7. Tentang Raya

8.8K 666 50
                                    

"Maksud lo apa?" Evan menatap Raya dengan bingung.

"Ya apa lagi? Lo nguntit Melissa kayak penjahat aja. Kasihan dia sampai ketakutan gitu."

"Harusnya dia nggak perlu takut dong, bukannya dia bilang ngefans gue, ya?" sahut Evan tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Yakin dia fans lo? Kalau lihat kejadian hari ini gue justru ngerasa sebaliknya."

"Oh, come on, Ray. Lo tahu pasti kan tipe cewek gue kayak apa?" Evan mendekat lalu merangkul bahu Raya, sedikit menderaikan tawa. "By the way lo nggak siaran apa? Kenapa malah sempat-sempatnya ngikutin gue?" Ia melihat jam tangannya lalu memandang Raya heran.

"Anjir, bener juga lo!" seru Raya kaget. "Ya udah, Van. Gue cabut dulu. 15 menit lagi gue mesti on air," ucapnya yang hanya balas dengan anggukan. Setelahnya Evan mengamati kepergian anak itu dengan raut penuh kecurigaan.

***

"Selamat sore pendengar setia Zone FM. Jumpa lagi sama gue, Ray, di acara Zona Muda. Gimana kabar kalian sore ini? Moga baik-baik aja, ya? Silakan yang pengen curhat, pengen request lagu Indonesia ataupun lagu manca, bisa deh request di twitter kita @ZoneFm_Id. Lewat facebook juga bisa. Sms atau Whatsapp di nomor 081328000xxx juga bisa banget loh. Gue tunggu kehadiran kalian semua.

"Oke. Kalau lagu pembuka tadi udah ada Taylor Swift dengan Blank Space, lagu kedua gue puterin spesial deh buat kalian. Maudy Ayunda dengan Tiba-tiba Cinta. Tetep pantengin Zone FM terus sama gue Ray, sampai kelar nanti jam 6."

Siaran radio itu Melissa dengarkan sambil rebahan di kamarnya. Hampir setiap sore ia tak pernah melewatkan acara itu. Sejak masih duduk di SMP kelas 9, Melissa sudah menjadi pendengar acara Zona Muda. Ia bahkan mengidolakan Ray, sang penyiar yang tak lain adalah Raya.

Kala itu, sering kali Melissa penasaran seperti apa sosok Ray Zona Muda. Apakah ia ganteng seperti suaranya? Ataukah jauh dari bayangan seperti sebuah cerita di tabloid yang pernah ia baca? Melissa tak pernah menyangka jika saat dirinya dinyatakan diterima di SMK Bunga Bangsa, ia akan menemui sosok penyiar idolanya itu tanpa disengaja.

***Panic Girl Van Java***

Pada masa MOS hari pertama, Melissa datang dengan rambut dikepang 10 bagian. Setiap ujung kepangan diikat dengan tali rafia warna merah dan biru terang. Tidak boleh ada poni yang menutupi wajah, semua rambut harus ikut dikepang.

Melissa berjalan ke kelas jurusannya sambil menenteng tas ibu-ibu belanja. Semua peserta MOS juga membawa tas serupa. Tidak boleh ada yang datang memakai ransel atau tas sekolah biasa. Tas belanja juga harus diisi 2 botol hijau bekas kecap, satu buah kelapa muda, pisang kembar dan beberapa benda yang wajib dibawa sesuai ketentuan panitia MOS. Tentunya semua benda adalah benda yang tak lazim jika dibawa seorang siswa.

"Woi, jalan lelet amat! Cepat masuk kelas!" Seorang senior cewek menghardik Melissa padahal cara berjalannya biasa saja. Dengan patuh Melissa menuruti permintaan senior itu dari pada mendapat masalah. Segera ia memasuki kelasnya lantas duduk di bangku yang sudah diberi nomor sesuai absen.

"Hai, lo duduk di sini?" Seorang cewek yang duduk di sebelah Melissa menyapa. Nomor absennya satu nomor di atas Melissa. Anak itu tinggi, putih, langsing, berambut hitam lurus, panjang sepunggung. "Nama gue Vivi," ia lalu mengajak bersalaman.

Melissa segera menyebutkan namanya, juga menerima jabat tangan Vivi sambil tersenyum kecil. Akhirnya ia mendapat kenalan juga di sekolah barunya.

"PERHATIAN!" Tiba-tiba seorang senior masuk kelas dengan suara bak speaker musola. Senior lain menggedor pintu sekuat tenaga hingga anak-anak di kelas itu tegang di tempat masing-masing.

Panic Girl Van Java (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang