00

22 15 17
                                    

Semua orang beranggapan didunia ini tidak ada yang abadi semua nya hanya sementara, tetapi bagi seseorang yang sekarang berada di balkon rumah nya yang sedang termenung menatap langit-langit yang sudah menggelap dengan tatapan datarnya, cinta itu abadi buktinya ialah cinta dia dan 'Seseorang' yang sudah lama pergi meninggalkan nya.

Tiba-tiba pikiran nya menerawang ke 4 tahun yang lalu dimana dia sedang tertawa bersama seorang gadis cantik di tengah hujan yang deras.

"Aku pastiin kamu ga bakal lupa moment ini dimana kita hujan hujanan berdua" celetuk gadis itu sembari memegang pipi laki-laki di hadapan nya itu.

Sembari tersenyum hangat laki-laki itu mendekap tubuh gadis yang sudah terlihat kedinginan itu "yes babe, satu moment bersama kamu pun ga akan pernah aku lupain seumur hidupku."

"Dan juga ga akan pernah mampu."

Siapa yang tahu ternyata moment dimana kebersamaan mereka ditemani hujan deras itu menjadi moment terakhir yang benar-benar tidak akan laki laki itu lupakan.

"Dan ternyata apa yang kamu bicarakan itu benar adanya sayang."

Tatapan datarnya berubah menjadi tatapan penuh duka, dia tersenyum tipis nyaris tak terlihat kemudian mengambil sesuatu yang berada di saku jas nya, sebuah kalung polos berwarna silver yang ber liontin kan sebuah cincin permata berwarna hitam sederhana tapi tidak dengan harganya, sudah berada di genggaman nya.

Dia mengadahkan kalung itu ke langit, aneh nya seakan langit dan kalung itu memiliki sinyal yang menyatu, tiba-tiba hujan deras bersamaan dengan bersinarnya cincin permata yang berada di tangan laki-laki dewasa itu, warna nya yang semula hitam gelap berubah menjadi warna biru.

Senyum duka nya pun berubah menjadi senyuman merekah seperti anak kecil yang menemukan harta karun.

Dia mengadahkan kepalanya ke langit lalu memejamkan mata, "Aku disini sayang, kamu tidak merindukan ku hm?."

"Aku sungguh tau, kamu merindukan ku bukan? dan sial nya laki laki yang penuh dengan gengsi yang dulu kamu beri julukan 'si macan' ini juga merindukan mu."

Petir menyambar membuat laki laki itu membuka matanya, bukan nya takut dia malah tambah terkekeh, "Benar bukan yang aku ucapkan dahulu? aku menepati janjiku."

"Seperti yang kamu katakan, jika merindukan mu aku harus melihat langit bukan?, dan jika hujan petir tiba-tiba datang itu tandanya kamu juga merasakan hal yang sama dengan ku."

"Aku bersyukur sampai saat ini hati ini masih selalu terjaga dan tetap untuk mu."

Laki laki itu mengerucutkan bibir nya lucuu "Babe? asal kamu tahu, banyak sekali wanita yang mengejarku apa kamu tidak marah? Jika kamu ada mungkin wanita itu sudah habis ditangan mu."

"Tapi aku juga bersyukur kamu tidak tahu, setidak nya umat manusia di dunia ini tidak berkurang karna ulah mu"

Angin bertiup kencang, mungkin mampu membuat orang lain kedinginan tapi tidak untuk laki laki itu, ia malah terduduk di lantai merasakan sensasi hangat seperti saat berada didekapan gadisnya.

"Aku mencintai mu sayang, saat ini, esok, dan selamanya."

"Aku menepati janjiku."

"Cinta kita abadi, raga mu tidak ada tapi jiwa mu masih hidup dan selalu aku rasakan sampai saat ini"

"Biarkan aku menunggu mu sampai waktu yang tidak tentu kapan"

Laki-laki itu membuka matanya, lalu raut wajah nya kembali menjadi datar seperti biasanya.

Ia berdiri dan memasangkan kalung itu ke lehernya, lantas ia pun pergi meninggalkan balkon.

Sebelum pergi ia mengucapkan nama seseorang yang nyaris tidak jelas karna saking pelan nya. 'Amora marsyanda desila.'

-TBC-

PragmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang