Happy reading!
~♡~
Dentuman suara musik menyambut kedatangan seorang perempuan dengan rambut sebahu itu. Berjalan santai sesekali ia melihat orang-orang bercumbu mesra tanpa malu.
Club Artament tempat terlarang tapi banyak peminat untuk kaum atas menghambur-hamburkan uang mereka. Tak tanggung-tanggung mereka sampai menyewa para wanita malam dengan harga fantastis.
Tua atau yang muda berdatangan ke tempat itu. Perempuan dengan rambut sebahu itu berjalan ke arah panggung yang disediakan sambil memegang segelas minuman berwarna merah dihadapannya.
Berjoget dengan orang-orang disana, merasa bosan ia pun berjalan kearah bartender.
" Tumben lu dateng biasanya hari minggu or selasa lu dateng. Ada masalah?" Tanya John selaku bartender di Club tersebut.
" Menurut lo? " tanya Risyah.
" Ah ayo lah lo selalu begitu " ucapnya.
Menaruh gelas kosong di meja bar, menatap sekeliling. Yah.. begitu sangat membosankan suasana yant selalu sama banyak para wanita malam menggoda para pria kaya bahkan yang masih dibawah umur pun ada.
" Menjijikan " gumamnya masih terdengar oleh John.
Pandangan John teralihkan ke seorang pria berumur 30 dengan wanita yang cukup muda mungkin sekitaran 19 atau 20?. Mereka sekarang sedang bercumbu mesra tanpa malu dihadapan semua orang.
" Ya... begitulah mereka mencari uang tanpa berusaha. Kalo ga mencuri ya.. jual diri " ucap John.
" Cuman ngangkang aja bisa dapet berjuta-juta " sambungnya.
" Hah betul sih " ucap Risyah setuju dengan perkataan John.
Meneguk minuman hingga tandas dan menaruh uang di bawah gelas itu. Berjalan tanpa pamitan kepada John.
Saat diluar Club ia lansung masuk ke dalam mobil miliknya dan melaju dengan kecepatan tinggi.
~♡~
Mobil hitam bermerk Ferrari masuk ke halaman yang sangat luas dan didepannya terdapat rumah bak istana. Mermarkirkan mobilnya, setelah masuk garasi Risyah pun Keluar.
" Bagus.. Bagus sekali Maudy! Pulang malam terus ga usah pulang aja sekalian! "
Suara bariton yang sangat familiar di indra pendengarannya menghentingkan langkah kakinya menuju kamar. Ia berbalik badan dan melihat pria paruh baya yang tak lain adalah Ayahnya Beni Maheswara.
Terlihat Ayahnya sedang menahan marah, tangan terkepal, wajah merah akibat menahan amarah, dan tak lupa dadanya naik turun.
Ayolah dia hanya ingin istirahat tanpa adanya drama. Menatap wajah ayahnya saja membuat Risyah tersulut emosi juga tapi ia tahan.
" Pulang tengah malam, pergi club, membolos sekolah dan satu lagi melukai teman sekelas sampai berakhir di rumah sakit. Sebenar nya kamu mau menjadi apa hah?! Jadi wanita malam di club?! " ucap Pak Beni.
" Seharusnya kamu diam di rumah belajar seperti Maura, berprestasi seperti Maura! Sedangkan kamu.. " ucapnya sambil menunjuk wajah Risyah.
" Hanya bisa mempermalukan keluarga saja, ga ada yang bisa di bangga-bangga kan oleh kamu. Semua prilaku kamu hanya membuat keluarga Maheswara malu akan tingkah kamu! " ucap nya.
Risyah yang dari tadi diam menatap Ayahnya yang mulai membanding-bandingkan dirinya dengan kembarannya hanya diam. Toh dia kalau ngejawab salah juga.
" Sudah bicaranya?" Tanta risyah.
Pak Beni hanya diam menatap Risyah dengan sangat tajam. Risyah menghela nafas nya.
" Katamu aku hanya bisa mempermalukan keluarga lantas kenapa Tuan tidak membunuh saya? Mungkin Tuan tidak akan merasa pusing dengan tingkahku " ucap Risyah.
Hatinya berdenyut nyeri seakan-akan ada ribuan jarum yang menghantam hatinya, saat mendengar perkataan Risyah.
" Jika bukan kemauan ibumu untuk mempertahankan bayi mu dulu sudah sedari dulu aku bunuh kau " Ucap Pak beni.
" Kau.. Kau hanya pembawa sial di keluarga ini ibu mu koma sampai saat ini karena kesalahan mu! Ayah mertua tiada karena harus melindungi mu! Jika saja kau tidak lahir di dunia ini semua akan berjalan seperti biasa " intonasi pak beni semakin keras. Risyah ha ya tersenyum miris menatap ayahnya.
Pergi begitu saja ke kamar nya, menghiraukan teriakkan sang ayah. Sesaat kemudian ia turun dengan koper yang ia seret.
Meletakkan semua barang pemberian ayahnya maupun sang ibunda, seperti kunci motor, mobil, kartu kredit, kunci kamar, ponsel, dan amplop coklat berisi uang.
" Aku akan pergi, itu yang kau mau bukan? " tanyanya. Pak beni terdiam saat melihat Risyah turun dengan koper yang ia bawa.
" Hah.. Akhirnya keluar juga dari rumah ini " ucapnya. Tanpa berpamitan ia keluar begitu saja dari rumah itu. Walau sempat di cegat oleh para pembantunya untuk menawarkan tempat tinggal nya untuk sementara waktu, tapi ia menolak dengan halus.
~♡~
Sepertinya kita belum kenalan namaku Fahrisyah Anggraini, kalau nama asli ku Maudy Arsy Maheswara. Sebenarnya aku membenci nama belakang ku, tapi mau bagaimana lagi? Aku sudah terlahir di dunia ini.
Memiliki keluarga yang selalu pilih kasih sebelum tragedi itu menimpa keluargaku membuat aku di cap pembawa sial bagi mereka.
Sebelumnya keluarga ku sangat harmonis aku selalu tertawa bahagia dengan ayah, bunda, kakak-kakak dan Maura adik kembar ku. Tapi saat tragedi itu menimpa ku membuat tawa keluargaku menjadi orang-orang yang tak punya hati, yang dulu nya harmonis, sekarang hanya jadi kenangan.
Ini semua salah orang itu!
Dan disini juga cerita ku di mulai
🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓
Waah apa yang terjadi dengan keluarga Maheswara?
Dan siapa dalang dari tragedi itu?
Oh ya alur ini beda sama cerita yang sebelumnya ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Alsaeida
Teen Fiction" Disaat orang lain tertawa bahagia kenapa aku masih merasakan sakit? " - Maudy Arsya Maheswara. " Semua manusia di bumi berhak bahagia, termasuk kamu" - Mahfud Al-Matin. . . . Ini kisah tentang Maudy dan Gus Mahfud. ...