3. Pertemuan

373 35 1
                                    

Happy reading!
🍍🍍 = risyah pov

~♡~

" Terima kasih mba.....? "

" Risyah, Fahrisyah Anggraini " Ucap Risyah.

" Ah terima kasih mba risyah, dan ini " saat Mahfud ingin mengeluarkan lembaran uang berwarna merah tiba-tiba dicegah oleh Risyah.

" Eh eh ga usah mas " tolak Risyah.

" Saya ikhlas membantu mas kok " sambungnya.

Senyum manis yang terbit diwajah Risyah membuat perasaan aneh menjalar ditubuh Mahfud. Seakan-akan ia ingin memilikinya. Lagi-lagi ia menggelengkan kepalanya menghilangkan pikiran kotor yang terhinggap dipikirannya.

Berkali-kali juga mengucapkan istigfar. Ia sadar apa yang ia lakukan adalah zina, zina mata. Karena menatap mata lawan jenis saja sudah membuat perasaan aneh menghinggap didiri kita.

" Mm kalo begitu saya pamit undur diri " ucap Risyah membuyarkan lamunannya.

Baru selangkah saja, suara Mahfud membuat langkah kaki nya terhenti. " Mba Risyah!" Panggil Mahfud.

Risyah pun menoleh. " Ada apa ya mas?" Tanyanya.

" Bagaimana saya antar mba Risyah pulang " perkataan Mahfud membuat mengingat keluarganya yaitu keluarga Maheswara, pulang ya? Mungkin itu mustahil.

Seulas senyum terlihat di wajah Risyah lebih tepatnya senyum miris. " Mungkin ini agak sedikit privat tapi... Yah aku tidak punya tempat tinggal atau lebih tepatnya aku diusir dari rumah " ucap Risyah.

Perasaan bersalah muncul di hati kecil Mahfud. Hatinya bergerak untukn membawanya pulang ke rumahnya.

" Maaf mba kalau perkataan saya menyinggung mba Risyah " ucap Mahfud tak enak hati.

" Ah ga masalah kok "

" Mm bagaimana mba Risyah ikut saya pulang" tawar Mahfud.

Perkataan Mahfud membuat Risyah terkejut. Bagaimana tidak? Mereka  baru saja kenal dari 2 setengah jam yang lalu. Dan perkataan Mahfud membuat Risyah bimbang, ya walaupun Risyah memiliki apartemen tapi tak ada salahnya menerima kan? Toh rejeki jangan ditolak.

Beberapa menit kemudian ia mengangguk. Tak perlu berlama-lama mereka pun masuk ke dalam mobil.

~♡~

Perlu menempuh waktu 1 setengah jam untuk sampai ke tempat tujuan alia rumah Gus Mahfud. Risyah menghadap ke arah jendela menerawang jauh kehidupannya nanti setelag masalah ini, sedangkan Gus Mahfud fokus menyetir.

Hanya kehengian diantar mereka yang ditemani suara radio yang mengaluni musik. Risyah memejamkan matanya menikmati alunan musik.

Ia menegak diri saat melihat gapura yang bertuliskan " Pesantren Al-Baqarah ". Sebentar apa tadi? Pesantren?  Yang benar saja! Pikirnya.

Seorang santri yang melihat mobil milik Gus Mhfud lantas membuka gerbang untuk mobil Mahfud, seolah tahu mobil itu adalah milik Gus mereka.

Disepanjang jalan para santri menunduk saat melihat mobil Gus Mahfud, membuat Risyah bingung tapi itu biasa didunia pesantren. Mengke samping kan hal itu Risyah sudah lemas tak berdaya.

Tenaganya seolah ada yang menguras dan keringat membasahi wajahnya. Saat sampai di parkiran dekat rumah ndalem mereka pun turun dari mobil.

Berjalan menuju rumah ndalem , tapi sebelumnya Risyah melihat lima motor sport yang berjejer rapi. Tapi yang membuat ia bingung adalah lima motor terasa familiar di matanya.

Ia menggeleng kan kepalanya menepis pikirannya itu. Saat sampai diteras rumah ndalem terdengar suara ketawa yang begitu khas ditelinga Risyah, memperkuat insting nya.

" Assalamu'alaikum" Ucap Gus Mahfud dan Risyah.

Mata Risyah membola hampir saja keluar saat melihat lima pemuda dihadapannya, begitu juga dengan lima pemuda yang sedang duduk di sofa.

" Maudy? "

" Arsy? "

" Kak Maudy? "

Risyah tersenyum kikuk saat melihat teman-temannya, ya mereka adalah Samuel, Adrian, Putra, Fabian dan Abi dan tak lain adalah temen seper gengan.

~♡~

Dan disini lah mereka, diruang tamu rumah ndalem yang terdapat Kyai Tahrim~Ayah Gus Mahfud, Umi Nadia~Ibunda Gus Mahfud, keempat teman Risyah, Abi, Gus Abraham, dan Gus Ahmad.

Mereka berdua sekarang sedang di interogasi. Keduanya pun terlihat canggung.

" Ekhem jadi Nak Risyah ini yang sudah membantu Mahfud saat ada kendala tadi dijalan? " Tanya Kyai Tahrim.

" Iya, Kyai " Ucapnya.

" Aa begitu ya, saya mengucapkan terimakasih karena telah membantu Mahfud " Ucap Kyai Tahrim dengan tersenyum.

" I-iya "

" Tapi karena kamu sudah membantu Mahfud maukah mau menjadi istri anak saya yang bernama Mahfud Al-matin " Ucap Kyai Tahrim.

Risyah hampir saja pingsan ditempat saat mendengar lontaran kata yang diucapkan oleh Kyai Tahrim. Yang benar saja ia harus menikah dengan Gus Mahfud yang notebe nya baru saja kenal.

" Mungkin kamu masih bingung, jadi gini Risyah kalian berdua ini adalah lawan jenis, pasti saat dalam perjalanan menuju ke sini hanya kalian berdua kan didalam mobil? " Ucap Kyai Tahrim dan diangguki oleh Risyah.

" Nah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, jadi Abah selalu ayah dari Mahfud ingin yang terbaik untuk anaknya dan menghindari omongan-omongan tak mengenakkan juga " Ucap Kyai Tahrim lagi.

~♧~

🍍🍍

Hah aku harus bagaimana? Masa iya aku harus menerima pernikahan ini?.
Terus ini malah ketemu lima cecurut tidak berguna.

Ingin rasanya tenggelam saja, bagaimana kehidupan ku kedepannya nanti?

🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

Apakah Risyah akan menerima lamaran Gus Mahfud atau tidak ya?

Bagaimana kehidupan Risyah setelah ini?

Wah makin seru gak nih ceritanya.?

Jangan lupa vote & komen

Salam hangat callmediaz

Sabtu, 14 Januari 2023

AlsaeidaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang