chapter enam

2 1 0
                                    

• Y A R A Z K A •

WARNING!!!

⚠️ cerita YarAzka hanya fiktif belaka dan murni imajinasi dari penulis.  ⚠️

Jangan lupa vote & comen :-*

~ Happy Reading ❤ ~

°°•°°

Hari sudah menunjukan pukul 21.00 motor Azka memasuki pekarangan rumahnya. Rumah megah yang biasanya sepi itu kini dipenuhi dengan dua mobil yang berjejer di parkian.

Azka jelas tahu jika pemilik kedua mobil itu adalah orang tuanya. Dan azka tidak berhadap banyak dengan kehadiran mereka. 

Sebelum Azka membuka pintu rumah,  suara kedua orang tuanya terdengar. 

"JADI ISTRI YANG BAIK! DIEM DI RUMAH DAN URUSIN AZKA!!"

"ISTRI YANG BAIK?  MAS TOLONG LIAT DULU DIRI KAMU, SUDAH PANTAS DI BILANG BAIK ATAU NGGA?"

"SAYA BISA MENAFKAHI KAMU DAN AZKA,  BAHKAN TANPA KAMU BEKERJA 'PUN KEHIDUPAN KITA SUDAH LEBIH DARI CUKUP, DINI."

" LALU, KARENA MENURUT KAMU, KAMU BISA MENAFKAHI KITA KAMU SEENAKNYA TIDUR DENGAN PEREMPUAN LAIN. APA ITU CONTOH SUAMI YANG BAIK?"

"PEREMPUAN MANA? KAMU ITU SELALU MEMPERMASALAHKAN HAL YANG BELUM TENTU BENAR."

Azka menghela nafas lelah, ini biasa Azka dengar ketika kedua orang tuanya pulang. Kedua orang tuanya selalu ribut dengan teriakan, saling menyalahkan satu sama lain dan sungguh Azka muak dengan keluarganya,  Azka sudah lelah.

Dia membuka pintu Rumahnya,  kini terlihat Papahnya -Indra- dengan setelan jas dan Ibu -Diana- nya dengan setelah rapih. 

Indra dan Diana yang menyadari kehadiran putranya pun menoleh kearah pintu. 

"Aku cape,  pulang butuh istirahat. Kalo mau ribut silahkan pergi dari sini," kata Azka dengan tatapan datarnya. Setelah itu diapun pergi menuju kamarnya. 

Setelah melewati tangga yang terakhir ucapan Indra 'pun terdengar lagi.

"Ini semua karena kamu. Sekarang-"

"AKU NGGA MAU ADA SUARA DI RUMAH INI.  SILAHKAN PERGI DARI RUMAH INI," teriak Azka menatap mereka dingin. 

Setelah menyeret diri memasuki kamar tidak lupa menutup pintu kamar dengan keras, lalu dia berbaring. 

"Sialan," umpatnya pada nasib keluarganya. 

"Ngapain aku di lahirin kalo aku harus hidup seperti ini?" ucap Azka, air matanya kini mengalir bebas tanpa berusaha di cegah oleh sang pemilik. 

Azka sudah cukup lelah, hidup dengan bergelimang harta tapi sepi selalu menghampiri. Rumah yang seharusnya jadi tempat ternyaman,  tempatnya untuk pulang, malah menjadi tempat yang paling ia benci. 

Orang tuanya selalu menuntut untuk menjadi peringkat pertama dan harus selalu unggul dalam hal apapun, namun tidak ada satu kali saja  kata 'semangat' untuk putra tunggalnya itu yang mereka ucapkan.

Namun jika keunggulan berhasil diraih oleh orang lain,  orang tuanya tidak akan segan-segan memberikan kalimat yang menyakitkan seperti,  'azka jangan malu-maluin nama keluarga. Kamu itu dilahirkan oleh orang tua yang pintar' atau 'jangan bikin nama keluarga kita jatuh, Azka' Bahkan 'ngga guna banget mengelola satu cafe saja tidak becus sampai rugi seperti ini.'  dan lebih banyak lagi.

Hidupnya memang semenyedihkan itu,  beruntung dirinya tidak mengalami gangguan mental karena terlalu ditekan harus menjadi sempurna. 

Sisi Azka lain yang tidak banyak orang lain ketahui selain sahabatnya, Rio. Bahkan kekasihnya, Yara tidak mengetahuinya. 

Ah. bukan tidak mengetahuinya,  lebih tepatnya tidak berusaha mencari tahu dan Azka pun tidak ingin Yara mengetahuinya. 

Bukan tidak percaya terhadap pacarnya.  namun, Yara hanya cukup tahu dirinya yang hangat, soal rasa sakit cukup Azka yang merasakan. Azka tidak mau dipandang 'kasihan' oleh orang lain.

°°•°°

Halo, halo,  haiii gaiss!

Terimakasih sudah membaca cerita aku, terimakasih untuk vote, comen dan krisarnya (´ε')

Ig : @putrihldsr

See you the next chapter ❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YarAzkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang