik tubuh tegap Azka. bukan hanya obrolan-obrolan random yang menemani perjalanan mereka,  namun tubrukan antara helm satu sama lain membuat perjalanan itu bertambah seru. 

Saat motor Azka berhenti di lampu merah,  bola mata Yara tidak sengaja memandang pemandangan yang sialnya membuat mood Yara pagi ini turun drastis. 

"Ka,  liat ke sebelah kanan deh. Itu Dio cewenya baru lagi ya?"

Karena ucapan itu,  Azka lantas menolehkan kearah yang Yara ucapkan.  Benar,  disitu Dio sedang berboncengan dengan mesra bersama cewe dengan rambut sebahu. Setahu Yara,  Dio memutuskan hubungan dengannya karena dia menyukai perempuan lain bernama Sindy, Yara kenal karena walaupun tidak sekelas Sindy tergolong anak populer disekolah.  Namun sepertinya Dio kini memiliki target baru. 

"Azka jawab aku yang jujur, cantik dia atau aku?"

Pertanyaan itu membuat Azka menghela nafas,  walaupun Yara tidak mengutarakan jika dia cemburu dan sakit namun Azka cukup peka terhadap hal itu.

Hal yang sialnya membuat Azka juga merasakan sangat sakit.

°°•°°

Hallo, hallo,  haii guys!! 

Terimakasih sudah membaca cerita aku,  terimakasih vote, comen, dan krisarnya ^ω^

Ig : @putrihldsr

See you the next chapter ❤

YarAzkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang