02

4 3 0
                                    

-Selamat membaca-


Termenung, Zena nampak sedang termenung di kamar nya entah kenapa bertemu dengan pria tadi membuat nya tak karuan.

Dejavu.

"Siapa dia? apa aku pernah bertemu dengan nya sebelum nya?."

Tanpa diduga mata indah itu perlahan meneteskan air mata, isakan demi isakan lolos di bibir mungil nya.

"Kenapa? Kenapa menyesakkan sekalii."

Nafas nya nampak tak beraturan dia meremas sprei kuat, seakan menyalurkan rasa sakit yang selama ini ia pendam tanpa seorang pun tau bahkan dirinya sendiri pun tak tau.

"bu--nda." satu nama itu terus ia ucapkan, keringat mulai becucuran deras di dahi nya, mata cantik nya memerah lensa yang tadinya berwarna hitam berubah menjadi warna biru.

"Se-sak bun-da sa-kit."

Brakkk.

"LUZENA!." teriak bunda nya histeris.

"Sayang? Sayang kenapaa heyy." bunda nya menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Zena.

Setelah melihat apa yang terjadi bunda nya melotot kaget. "Bunda? Zena kenapa?." bunda menoleh dan kenemukan Kiel yang menghampirinya.

"Nukiello bawa zena ke rumah sakit CEPAT! sebelum terlambat." Kiel yang tau tak langsung menggendong Zena ia malah menatap Bunda dan Zena seakan bingung harus memilih siapa.

"Kiel plisss, ini bukan waktunya kamu seperti inii bunda mohon." mohon Bunda kepada Kiel yang nampak terdiam.

Kiel tak munafik, Kiel tidak tega melihat Zena kesakitan seperti itu tapi ia juga tidak mau egois Zena harus tau sesuatu lewat rasa sakit itu.

"Ki-ell a-aku s-sakitt." oh tuhan Kiel harus apa ia tidak tega melihat Zena seperti ini.

"NUKIELLO! Kamu egoiss kalau sampai tidak membawa nya ke rumah sakit!" Bentak bunda merasa emosi sekaligus khawatir.

Bukan, bukan khawatir melihat Zena kesakitan tapi khawatir Zena mengetahui sesuatu.

"ARGHHH PERGIII." Teriak Zena tiba tiba.

Bunda yang di dorong dengan kuat pun tersungkur, bunda menggeleng lalu mendekat kembali "ZENA SADAR! ini bukan kamu nak, kamu ga setega ini dorong bunda."

Kiel yang menyaksikan itu menyipitkan mata nya tajam ke arah Zena, ia mendekat mendekap tubuh dingin Zena yang masih memberontak.

"PERGI BAJINGANN! PERGII!." Teriak Zena memukul bahu Kiel.

Kiel tetap diam mendekap tubuh Zena, perlahan dia menggendong tubuh Zena untuk dibawa ke rumah sakit.

"Maapkan aku, hatiku masi sangat egois takut dirimu tau sesuatu lalu pergi meninggalkan ku sendiri." ucap nukiello lalu melangkah keluar kamar.

......

Tergopoh gopoh Bunda bersama Kiel membawa Zena ke rumah sakit, untung nya rumah sakit itu tepat berada di depan mansion nya hanya terhalang jalan raya saja.

Setelah dibawa, Zena pun ditangani oleh dokter yang memang sudah dari lama selalu menangani 'penyakit' nya itu.

Bunda termenung di kursi tunggu ruangan pemeriksaan Zena, ia nampak khawatir kepada anak semata wayang nya takut terjadi hal hal yang tak ia inginkan.

"Bunda?."

Bunda mengangkat kepalanya "Apa?." tanya nya.

"Bukan nya ini konsekuensi dari awal?."

Kiel tersenyum smirk. "kenapa Bunda khawatir? Bukan nya ini yang bunda mau?."

Bunda terkekeh walau ekspresi khawatir nya masih terlihat. "Andai kamu tau bukan ini yang Bunda mau, ibu mana yang rela anak nya seperti ini?."

Kiel ikut terkekeh. "Bodoh anda."

"Sangat Bodoh melebihi orang gila diluaran sana."

"Mengambil hak orang lain, hanya untuk membuat anak anda hidup itu tidak dibenarkan."

"CUKUP! KAMU TIDAK TAU APA APA NUKIELLO!."

"JUSTRU KARNA SAYA TIDAK TAU APA APA BUNDA! JUSTRU KARNA ITU SAYA TERUS MENYALAHKAN ANDA! jika saya tau dari awal saya tidak akan terus menyalahkan anda." bentak Kiel, diakhiri dengan berujar pelan.

"Andai saya tau dari awal akan begini, lebih baik dia mati dan saya menyusul nya."

......

Mata yang sedari tadi tertutup itu perlahan terbuka, dengan lemas ia menggerakkan jari nya perlahan.

Menatap ke sebelah samping nya, dimana disana ada Kiel yang tertidur dengan posisi duduk dengan kepala bersandar di tepi brangkar, Zena tak berniat membangunkan nya perlahan ia mengusap rambut pria itu.

"Kiel, suatu saat aku pasti balas semua kebaikan kamu." dia tersenyum.

"Tapi enggak untuk saat ini, maap sudah beribu kali merepotkan mu."

Zena lantas menatap langit langit ruangan itu, hidup nya berat sekali rasanya walau ia tak tau berat disebelah mana nya, hidup dipenuhi rasa tidak tau, rasa resah, rasa sesak.

"Capee."

"Tuhan, bukan bangun seperti ini yang aku inginkan bukan bangun degan penuh rasa kekhawatiran seperti ini."

"Tapi bangun yang benar benar bangun."

Usapan di tangan nya membuat Zena mengalihkan atensi nya ke samping.

Senyuman hangat khas nukiello yang ia lihat "Cape?."

Kiel lantas membawa zena ke pelukan nya. "di dunia ini ga ada yang ga cape sayang."

"Perlahan kamu akan tau sendirii, bersabarlah."

"Aku lelah, aku harus apaa? Kamu ga akan tau perasaan aku, khawatir yang entah kenapa sesak yang entah kenapa aku hidup seperti bukan di raga aku sendiri!."

"Kata mu, kamu akan membantu ku? Lantas membantu sebelah mana nya?! HAH!."

"Aku membantu di belakang mu Zena." batin kiel.

"Maapkan aku, aku juga tidak tau harus membantu seperti apa."

"Sudahlah jangan menangis terus, kamu mau apa? Besok kita sekolah ya? kamu jangan menangis terus nanti jadi jelek." ledek Kiel sembari melepas pelukan nya.

Kiel bisa melihat dengan jelas lensa Zena yang berwarna biru, ia pun lantas mencium mata Zena dan Zena pun secara refleks menutupkan matanya.

Setelah Zena membuka mata nya kembali, Kiel melihat matanya berwarna hitam seperti semula.

"Jangan sampai mata indah itu dilihat orang lain."

"Ah selama 18 tahun bukan nya aku menyembunyikan nya sendiri? Huhh? Kiel tak usah khawatir." ujar Zena sembari cemberut.

"Kemana bunda? Dasar bunda goblok! Anak nya sakit tapi dia tidak ada." celetuk Zena berhasil membuat Kiel tertawa terpingkal pingkal.

"Bunda masi bisa dengar ya Luzena!." tiba tiba bunda datang dari arah pintu sembari berujar.

Zena mematung, lalu manyengir "hehe peace bunda sayang." sembari mengangkat jarinya berbentuk gunting.

"Bunda ga suka ya kamu ngomong kasar gitu, apalagi ke bunda." bunda cemberut lucu.

"Diajarin Kiel bundaa, kata kiel goblok artinyaa baik."

Yang disebut namanya lantas melotot tak terima. "Apaan Zena kamu ga boleh fitnah orang sembarangan, yang suka fitnah itu temen nya setan loh."

"Kan emang temen Zena setan, itu buktinya kamu."

Bunda pun lantas tertawaa puas mendengar nya, setidak nya bukan hanya dirinya yang di solimi oleh seorang luzena tapi kiel juga.

Mereka impas.

-TBC-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PragmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang