01

17 12 16
                                    


Seorang perempuan yang sedang duduk di cafe yang begitu ramai tak terlihat terganggu oleh pergerakan di samping nya dimana seorang laki-laki duduk di samping kursi panjang yang tengah ia duduki.

Fokusnya hanya pada laptop, ia terlihat lihay menjentikan jari-jari nya mengetik diatas keyboard laptop sesekali mengambil sesendok stroberry cake yang sudah ia pesan.

"Fokus amat mbak nya" celetuk laki laki tadi membuat sang empu terlonjak kaget sehingga tak sengaja menggetokkan sendok yang ia pegang ke dahi laki laki disamping nya itu.

"Ya tuhan, Kiel! Kamu bikin aku kaget aja kalo duduk tuh permisii biar aku tau jangan main duduk terus nyeletuk gitu jadi kan kaget" dia adalah Luzena Amorenda perempuan yang dibuat kaget oleh seseorang dan seseorang itu bernama Nukiello.

"Sakitt tauu Zena isss" Kiel tampak mengelus ngelus dahi yang tadi di getok zena.

Zena pun menyingkirkan tangan kiel dari dahi nya, mengusap usap pelan nan lembut.

"Ga akan sembuh kalo cuma di usap usap gitu"

Zena mengerutkan alis nya lalu menatap kiel. "terus harus diapain biar sembuh?."

Kiel tersenyum, lantas mencium dahi zena dengan gerakan cepat.

Cupp

"Harus nya kaya gitu, em manjur pasti apalagi disini" tunjuk nya pada bibir.

"Nukiello!!!!"

.........

Dengan perasaan dongkol Zena pergi dari cafe itu tergesa gesa, sungguh Zena marah bisa bisa nya Kiel becanda disaat seperti itu mood untuk menulis cerita pun musnah seketika.

Saking dongkol nya Zena sampai tak menyadari didepan nya terdapat seseorang yang juga tidak fokus sehingga.

Brukk

Zena terhempas ke lantai karna bertubrukan dengan dada seorang pria yang berpakaian khas kantor.

Dia pun lantas mengumpulkan barang barang nya yang berjatuhan, belum sempat ia mengambil handpone nya yang jatuh tangan seseorang lebih dulu mengambilnya.

"Ini" sodornya ke arah Zena.

Zena pun lantas mengangkat kepalanya, netra nya menangkap sosok pria tampan yang memiliki tatapan datar, mata yang indah berwarna kecoklatan, kulit yang putih walau tak seputih kulit nya.

Sungguh pahatan yang sempurna, tak sadar ia pun meneguk saliva nya karna terpesona.

Tapi tunggu? ekspresi apa ini? mengapa ekspresi datarnya berubah menjadi tatapan yang tak bisa Zena artikan.

"ekhem" deheman itu mampu membuat kedua nya sadar lalu menetralkan ekspresi nya datar kembali.

"Ahh iya terimakasii om" ucap Zena sembari berdiri dan mengambil hp nya.

"Apa saya terlihat setua itu?"

Ya tuhan, suaranya...

"A-ahh maap, lantas anda ingin dipanggil apa?" Zena memiringkan kepalanya bertanya.

Bisa zena lihat dimata pria itu terlihat segurat ketertarikan pada nya, zena bukanlah gadis yang tak bisa membaca tatapan orang lain kepadanya, tatapan benci, cinta, marah pun ia hapal betul.

Walaupun memang pria ini berekspresi datar tapi di matanya jelas terlihat ketertarikan.

Tanpa menjawab pria itu meninggalkan zena begitu saja.

Ahh? Pria anehh sungguh.

Zena merasa di permalukan, dari banyak nya pria yang secara terang-terangan mendekatinya pria itu? Ais...

"Lihat saja nanti pria tua, kau akan jatuh cinta padaku! Apa kau pikir aku bisa dibodohi segampang itu? Jelas aku tau dirimu tertarik" ia tersenyum simpul lalu pergi meninggalkan perkarangan cafe.

-TBC-

PragmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang