"Eomma, apa hari ini eomma jadi menjemput Woosi dan Wooni?"
"Aku hanya akan menjemput Woosi, cucuku."
"Eomma, jangan lagi eomma berbicara seperti itu, Jungkook mohon! Wooni itu anakku eomma, cucu eomma juga."
"Jangan bermimpi Jungkook! Dia bukan anak Seokjin. Seokjin tak pernah mengatakan bahwa Woosi memiliki adik. Dia pasti anak dari hasil perselingkuhanmu, kan?
Aku bahkan masih tidak percaya telah mempercayakan Seokjin, padamu! Kau sudah membunuh anakku, Jungkook! Pasti Seokjin terkena serangan jantung karena ulang bejatmu, bukan? Hh, bahkan dulu kau menggendong anak itu tepat di depan jasad suamimu, apa kau tak malu?"
"Cukup, eomma! Tolong perlakukan Wooni seperti eomma memperlakukan Woosi sebagai cucu eomma, Jungkook mohon!"
"Tidak akan pernah. Lebih baik berikan saja anak itu pada ayahnya dan aku akan memikirkan untuk menerimamu kembali. Kita bisa hidup dan merawat Woosi bersama-sama."
"Tidak, eomma. Maaf. Bagaimanapun juga Wooni adalah anakku. Jungkook yang akan merawatnya.
Baiklah. Tak apa jika eomma hanya akan menjemput Woosi, maka Jungkook sendiri yang akan menjemput Wooni."
"Terserah."
......
Jungkook POV
Siang itu aku memanggil taksi untuk mengantarkanku pergi menjemput Wooni. Aku, Kim Jungkook. Mempunyai dua orang anak yang aku namai Woosi dan Wooni. Usia mereka berbeda satu tahun dua bulan, dengan Woosi yang lebih tua dari Wooni.
Jika kalian tanya dimana suamiku? Suamiku, Kim Seokjin telah meninggal dunia tujuh tahun lalu, karena serangan jantung setelah bertengkar hebat denganku. Dan semenjak kematian Seokjin itulah, hubungan antara aku dengan ibu mertuaku menjadi renggang dan semakin buruk hingga saat ini.
Huh. Tinggalkan masa lalu!
Siang ini, perjalanan yang harus ku tempuh untuk sampai ke sekolah Woosi dan Wooni kurang lebih sekitar empat puluh lima menit, untuk pulang dan pergi. Woosi dan Wooni memang satu sekolah. Tapi saat ibu mertuaku sedang ingin menjemput Woosi karena sepulang sekolah ingin mengajaknya berjalan-jalan, beliau tidak pernah bersedia memberi tumpangan pada Wooni.
...
Setelah menjemput Wooni, aku tidak berniat pergi kemanapun lagi dan memilih untuk segera pulang ke rumah. Aku harus segera memasak makan siang untuk menjamu ibu mertuaku dengan hidangan kesukaannya.
Setibanya di rumah, aku menyuruh Wooni untuk segera ke kamar. Kebiasaan yang aku ajarkan sejak kecil, adalah agar anak-anakku segera membersihkan diri setelah tiba dari luar rumah. Selagi ia mandi dan berganti pakaian, pasti ibu mertuaku akan tiba dengan berbagai macam makanan ringan kesukaan anak pertamaku.
Dua puluh menit berlalu. Aku yang kini sedang berada di dapur yang berhadapan langsung dengan ruang keluarga, sangat bahagia saat melihat kedatangan ibu mertuaku dan anak laki-lakiku dengan tentengan tas di tangan kanan dan kiri. Kedekatan antara ibu mertua dengan anakku, Woosi, selalu berhasil membuatku rindu dengan suamiku. Andai Wooni juga mendapat perlakuan yang sama, mungkin aku akan lebih bahagia lagi.
Tapi sayang itu hanya angan.
Terlalu sibuk melamun, sadarku datang ketika Wooni, anak perempuanku datang menarik ujung kaosku. Wooni itu anak yang baik dan sangat perhatian. Meski sering kali Woosi menjahilinya, tapi Wooni tidak pernah marah dan membalasnya. Untuk anak seusia mereka dengan Woosi delapan tahun dan Wooni yang masih tujuh tahun, Wooni jauh lebih dewasa dan tangguh dari yang bisa kalian bayangkan.
Beberapa waktu lalu ketika aku pergi ke minimarket depan komplek saat malam hari dan listrik perumahan tiba-tiba padam, Wooni lah yang terus memeluk sang kakak yang tengah menangis dan mencariku karena ketakutan akan gelap.
Lucu sekali melihat mereka saat akur seperti itu.
"Eh Wooni. Iya, sayang. Sudah selesai mandinya? Wooni mau minum jus? Jus apa, biar eomma buatkan?"
"Eomma, Wooni ingin bermain bersama kakak dan nenek, bolehkah?"
Selalu.
Kalimat itu yang aku dengar dari Wooni ketika sang nenek datang berkunjung dan hanya asyik bermain bersama Woosi.
Aku segera berlutut men-sejajarkan tubuhku dengan Wooni dan lagi-lagi aku berkata,
"Maaf, Wooni."
Wooni menundukkan kepalanya. Terlihat seperti ingin menangis tapi ia tahan. Aku memeluknya sangat erat dan malah aku yang menangis sesenggukan dibuatnya.
"Maafkan eomma, Wooni, maafkan eomma, hiks."
Flashback (author pov)
"Dia temanmu?"
"Iya sayang, dia temanku."
"Dan kau mencintainya, Seokjin?"
"Tidak! Aku tidak mencintainya sayang. Aku hanya mencintaimu!"
"Tidak? Lalu bagaimana anak ini bisa lahir, Seokjin?"
"Maafkan aku, Jungkook. Kemarikan anak itu! Berikan anak itu padaku sayang, aku akan mengembalikannya pada Jimin. Aku janji, aku akan meninggalkan mereka!"
"Jadi kamu tidak ingin bertanggung jawab?"
"Jadi maksudmu, kamu ingin aku bertanggung jawab? Baiklah kalau itu maumu. Aku akan tetap bertanggung jawab, tapi anak itu akan hidup bersama Jimin. Sementara kita, kita akan tetap bersama-sama dengan Woosi."
"Dia anak yang manis, Seokjin. Tak seharusnya ia mendapatkan perlakuan seperti ini dari appa nya. Oh, dan satu lagi. Kau tak melihat berita pagi ini? Jimin, seorang model terkenal ditemukan tewas bunuh diri disebuah kamar hotel. Lalu kau ingin kembalikan anak ini kemana?"
"A-apa? J- Jimin bunuh diri? Tidak, itu- tidak mungkin!"
"Tapi itu kenyataannya. Sekarang pergilah! Aku tak bisa hidup dengan pengkhianat. Dan mulai saat ini, ia akan jadi anakku. Tinggalkan kehidupan kami!"
"Tidak sayang... kumohon maafkan aku! Aku tak bisa hidup tanpamu dan Woosi. Kumohoh beri aku kesempatan!"
Jungkook menutup pintu apartemennya dengan kasar. Tiga hari sudah ia bersama Woosi dan Wooni tinggal di apartemennya dan meninggalkan rumah yang awalnya begitu hangat namun berubah menjadi kutub karena hadirnya orang ketiga. Jimin, datang berkunjung dengan air mata yang berderai sambil menggendong seorang bayi yang masih merah. Ingin meminta pertanggungjawaban.
Katanya....
"Jika Seokjin tak bisa bertanggung jawab akan diriku, kumohon! Setidaknya beri hak pada anak kami, Jungkook. Ia harus bahagia dan hidup dengan keluarga yang utuh."
Jimin bersimpuh di hadapan Jungkook. Sementara Jungkook, tubuhnya kaku. Sama sekali tak menyangka bahwa suaminya berkhianat sampai sejauh itu.
End
Sekali lagi... yg mau baca cerita2 baru, silakan mampir di sec account chan ya 🥰🥰
